ADSENSE HERE!
Paradoks adalah suatu yang nampaknya bertentangan tapi sebenarnya mengekspresikan realita yang sebenarnya... Contohnya Indonesia, kalau mau dibilang negara kaya sebenarnya orang akan tertawa, kaya apanya? Bukan cuma orang luar negeri mungkin kita sendiri tertawa dan menyangsikan hal tersebut. Tetapi walaupun kita nggak kaya, tapi sebenarnya kaya! Nah, bingung khan? Itulah kira-kira yang namanya paradox. Kaya apa dulu? OK, ini memang perlu dijernihkan atau diklarifikasi. Kalau dalam hal kesejahteraan atau ekonomi kita jelas nggak kaya. Dibandingin dengan negara tetangga saja kita kalah. Tetapi kalau secara sumber daya alam dan seni budaya kita sangat kaya bahkan melimpah. Sebenarnya tidak hanya dari sumber alam dan seni budaya tetapi sumber daya manusiapun, negara kita kaya, bahkan memperkaya negara lain. Memperkaya di sini berarti ikut memajukan dan mengembangkan pembanguhan di negara lain.
Sewaktu saya ke Malaysia beberapa tahun lalu, ada seorang teman kami yang memiliki kakak perempuan dan tinggal di Kuala Lumpur. Kakak perempuannya sudah berkeluarga dan bekerja di Kuala Lumpur. Sewaktu berbincang dengannya, dia mengatakan bahwa dia mendisain program komputer di airport di Kuala Lumpur. Airport di Kuala Lumpur memang jauh lebih bagus dibanding kita, tetapi yang mengaggumkan bahwa program komputer yang digunakan di airport itu ternyata adalah hasil karya orang Indonesia. Wow, dalam hati saya, benar-benar hebat orang ini. Lalu saya menanyakan apakah dia pernah berniat untuk merancang program tersebut buat Indonesia? Ternyata dia pernah mengajukan ke pemerintah tetapi tidak ditanggapi serius. :(
Ada lagi insinyur dari Indonesia yang membangun tower yang terkenal di Kuala Lumpur. Menara Kuala Lumpur (KL Tower), yang juga merupakan salah satu menara tertinggi di dunia, arsitek bangunan kebanggaan orang Malaysia ini adalah insinyur Indonesia. Bukankah negera kita juga memeperkaya negara lain? OK dari tenaga ahli kita sebenarnya bisa diandalkan. Dari tenaga kerja? Nggak usah ditanya. Waktu saya jalan-jalan ke Genting Highland ketemu ibu-ibu dari Jawa sebagai pekerja di situ, naik kereta gantung ternyata ketemu mas-mas berlogat Jawa. Pembangunan di negara jiran ini juga ternyata didukng oleh warga negara kita sendiri. Walaupun terbilang kasar, tetapi tanpa mereka maka infrastruktur di negara tersebut tidak akan mungkin dibangun dengan lancar. Masih banyak lagi tenaga Indonesia yang bekerja sebagai dosen, ahli riset di negara tetangga kita tersebut dan mereka mendapatkan sevice yang sangat baik, jauh lebih baik dibanding negaranya sendiri. Itu baru di negara tetangga. Di posting sebelumnya saya menuliskan bahwa Profesur termuda Amerika Serikat masih berkewarganegaraan Indonesia. Penemu planet baru, ternyata orang Indonesia juga.
OK, ada lagi satu kekayaan yang dimiliki Indonesia. Sumber seni dan budaya kita berlimpah. Kita memiliki kekayaan budaya yang melimpah, tarian, lagu daerah, makanan, hasil alam dan berbagai sebni budaya lain yang nggak tersaingi oleh negara manapun. Indonesia memiliki budaya yang paling beraneka ragam di dunia. Kebanggaan suatu negara sebenarnya bukan cuma kemajuan ekonomi dan teknologi, tetapi juga kebanggaan dalam seni dan budaya. Ini yang merupakan identitas dari suatu negara atau bangsa. Dan kita patut bangga memiliki itu. Saking hebatnya hasil seni budaya kita akhirnya menarik perhatian bangsa lain untuk memilikinya. Padahal kalau bercermin dari bangsa kita sendiri, kita jarang mengapresiasi hasil budaya sendiri. Dalam klaim atas budaya kita sendiri yakni hak cipta atas karya seni dan budaya kita sangat lamban. Berdasarkan laporan dari Kompas, inventarisasi dan pengurusan ribuan hasil karya seni budaya kita sangat lamban. Kita juga sangat kurang dalam publikasi media. Bandingkan Malaysia sangat proaktif dalam mengklaim hasil seni budaya mereka sampai kebablasan. Mereka juga aktif mempublikasi hasil seni budaya lewat media, televisi, iklan sampai buku-buku diterbitkan untuk itu. Sedangkan di kita, tari-tarian daerah semacam pendet jarang ditayangkan di televisi. Untuk iklan atau untuk tayangan khusus sangat jarang menayangkan tarian daerah. Yang dominan acaranya sinetron dan tayangan magis serta hipnotis. Begitu ada yang memakainya untuk iklan di luar negeri kita jadi kelabakan. Tari pendetku diambil…...
Bagaimanapun, khazanah seni dan budaya kita sangat berlimpah walaupun kurang diapresiasi. Paradoks juga khan? Yang pasti, bangsa kita tetap kaya dan bisa memperkaya bangsa atau negara lain walaupun ekonomi masih belum hebat dan kita masih terlilit hutang. Saking banyaknya kekayaan alam kita jadi nggak bisa dihargai dan dikelola dengan baik. Kekayaan bangsa kita nggak cuma hasil alam atau seni dan budaya, banyak tenaga-tenaga ahli yang bisa diandalkan tetapi akhirnya mereka lari ke luar negeri karena di luar negeri lebih dihargai. Bahkan seni dan budaya kita di luar negeri jauh lebih dihargai. Lihat saja bangsa luarpun ikut mengincar hasil seni budaya kita, he he. Karena itu perlu sikap dan kesadaran semua pihak termasuk pemerintah untuk tidak terlena dengan segala kekayaan alam ini tetapi mau mengolah dan menghargai sumber-sumber alam dan sumber daya manusia Indonesia. Masakan kita masih impor pangan, impor ikan, impor tempe, impor tenaga ahli terus dari negara lain. Katanya kita punya lahan yang luas, tenaga kerja melimpah, sumber daya manusia yang bisa diandalkan. Katanya kita kaya. Nah, makanya jangan terlena, ntar kita makin ketinggalan.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment
Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya