Showing posts with label Iman. Show all posts
Showing posts with label Iman. Show all posts

Maria : Mission Impossible

Maria : Mission Impossible
Nats: Luk.1:26-38

Lukas 1:38 : Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Lukas 1:46-47 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,

Adalah Maria, gadis Nazaret terpilih menjadi ibu yang mengandung dari Roh Kudus. Secara status Maria bukanlah seorang gadis terpandang dan memiliki kedudukan. Maria adalah gadis muda sederhana yang berasal dari kota yang juga tidak terpandang di Israel yaitu Nazaret. Maria tidak mengikuti semacam audisi yang membuat dia terpilih seperti sekarang ini. Secara fisik Alkitab juga tidak menyebutkan soal kecantikan atau kemolekannya. Dia bukan seperti Ester yang cantik dan akhirnya menjadi ratu. Dia seorang gadis muda biasa.

Secara rohani Maria juga bukan seorang yang dikenal berkecimpung dalam hal kerohanian atau memiliki  pengalaman pelayanan atau karunia rohani yang hebat seperti sebagai nabiah. Dia juga bukan seorang yang berasal dari keluarga Imam. Dia gadis muda biasa-biasa tetapi menunjukkan respon luar biasa menghadapi kehendak dan rencana Allah yang agung.

Ketika Malaikata menyatakan bahwa ia hendak mengandung dari Roh Kudus. Ia merespon :"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Inilah respon agung seorang Maria. Padahal kenyataan menerima misi Tuhan ini nampaknya mustahil. Dia bukan sekedar menerima misi menjadi nabiah atau pemberita yang mempersiapkan jalan Tuhan seperti Yohanes. Dia justru harus mengandung dan melahirkan seorang bayi yaitu Kristus dengan status dia belum menikah. Ia harus menghadapi resiko yang amat berbahaya. Konsekuensinya sangat berat.

Kemungkinan yang yang akan terjadi kepada Maria setelah dia menerima kehendak Tuhan di dalam hidupnya adalah dia diceraikan dan dipermalukan. Alkitab mencatat bagi wanita yang hamil di luar nikah, dia berhak dirajam dengan batu. Atau tradisi yang masih terjadi di Timur Tengah sampai saat ini adalah honor killing, dia bisa dibunuh oleh ayahnya untuk menjaga kehormatan keluarganya. Kemungkinan yang juga bisa terjadi adalah Yusuf melakukan PHK (putus hubungan kekasih) dengan Maria. Ada problema besar menghadang. Ada suatu dilema besar di sini. Ada ketakutan yang bisa muncul dalam situasi ini.

Kehamilan ini bisa dipandang sebagai bencana atau kutukan kalau dilihat dari pandangan manusia pada waktu itu. Sebagai seorang gadis muda, dia harus membuat respon atau keputusan karena tidak ada waktu yang diberikan buat dia berkonsultasi dengan keluarga atau  tunangannya. Ini bukan cuma soal pilihan yang sulit tapi konsekuensinya juga berat bukan hanya sesaat. Kendati mengandung dari Roh Kudus, Maria tetap harus menjalani masa kehamilan yang norma selama sembilan bulan bukan sembilan hari atau sembilan minggu! Ini bukan kehamilan ekspress atau instan. Belum lagi masa-masa panjang dia harus membesarkan bayinya. Ini bukan hal yang mudah.

Apa yang membuat Maria bisa merespon dengan agung? Iman. Imannya itu diwujudkan dengan ketaatan untuk menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Emil Brunner pernah berkata bahwa, "Iman adalah ketaatan, tidak ada yang lain. Imannya dilandasi ketaatan pada Allah. Iman Maria  bukanlah iman yang buta. Iman bukan hanya suatu tindakan, itu adalah proses untuk berkomitmen denagn setia pada apa yang Allah inginkan dari diri kita. Iman adalah dengan setia melihat terang Tuhan dan melangkah pada kehendak Allah.

Iman juga berkomitmen untuk melakukan sesuai status yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Maria dikatakan sebagai seorang yang hamba Allah, seorang yang dikaruniai. Maria dikatakan sebagai seorang yang diberkati.  Kesadaran  akan status ini membuat Maria melihat apa yang harus dijalani bukan sesuatu yang memberatkan tetapi dia memandangnya sebagai suatu kehormatan, suatu berkat, suatu anugerah dan suatu kesempatan.

Hal yang luar bisa juga kita bisa pelajari dari Maria bahwa dia menerima sepenuhnya kehendak Allah dan tidak menuntut apa-apa. Bisa saja dia melihat ini sebagai kesempatan untuk meminta campur tangan Tuhan karena status dan perannya sebagai ibu yang mengandung bayi Yesus. Tapi dia tidak menuntut kemudahan. Saat hamil, dia harus menempuh perjalanan panjang dari Nazaret ke Bethlehem. Dia tidak meminta malaikat atau Tuhan  untuk menerbangkannya secara kilat. Dia tidak menuntut fasilitas atau kenyamanan atau hal-hal spektakuler dari Tuhan. Sebelum dipilih Tuhan dan setelah dipilih , status dan kondisi hidup Maria tetaplah sederhana. Tapi dia tidak mundur. Imannya tidak goyah. Imannya bukan menuntut tapi menurut. Menuruti kehendak Allah. Banyak iman orang Kristen saat ini, baru mau melayani saja tapi sudah menuntut macem-macem dari Tuhan. Mengklaim berkat-berkat harus diterimanya sebagai upah atas jasa atau pelayanannya. Maria tidak menuntut apa-apa. Imannya tulus-hatinya tulus di hadapan Allah.

Iman Maria juga mengandung unsur keberanian, bukan hanya kepasrahan. Saat Maria berkata bahwa 'jadilah padaku', itu bukan perkataan pasrah atau tidak berdaya tetapi justru kata itu mengandung elemen keyakinan dan keberanian untuk taat pada rencana dan kehendak Allah. Dalam perkataan itu ada keyakinan yang kuat, ada kemauan yang teguh, komitmen yang kokoh untuk melakukan kehendak Allah. Sebagai hamba, dia menundukkan diri sepenuhnya pada Allah, siap menjalani semua proses yang Tuhan inginkan dalam dirinya.


Jangan gentar ketika Allah mempercayakan hal-hal yang sulit dan besar untuk kita. Tampaknya sulit dan mustahil tapi dengan keberanian untuk menerima tugas dan panggilan Allah, kita kan melihat hal-hal besar yang Allah lakukan di dalam diri kita. Maria melihat bahwa dirinya adalah alat atau instrumen di tangan Tuhan dan dia menyediakan dirinya secara penuh dan rela. Maria akhirnya melihat perkara-perkara besar dan ajaib dalam hidupnya. Sesuatu yang mustahil menjadi mungkin bukan karena kehebatannya atau kemampuannya tetapi karena Allah yang Maha Tinggi. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Jelas, Maria nanti akan menjalani hidup yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Tapi dia tidak takut. Dia percaya bahwa dia diberkati, dikaruniai Allah. Maria melihat bahwa dia dia akan berkontribusi atau berinvestasi dalam Allah yang telah datang kepadanya, dan berkata, "Jangan takut!" Maria memandang dengan iman karena ia tidak hanya mempersiapkan jalan Tuhan, ia memberikan ruang-Nya bagi Kristus!

Saat panggilan Tuhan datang pada kita, kerap kali kita menghadapi situasi yang tidak nyaman. Ada kenyamanan duniawi yang harus kita tinggalkan demi Kristus. Ada harga yang harus dibayar. Ada resiko penolakan atau tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Maukah kita memiliki iman seperti Maria? Maukah kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan bahkan memberikan ruang hidup kita untuk dipakai dalam pekerjaan Allah.

Bagaimana seandainya Maria menolak panggilan Tuhan? Dia pasti tidak akan tercatat di Alkitab secara penuh. Pasti yang akan dikenang atau dicatat adalah penolakkannya dan Allah memilih orang lain sebagai penggantinya. Kisahnya akan berbeda. Kalau dia memilih kenyamanan dirinya dan nama baiknya maka kisahnya tidak akan dicatat oleh Lukas, penulis Injil. Tetapi karena imannya kepada Tuhan membuat Maria memiliki kesempatan untuk menggenapi rencana agung Allah.




Kepedulian Sahabat dari Orang Tuli yang Disembuhkan Yesus

Kepedulian Sahabat dari Orang Tuli yang Disembuhkan Yesus
Di Stockholm, Swedia, seorang wanita terluka saat ia bergegas untuk mengejar trem.  Dia tersandung di depan trem itu dan  terjebak di bawahnya. Wanita itu mulai mengalami pendarahan. Polisi mengirim mobil derek  untuk mengangkat trem yang berat itu  dari tubuhnya.

Sambil menunggu
mobil derek, kerumunan orang berkumpul. Seorang pria menerobos kerumunan, merangkak di bawah trem itu dan berkata kepada perempuan itu, "Pegang tangan saya." Saat wanita itu meraih tangannya ia merasakan kedekatan dan kehangatan orang asing itu. Ini membuatnya tenang dan membuat wanita itu tidak mengalami shock atau pingsan.Pendarahannya juga berhenti.

Setelah derek tiba dan wanita itu dibebaskan, ia berkata, "Saya tidak pernah
menyangka uluran tangan bisa sangat berarti bagi saya."

Bagi wanita itu, uluran tangan pria yang tidak disangka-sangkanya menunjukkan suatu kepedulian yang amat bermakna. Pria itu tida hanya menatap dengan belas kasihan, tidak hanya sekedar berbicara tapi dia mengulurkan langsung tangannya untuk memberi kekuatan dan pengharapan bagi wanita itu. Alangkah berartinya juga uluran tangan kita bagi orang lain yang membutuhkan.

 
 Mar 7:31-35  Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.  Di situ orang (orang)  membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan  (mereka) memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.  Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!  Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 

Dalam  bacaan  Injil kita, Yesus mengulurkan tangan untuk menyentuh seorang pria yang tuli dan gagap dan itu mengubah hidupnya. Telinganya terbuka dan lidahnya menjadi lancar untuk berbicara.

Tetapi pada saat yang sama, teman-teman  dari orang tuli itu mengulurkan tangan mereka bersama-sama dan membawa orang itu kepada Yesus, sehingga Yesus akan memiliki kesempatan untuk menjangkau tangannya si orang tuli itu. 

Orang tuli itu pasti belum pernah mendengar tentang Tuhan Yesus. Dia juga pasti tidak akan pernah bisa mendatangi Tuhan Yesus karena terhalang oleh pendengarannya. Pasti teman-teman dari orang tuli dan gagap itu yang membawanya atau tepatnya menuntunnya kepada Yesus. Lalu apa yang mendorong sahabat dari orang tuli gagap itu untuk membawa dia kepada Tuhan Yesus? Apa yang membuat mereka mau memohon-mohon kepada Tuhan Yesus bukan untuk diri mereka tapi buat temannya yang tuli gagap itu?

Satu hal yang dapat kita katakan tentang teman-teman si orang tuli ini  adalah mereka sangat mengasihinya. Mereka sangat mengasihinya sehingga  membuat upaya khusus untuk membawanya kepada Yesus. Mereka sangat  mengasihinya sehingga mau meluangkan waktu membawa teman mereka kepada Yesus. Dengan kata lain mereka melupakan kesenangan  dan kesibukan mereka sendiri untuk sesaat, sehingga orang ini dapat mengalami kasih karunia Allah. Orang-orang ini memenuhi apa yang Paulus katakan dalam Flp. 2:4 saat ia mengatakan "jangan hanya melihat keluar untuk kepentingan pribadi Anda sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain."

Dan mereka melihat keluar untuk kepentingan teman mereka. Mereka membawanya ke
pada  Yesus.

Mereka pasti memiliki
harapan  atau cita-cita untuk teman mereka. Sebuah harapan yang mengatakan jika mereka bisa membawa teman mereka kepada Yesus, maka Yesus pasti bisa menyembuhkannya. Mereka berharap sesuatu yang lebih baik untuk teman mereka, sebuah harapan  di mana hidupnya bisa menikmati suara ciptaan Tuhan, di mana ia bisa berbicara kepada orang lain dalam percakapan, harapan di mana orang ini akan tidak lagi harus bicara dengan tanda-tanda atau bahasa isyarat tetapi ia akan mengerti segala sesuatu .

Teman-teman
nya  tahu bahwa mereka harus menempatkan harapan mereka ke dalam tindakan. Mereka membawa teman mereka kepada Yesus.

Dan mereka melakukannya. Tapi apa yang membawa mereka ke Yesus? Bagaimana mereka tahu Yesus dapat menyembuhkan teman mereka?? Mereka memiliki iman dalam Yesus. Mereka
telah mendengar Yesus sebelumnya  dan dalam pendengaran mereka mereka percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan teman mereka. Mereka memiliki iman, mereka telah percaya pada Yesus.

Teman-teman
nya  mendengar perkataan Yesus, mereka percaya dia seorang yang diutus dari Allah, mereka percaya pada-Nya, sehingga mereka mengembangkan visi, mimpi untuk teman mereka, agar Yesus menyembuhkan dia, semua karena mereka memiliki iman.

Saya percaya  teman-teman dari orang  tuli gagap ini ingin berbagi iman mereka dengan dia. Mereka ingin dia untuk memperoleh iman dalam Yesus sendiri.

Kita telah melihat dengan cermat teman-teman si tuli gagap ini, apa yang kita pelajari dari mereka untuk kehidupan iman kita sendiri?

Saya percaya  titik utama bagi kita, gereja, tubuh Kristus, adalah menjadi sahabat yang baik di dunia saat ini, Kita  adalah orang-orang yang harus mengulurkan tangan untuk orang-orang yang membutuhkan, kita menjangkau  keluar dengan tangan iman dalam kuasa Yesus Kristus untuk menjamah dunia ini. Kita menjangkau dengan tangan kelembutan, kebaikan, belas kasih, penyembuhan kepada semua orang yang mengalami beban penderitaan dalam bentuk apapun.

Kita adalah  tubuh Kristus, gereja adalah teman-teman untuk semua orang di dunia saat ini. Teman-teman yang telah datang untuk mengenal Kristus, yang memiliki iman di dalam Kristus, yang bersedia untuk berbagi iman kepada orang lain sehingga  mereka akan datangkepada Tuhan untuk percaya. Kita  adalah orang-orang yang menjangkau tangan sehingga orang lain bisa mengetahui kasih Kristus.




Di depan sebuah Gereja  di sebuah desa kecil di Eropa berdiri sebuah patung Tuhan Yesus Kristus yang indah dengan tangan-Nya yang terentang. Selama Perang Dunia II sebuah bom jatuh dekat patung itu dan  memenggal putus  kedua tangan dari patung Yesus itu. Orang-orang yang  melihat kehancuran patung itu menjadi sangat sedih.

Setelah perang usai, masyarakat ingin memperbaiki patung kembali patung  yang rusak. Tetapi mereka tidak bisa menemukan tangan dari patung itu. Walaupun dipanggil ahli patung yang handal tapi tetap tidak bisa diperbaiki juga. Akhirnya patungnya tetap dibiarkan tanpa tangan karena tidak bisa diperbaiki lagi.

Tapi di bawah patung Tuhan Yesus itu terdapat tulisan yang sangat menyentuh.
Tulisannya:

"TUHAN YESUS TIDAK MEMILIKI TANGAN LAGI DI DUNIA INI, MAUKAH ANDA MENJADI TANGAN BAGINYA?"

Kita sebagai orang percaya dalam Kristus adalah perpanjangan tangan Kristus dalan dunia yang hilang dan sekarat. Maukah Anda menjadi tangan Kristus yang terulur bagi dunia?

Menghadapi Tsunami Hidup

Menghadapi Tsunami Hidup
Ya, tsunami hidup artinya masalah dan persoalan berat yang datang bertubi-tubi dalam hidup seseorang ibarat gelombang tsunami. Saya memakai istilah 'tsunami' dan bukan'badai' karena dalam konteks kita di Asia yang sering terjadi belakangan ini adalah tsunami. Ini cuma ungkapan saja tapi dalam realita hidup, seseorang bisa menghadapi masalah bertubi-tubi seperti efek tsunami. Satu masalah belum selesai sudah datang lagi masalah yang lainnya.

 Wanita Sunem dalam 2 Raja-Raja 8:1-6 mengalami masalah yang bertubi-tubi yang saya gambarkan seperti di atas. Masalah apa saja yang dia alami:

Pertama, dia harus kehilangan anaknya. Anaknya itu adalah anak satu-satunya dan menjadi anak kesayangannya apalagi meeka mendapatkannya melalui mujizat. Anaknya yang lagi di lading tiba-tiba mengaduh,”Aduh kepalaku”, tidak lama kemudian ank ini meninggal. Ini adalah suatu pukulan berat bagi wanita Sunem ini. Walaupun akhirnya anak itu  hidup kemabali bukan berarti persoalannya sudah selesai.

Kedua, dia kehilangan suaminya. Dalam pasal 8 hanya disinggung wanita ini dengan anaknya. Artinya statusnya adalah janda. Dia kini seorang diri harus membesarkan anaknya.

Ketiga, ada bahaya kelaparan. Ini adalah bencana yang serius karena jangka waktunya cukup lama yaitu tujuh tahun.

Keempat, mereka harus meninggalkan rumah tempat tinggal mereka, tanah dan segala usaha mereka, serta keluarga dan sahabat-sahabat mereka. Ini bukan hal yang mudah. Ditambah mereka belum tahu tempat dan tujuan mereka akan pindah. Mereka harus keluara dari zona nyaman mereka.

Kelima, saat mereka pulang, masalah menanti : property mereka telah diambil orang dan mereka kini tidak punya apa-apa lagi.
Bagaimana respon kita menghadapi penderitaan  seperti ini? Philip Yancey pernah  bercerita tentang seorang teman Billy Graham yang menjadi atheis. Orang ini memulai pelayanan pada waktu yang sama dengan Billy Graham dan sama-sama sebagai penginjil. Pelayanan keduanya tumbuh sampai pada satu titik orang ini mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan karena dia melihat foto seorang anak di Afrika yang kelaparan. Tidak bisa menerima Allah yang mengijinkan penderitaan,orang ini memilih untuk menolak Allah dan menjadi atheis.

Respon dunia yang positif terhadap penderitaan bisa kita lihat dari orang Jepang dengan spirit yang mereka miliki membuat mereka tabah dan tenang. Kita bisa memetik pelajaran yang positif di sini tapi pertanyaannya adalah apa yang membuat respon orang percaya berbeda dengan respon orang yang belum percaya?

Respon kita adalah :

Pertama, kita yakin bahwa Tuhan mendampingi kita  di tengah penderitaan. Inilah sumber ketenangan dan kedamaian yang kita bisa miliki karena ada Tuhan bersama dengan kita. Sebagai orang percaya kita harus yakin bahwa mengikut Tuhan bukan berarti kita tidak akan mengalami penderitaan atau masalah tetapi justru di tengah masalah inilah Tuhan tetap hadir. Tuhan tetap menyertai anak-anak-Nya.
Inilah respon wanita Sunem ketika kehilangan anaknya dia masih bisa menjawab:”It it well”, semuanya selamat. Dia tahu bahwa anaknya dan keluaraganya selamat di dalam Tuhan. Ungkapan ini lahir dari keyakinan bahwa apapun kondisi hidupnya dan keluarganya, semuanya ada dalam tangan Tuhan.

Respon inilah yang ditunjukkan Horatio Spafford, saat kehilangan anaknya di lautan karena kapal yang di tumpanginya tenggelam, dia menulis,”It it well with my soul”.  Mampukah kita dengan tegar dan tenang menjawab seperti ini?

Kedua, Tuhan tidak akan  membiarkan anak-anak-Nya. Wanita Sunem ini harus meninggalkan negerinya dan pergi ke negeri asing. Saat pulang kampong, propertinya sudah tidak ada lagi, sudah diambil orang. Tapi Tuhan tidak membiarkan wanita dan anaknya ini terlantar. Mellaui seorang Raja yang sebenarnya jahat Tuhan memakainya untuk membantu wanita ini.

Sewaktu Bethany Hamilton seorang peselancar harus  kehilangan lengan kirinya karena digigit ikan hiu dan kehilangan darah 60% dia tetap tenang dan tabah. Saat hendak dibawa ke rumah sakit seorang perawat membisikkan kata-kata ini,”God will never leave you nor forsake you”. Tuhan sekali kali tidak akan meninggalkan engkau atau membiarkan engkau. Inilah yang harus menjadi kekuatan bagi kita, Tuhan tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita. Percaya dan taat kepada kehendak Tuhan walaupun di tengah situasi sulit akan membuat kita melihat penyertaan Tuhan.

Ketiga, Tuhan bisa mengubah tragedy untuk mendatangkan kebaikan. Tuhan bisa mengubah penderitaan untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya. Iman perempuan Sunem ini dan perbuatan Tuhan yang dilakukan-Nya kepada perempuan Sunem ini membuat seorang raja yang lalim akhirnya mengakui kebesaran Tuhan. Membuat seorang raja yang jahat melihat kekuasaan Tuhan.

Kisah Bethany Hamilton membuat banyak orang melihat kemuliaan Tuhan. Bethany berkata bahwa dia bisa bangkit kembali karena Tuhan mengasihinya dan Tuhan yang menguatkanya. Dia mampu mengatasi trauma, keterbatasan fisik dan tantangan hidupnya karena dia percaya Tuhan yang menyertainya. Dia menyimpulkan dalam kesaksiannya lewat video bahwa,”Tuhan bisa mengubah suatu tragedi yang mengerikan menjadi sesuatu yang mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya”.

Tidak mudah melihat tujuan penderitaan dari setiap apa yang kita alami. Tapi mari kita memiliki iman seperti perempuan Sunem ini yang tetap berpegang dan bersandar kepada Tuhan. Tuhan bekerja dengan diam-diam dan suatu saat Dia akan menunjukkan bagian yang telahDia rajut dalam hidup kita sehingga tidak hanya kita dibentuk semakin indah tetapi hidup kita menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.


Bencana : apakah ini tindakan Allah / Acts of God ?

Bencana : apakah ini tindakan Allah / Acts of God ?
Image and video hosting by TinyPic
Tahun yang lalu kita melihat berbagai bencana terjadi di negara kita : tsunami Mentawai, gunung Merapi meletus, banjir bandang Wasior dan lain-lain. Di awal tahun kembali longsor lahar dingin melanda sekitar gunung Merapi. Dalam skala yang lebih luas kita melihat banjir di Australia, badai salju melanda Eropa dan Amerika serta yang belum lama ini terjadi, gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang.  Ketika terjadi bencana bertubi tubi di negeri kita dan di dunia ini, secara spontan kita bertanya-tanya mengapa ini terjadi, apakah ini kehendak Tuhan? Populernya adalah “Apakah ini Acts of God?

Menurut wikipedia,”Acts of God”, adalah suatu istilah untuk kejadian-kejadian yang di luar kontrol manusia seperti banjir atau bencana alam yang terjadi tiba-tiba. Dengan kata lain jika kita tidak menemukan penjelasannya atau kita tidak bisa menemukan manusia untuk disalahkan maka kita mengatakannya sebagai “Acts of God”! Itu adalah kehendak Tuhan. Ada pula yang memakai bahasa rohani lainnya,”Itu sudah diatur oleh Tuhan. Atau bahkan ada yang dengan berani mengatakan bahwa itu adalah azab alias hukuman Tuhan.

Apakah semudah itu kita bisa memandang tragedi itu adalah hukuman Tuhan dan penyebab utamanya adalah Tuhan? Di sisi lain kalau mau jujur banyak bencana juga terjadi sebagai ulah manusia itu sendiri tapi manusia justru menyalahkan Tuhan sebagai penyebabnya!

Memahami Bencana

Banyak tragedi atau bencana yang ditulis di Alkitab. Kadang-kadang ada ala an yang diberikan mengapa tragedi itu terjadi dan kadang-kadang tidak disebutkan secara jelas. Dalam bagian ini saya mengajak kita melihat beberapa alasan terjadinya bencana itu:

Bencana sebagai konsekuensi dari dosa manusia.
Kita hidup di dunia yang tidak ideal. Hal ini terjadi sebagai akibat kita hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Relasi antara manusia dengan Allah dan sesama menjadi rusak. Demikian pula alam atau dunia di mana kita tinggal sudah rusak. Akibatnya muncul kejahatan, penderitaan, penyakit dan kematian.

Belum lagi dengan adanya bencana alam. Manusia yang tinggal di daerah yang rawan bencana akan memahami hal ini. Ingat kita tinggal di dunia yang rapuh, apalagi Indonesia! Kita berada di wilayah cincin api yang rawan gunung meletus. Tapi ingat bukan cuma kita yang tinggal di wilayah yang rawan, kan?

Hal yang penting diingat bahwa menjadi orang yang beriman tidak akan membuat kita kebal terhadap bencana atau konsekuensi dari dosa. Penderitaan, penyakit dan kematian bisa melanda. Hanya bagi orang yang percaya kita memiliki jaminan dan kepastian yang kekal.

Bencana sebagi hukuman

Banyak nabi yang memproklamirkan bencana sebagai akibat dari penyembahan terhadap berhala. Contoh yang paling dikenal adalah kisah air bah saat Allah mendatangkan bencana sebagai hukuman langsung atas dosa manusia. Hukuman ini jelas sebagai konsekuensi langsung atas dosa manusia. Setelah air bah, Tuhan berjanji tidak akan mendatangkan lagi bencana yang global seperti itu. Hal ini tidak berarti tidak akan ada bencana alam lagi, tetapi dampak atau skalanya akan lebih terbatas.

Bencana sebagai panggilan untuk kembali kepada Allah

Ulangan 28:15-68 adalah satu contoh ancaman bencana yang tujuannya untuk memanggil manusia agar kembali kepada Tuhan dan taat kepada-Nya. Dalam kitab Yunus dicatat bahwa Allah hendak memberikan hukuman kepada penduduk Niniwe karena kejahatannya. Beruntung peringatan Tuhan membuat mereka bertobat dan hukuman tidak jadi menimpa mereka.

Sekalipun Allah memakai penghukuman itu bagi orang berdosa atau untuk membawa mereka kembali kepada Tuhan jangan kita lupakan bahwa bagi orang yang tidak mengalami bencana atau hukuman Tuhan di dunia, Allah tetap akan menghakimi mereka. Hukuman itu adalah untuk mengingatkan manusia yang hidup di dunia yang berdosa dan kebutuhan kita untuk dipulihkan hubungannya dengan Pencipta kita.

Bencana sebagai akibat ulah manusia

Tragedi yang terjadi di beberapa negara termasuk di negeri kita sendiri menunjukkan bahwa bencana itu adalah ulah manusia itu sendiri. Misalnya:

  • Tragedi gempa di Si Chuan, Cina yang menelan korban 69.000 orang. Meneurut penyelidikan para saintis ternyata pemicunya adalah tekanan air pada bendungan yang sangat besar
  • Tragedi lumpur Lapindo yang terus berlanjut juga adalah ulah manusia.
  • Banjir lumpur yang terjadi di Yogyakarta, ada daerah yang sebenarnya merupakan jalur alami dari lahar dingin ternyata telah dijadikan tempat pemukiman.
Respons Terhadap Bencana:

Menarik sekali bahwa Yesus pernah mengomentari tentang bencana yang terjadi pada zamannya. Pada masa Yesus orang-orang juga kepingin tahu dan ingin mmeberikan penjelasan kepada peristiwa bencana itu terjadi. Intinya adalah manusia tidak berubah dari masa ke masa. Ingin tahu dan memberikan jawaban bahkan menjurus pada penghakiman.

Misalnya dalam Lukas 13, orang-orang memberi penghakimna bahwa bencana itu terjadi karena orang-orang itu sangat jahat dan lebih berdosa dari yang lain sehingga pantas menerima hukuman itu. Yesus mengatakan bahwa orang-orang itu justru tidak lebih jahat dari yang lain.

Ketika bencana terjadi, harus diakui tidak mudah untuk melihatnya dari perspektif Allah. Kita tidak akan mungkin mengidentifikasi apa penyebab bencana itu secara pasti. Tetapi hal penting yang harus kita lakukan adalah :

■Percaya bahwa Allah berdaulat dan segala sesuatu ada di dalam kendali-Nya. Allah tahu apa yang sedang terjadi dan akan terjadi dan Dia bisa mengubah tragedi atau bencana itu untuk mendatangkan kebaikan.

■Melihat kepada diri sendiri dan mengevaluasi hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus melihat kita, keluarga kita, gereja dan bangsa kita apakah sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan menghormati Dia, menempatkan Dia sebagai yang utama dan melayani Dia? Kalau kita gagal, mohon pengampunan kepada Tuhan dan bertobat serta memohon belas kasihan-Nya.

■ Melihat keadaan sekeliling kita, adakah kita bisa melakukan sesuatu untuk orang yang mengalami bencana. Lihat sekitar kita dan bertindak untuk ikut mendoakan dan membantu orang yang membutuhkan pertolongan.


Soli Deo Gloria

Referensi :
Wikipedia
Does God send disaster : christianparentingfamily
Christian perspective on disaster : tilz.tearfund.org

Imanuel - Makna Kehadiran Allah

Imanuel - Makna Kehadiran Allah
Image and video hosting by TinyPic

Anda pernah dengar lagu Bette Midler, judulnya "From A Distance",   :
From a distance the world looks blue and green,
and the snow-capped mountains white.
From a distance the ocean meets the stream,
and the eagle takes to flight.


From a distance, there is harmony,
and it echoes through the land.
It's the voice of hope, it's the voice of peace,
it's the voice of every man.


From a distance we all have enough,
and no one is in need.
And there are no guns, no bombs, and no disease,
no hungry mouths to feed.
From a distance we are instruments
marching in a common band.
Playing songs of hope, playing songs of peace.
They're the songs of every man.


God is watching us. God is watching us.
God is watching us from a distance.


Kelihatannya, lagu ini menyentuh karena berbicara tentang Tuhan yang melihat atau mengawasi kita. Tapi tunggu dulu, lagu ini berbicara tentang Tuhan yang jauh : God is watching us, from the distance. Allah kita bukan Allah yang jauh. Amen? Allah kita begitu dekat dengan kita. Dia adalah Imanuel, Allah yang senantiasa hadir dalam hidup kita.


Allah kita bukan Allah yang pasif atau hanya sebagai penonton di tengah pentas dunia ini. Allah kita bukan hanya Allah yang mengawasi atau melihat saja dari jauh tanpa bisa berbuat apa-apa. Allah kita hadir dan ikut campur tangan dalam setiap aspek hidup kita. Kehadiran Allah kita sebagai Allah Imanuel sangatlah indah dan memiliki makna yang dalam dalam hidup kita. 


Nama Imanuel muncul pertama kali dalam Yesaya 7:14 ketika rakyat dan raja Yehuda menghadapi krisis dan ancaman yang besar. Situasinya bangsa Yehuda sedang menghadapi ancaman dari dua kerajaan yang berkolaborasi menyerang mereka yaitu kerajaan Israel dan kerajaan Siria. Raja dan rakyat yang mendengarnya menjadi 'ketakutan dan gemetar seperti pohon ditiup angin' karena pasukan musuh telah masuk ke wilayah sekutunya yaitu Israel untuk menggalang kekuatan dan siap menyerang mereka. Ahaz sendiri sebagai raja Yehuda menunjukkan ketidakpercayaannya kepada Tuhan bahkan dia tidak mau meminta tanda pada Tuhan. Di tengah situasi inilah, Tuhan berfirman melalui Yesaya : "Sekarang, TUHAN sendiri akan memberi tanda kepadamu: Seorang gadis yang mengandung akan melahirkan seorang putra yang dinamakannya Imanuel."(Yes7:14).  Dalam bagian kedua, Yesaya 8:8 : "Allah menyertai kita! Sayap-Nya yang terbentang melindungi negeri kita." Ada tiga realitas atau fakta yang terkait dengan nama Imanuel bagi kita orang percaya yang hidup di dunia ini:


Fakta pertama. Kehadiran Allah Di Dunia Ini. Allah kita Maha Kuasa, Allah kita Maha Hadir. Allah kita bukanlah Allah yang hanya mau berdiam di sorga dan tidak mau hadir di tengah dunia ciptaan-Nya. Allah kita terus terlibat dan hadir dalam dunia ini walaupun manusia mencoba untuk mengingkari kehadiran Allah dan menolak keberadaan-Nya, tidak ada kuasa apapun atau teori atheis apapun yang bisa menggeser kehadiran Allah di dunia.


Kedua, Manusia Seringkali Tidak Menyadari Kehadiran Allah. Seringkali kita berada dalam situasi seperti Ahaz dan bangsa Yehuda. Kita menjalani hidup secara rutin tanpa ada kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidup kita. Kehadiran Allah itu seolah-olah hanya pada moment yang sakral seperti pada saat berdoa, saat teduh, Praise and Worship atau hanya saat kita berada di tempat-tempat ibadah. Sering kita juga punya konsep, "Aku sudah berbuat kesalahan atau dosa memalukan, Tuhan pasti sudah meninggalkan saya". Manusia 'membatasi' kehadiran Allah dengan anggapan yang seperti itu. Justru dalam ketidakpercayaan kita, dalam kejatuhan kita Tuhan hadir, dekat dengan kita dan mau menyatakan rahmat-Nya bagi kita.


Ketiga, Kehadiran Allah Tidak Bergantung Pada Usaha  dan Kebaikan Kita. Ada sebuah theologia "Aku jauh, Engkau jauh - aku dekat, Engkau dekat". Seolah-olah kehadiran dan kedekatan Allah pada kita itu karena bergantung pada kita. Saya dekat, Allah dekat- saya jauh maka Dia pasti akan menjauh. Kehadiran Allah itu dalam kehidupan kita karena kedaulatan kuasa-Nya yang tak terbatas dan terutama karena kasih karunia-Nya. Dia yang bersemayam di tempat yang Maha Tinggi mau datang dan hadir bagi kita yang berdosa. 
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk." (Yesaya 57:15)

Lalu apa makna Imanuel bagi kita?


Pertama, kesadaran akan kehadrian Allah membuat kita berani dan memiliki jaminan menghadapi situasi apappun dalam hidup kita. Imanuel artinya Allah beserta kita. Makanya adalah Allah tidak akan membiarkan, meninggalkan atau menelantarkan kita. Immanuel berarti suatu kata “pengharapan”. Tidak peduli situasi apapun ang menyusahkan yang sedang kita hadapi,”Allah menyertai kita”.
Pikirkan hal-hal yang kita takutkan dalam hidup: penderitaan, krisis keuangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, kehilangan anggota keluarga, bencana dan lain sebagainya. Imanuel berarti “Tuhan beserta kita” di setiap situasi dan kondisi apapun. Immanuel berarti wlalapun kita berada dalam kondisi seperti itu,”Allah tettap menaungi kita dengan kasih-Nya. Imanuel berarti walapun dalam kondisi sulit Tuhan tidaka kan meninggalkan kita dan membiarkan kita dikalahkan oleh ketakutan, penderitaan dan kesulitan.


Kesadaran akan kehadiran Alah itu membuat kita tidak perlu kuatir akan tantangan yang akan kita hadapi. Tuhan kita mengetahui segala kelemahan dan keterbatasan kita. Itu sebabnya Dia sendiri berinisiatif untuk menolong dan memimpin kita. Imaneul adalah kekuatan bagi kita menghadapi setiap peeprangan rohani, godaan dan cobaan yang kita hadapi, menjadi kekuatan bagi kita.


Kesadaran akan kehadiran Allah berarti kita memiliki sumber yang tidak ada habisnya, sumber yang menopang dan menyokong kehidupan kita. Kasih setia Tuhan dan anugerah Tuhan, bukankah itu sumber yang tak putus-putusnya Tuhan hadirkan dalam hidup kita? Berkata rohani yang Tuhan senantiasa berikan itu menjadi bagian kita sama seperti berkat jasmani. Sumber yang kita miliki tak terbatas dan selalu kita setiap saat biasa datang untuk mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru.


Kesadaran akan kehadiran Allah itu seharusnya membuat kita hidup bersukacita. Masalah boleh muncul setiap saat dan problem boleh silih berganti tapi kita tidak pernah kehilangan harapan. Tuhan yang menjadi pengharapan dan kekuatan serta sumber sukacita kita. Bayangkan, kita tidak sendiri saat dibiarkan dan ditinggalkan. Bukankah Tuhan hadir dan di dekat kita?


Juergen Moltmann, salah seorang pelopor theologia pengharapan menceritakan dalam kisahnya Experiencing with God. Sewaktu dalam peperangan dalam perang dunia II ia ikut berperang demi negaranya yaitu Jerman. Ia tertangkap lalu dijadikan tawanan. ia hanya membawa dua buku ke medan pertempuran, sajak-sajak Goethe dan karya Nietzche. Tetapi seorang pendeta penjara memberinya Perjanjian Baru dengan tambahan Mazmur. "Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." Moltmann sang tawanan membaca. Mungkinkah Tuhan hadir di malam yang gelap itu? " Ia menjadi yakin bahwa "Tuhan hadir, bahkan di belakang kawat berduri....."Moltmann menemukan sesuatu yang baru yaitu pengharapan, kehadiran Tuhan di tengah penderitaan yang memancar di tengah penderitaan. 


Allah kita bukanlah Allah yang jauh. Saat kita jauh Tuhan bukan menjauh, justru Tuhan yang sudah dekat itu akan semakin mendekati kita. Imanuel adalah Allah yang hadir di setiap tarikan nafas kita, di setiap langkah yang kita ambil, di setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun-tahun yang kita jalani. Dia hadir dan ada saat bahkan kita tidak menyadarinya. Mari, kita terus hidup dengan suatu kesadaran “Imanuel” Tuhan beserta kita saat ini dan di sini.


Soli Deo Gloria

Sola Fide

Sola Fide


Sola Fide – 'hanya oleh iman' adalah dasar Kekristenan di samping Soal Gratia, Sola Scriptura, Sola Christus dan Sola Deo Gloria. Sola Fide – hanya oleh iman inilah yang membedakan Keristenan dengan berbagai agama dan kepercayaan lain di dunia. Kekristenan menekankan pada karya final Kristus di kayu salib sedanghkan agama lain menekankan pada usaha manusia. Kekristenan menekankan bahwa keselamatan itu diterima melalui iman sedangkan agama lain pada usaha manusia berdosa untuk menyucikan diri ditambah dengan segala praktek ibadahnya. Sola Fide ini sekaligus meunjukkan keunikan Kekristenan sekaligus keunggulannya di tengah-tengah berbagai kepercayaan yang ada di dunia ini.

Pertanyaannya, apakah cukup hanya oleh iman? Pertanyaan ini sendiri tidak hanya datang dari orang yang belum Kristen tetapi juga dari kalangan Kekristenan itu sendiri. Mustahil, itu anggapan sebagian orang bahwa hanya oleh iman saja cukup menerima keselamatan. Bagi manusia hal itu tidak mungkin tapi bagi Allah mungkin :). Sesuatu yang nggak masuk akal bagi manusia justru dibuat simpel oleh Allah. Justru manusia itu sendiri yang membuat keselamatan itu menjadi rumit!

Sekarang saya ajak kita melihat bagaimana sesungguhnya sola fide ini dari perspektif Alkitab.
Pertama, dari perspektif Yesus sendiri. Yesus menyatakan dalam Yohanes 5:24,”Barang sia[a percaya kepada Dia, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum.” Apakah Tuhan menetapkan syarat tambahan di sini untuk keselamatan? Jelas tidak. Dalam berbagai peristiwa penyembuhan terhadap orang sakit yang dicatat dalam Injil Tuhan Yesus berkata,”Imanmu telah menyelamatkan engkau”.

Dalam suatu perumpamaan yang mengejutkan ahli-ahli agama, Yesus menunujukkan keselamatan bukan karena usaha manusia. Yesus menceritakan ada dua orang yang pergi ke Bait Allah, pertama orang Farisi dan kedua si penmungut cukai. Orang Farisi ini membenarkan dirinya sebagai seorang yang saleh, rajin beribadah, berpuasa dan memberi perpuluhan sedangkan si pemungut cukai datang berdoa dengan kerendahan hati. Ternyata yang dibenarkan Allah bukan si orang Farisi tetapi si pemungut cukai itu.

Bagaimana mungkin si pemungut cukai ini yang jelas-jelas berdosa tetapi justru dibenarkan. Di satu sisi si Farisi itu sudah berusaha hidup dengan standar rohani yang jauh lebih tinggi tetapi kenapa tidak dibenarkan? Ingat bahwa Yesus menetapkann standar yang juauh lebih tinggi dari yang dipikirkan oleh si Farisi. Tuntutan Yesus justru adalah,”Haruslah kamu sempurna!”. Standarnya adalah kesempurnaan yang ditetapkan Allah dan bukan manusia. Jauh ebih tinggi dan sempurna dari perkiraaan si Farisi tersebut!

lalu bagaimana caranya si pemungut cukai dibenarkan? Inilah yang Allah lakukan, Allah menunjukkan ‘pembenaran’ kepada si pemungut cukai. Si pemungut cukai ini jelas mengakui bahwa keadaannya tak tertolong dan dia tidak bisa mengandalkan sesuatu yang baik yang ada pada dirinya dan dengan kondisi sepertti ini dia mengakui keadaannya dengan berseru minta pertolongan Allah. Allah membenarkan dia, menyatakan dia sebagai orang benar tanpa cacat dan cela di hadapan-Nya karena Allah yang mengampunia dia dan membebaskan dia dari segala penghukuman. Inilah inti dari Injil yaitu kabar baik bahwa setiap orang diselamatkan oleh iman kepada Kristus.

Perspektif Paulus
Paulus menytakan bahwa tidak seorangpun dinbenarkan karena hukum Taurat (Roma 3:20). Tetapi Allah membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (Roma 3:26). Lagi-lagi Paulus memakai istilah pembenaran di sini dan berulang-ulang di Kitab Roma. Apa maksudnya dibenarkan? Dibenarkan berarti kita sebagai orang berdosa di hadapan Allah secara status dan posisi dijadibagan sebagai orang benar oleh karya pengurbanan Kristus di salib. Iman kepada Kristus inilah yang membuat kita dibenarkan dan dengan demikian kita diselamatkan oleh Allah.

Paulus memberi contoh, Abraham dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi karena iman (Roma 4:2). Dalam suratnya yang bernada keras kepada jemaat Galatia, Paulus mengingatkan bahwa sekali lagi manusia dibenarkan karena iman kepada Kristus. Itulah Injil. Ajaran yang tidak sesuai dengan itu dikecam paulus sebagai Injil yang lain.

Dalam surat Ibrani dikatakan bahwa tanpa iman tidak mungkin manusia berkenan kepada Allah. Dalam surat Ibrani pasla 11 berkali-kali diulang ungkapan,”Karena iman maka Nuh, karena iman maka Abraham, karena iman maka Musa, karena iman........

Lalu apakah cukup orang Kristen berhenti samapai pada memiliki keselamatanh saja? Tentu tidak. Orang yang telah diselamatkan harus merespons keselmatan itu dengan melayani Tuhan, berbuat baik dan melakukan segala kehendak Tuhan. Kita diselamatakan untuk melakukan pekerjaan yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Apapun aktifitas rohani kita, baik beribadah, melayani, berbuat baik, menjaga kesucian hidup hanyalah respons terhadap keselamtan yang sudah Tuhan anugerahkan kepada kita dengan cuma-cuma

Sola fide tidak hanya menjadi starting point dalam setiap kehidupan rohani orang percaya. Sola fide itu menjadi penggerak bagi setiap kerohanian kita karena kita beriman kepada Allah yang hidup dan berkuasa. Sola fide juga seharusnya menyelimuti dan mewarnai segala sesuatu yang dilakukan orang percaya. Apapun yang kita lakukan, segiat appaun kehidupan rohani kita tetapi tanpa iman serta kasih kepada Allah maka itu tidak akan berkenan kepada Allah.


Soli Deo Gloria

Grace versus Karma :Bono's confession of faith

Grace versus Karma :Bono's confession of faith
Ketika seorang rocker terkenal bicara tentang spiritualitas, pasti sangat menarik apalagi yang berbicara adalah Bono, vokalis band U2. Dalam buku Bono: In Conversation with Michka Assayas (Riverhead Books), Bono menjelaskan pandangannya tentang Karma Versus Grace. :


Assayas: I think I am beginning to understand religion because I have started acting and thinking like a father. What do you make of that?Bono: Yes, I think that's normal. It's a mind-blowing concept that the God who created the universe might be looking for company, a real relationship with people, but the thing that keeps me on my knees is the difference between Grace and Karma.Assayas: I haven't heard you talk about that.Bono I really believe we've moved out of the realm of Karma into one of Grace.Assayas: Well, that doesn't make it clearer for me.Bono You see, at the center of all religions is the idea of Karma. You know, what you put out comes back to you: an eye for an eye, a tooth for a tooth, or in physics—in physical laws—every action is met by an equal or an opposite one. It's clear to me that Karma is at the very heart of the universe. I'm absolutely sure of it. And yet, along comes this idea called Grace to upend all that "as you reap, so you will sow" stuff. Grace defies reason and logic. Love interrupts, if you like, the consequences of your actions, which in my case is very good news indeed, because I've done a lot of stupid stuff.
Bono menyatakan bahwa pusat atau dasar dari agama-agama adalah ide tentang Karma. Karma adalah apa yang kamu lakukan akan kembali kepada kamu sendiri. Setiap tindakan akan mendapat balasan yang setimpal. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Karma tidak hanya menentukan nasib akhir manusia tetapi mempengaruhi imannya. Bedasarkan Karma, maka manusia menjalankan ibadahnya berdasarkan rasa takut (takut kualat) dan bukan kasih. Di sisi lainAllah Pencipta Semesta itu sebenarnya ingin menjalin relasi dengan kita bukan atas dasar Karma. Karma membuat manusia hidup dalam ketakutan dan menjadi hopeless. Dalam Karma, manusia dibayang-bayangi segala kesalalahnya di masa lalu. Pada akhirnya muncul yang dinamakan dengan Grace, atau yang kita kenal dengan istilah anugerah atau rahmat. Grace atau anugerah melampaui akal dan logika. Grace melampaui Karma. Ini menurut Bono adalah suatu kabar baik karena dia sudah melakukan hal-hal yang bodoh di masa lalu. Grace sendiri adalah suatu anugerah atau pemberian tertinggi yang diberikan kepada manusia yang tidak layak menerimanya. (Webster : the free unmerited love and favor of God, Thayer : the idea of kindness which bestows upon one what he has not deserved ).

Masih menurut Bono, kita berada dalam masalah kalau Karma menjadi Hakim kita. Karma tidak akan memaafkan segala kesalahan kita. Karma tidak akan mengecualikan dosa kita, sekecil apapun. Tetapi sebagaimana dikatakan Bono, bahwa dia berpegang pada Grace. Dia percaya bahwa Yesus telah menanggung semua dosanya di kayu Salib. Bono mengakui bahwa dia mengenal dirinya dengan baik dan dia berharap dia tidak harus mengandalkan keberagamaannya yang dimilikinya. . I'm holding out that Jesus took my sins onto the Cross, because I know who I am, and I hope I don't have to depend on my own religiosity.

Hal yang paling tajam dijelaskan oleh Bono di sini berkaitan dengan Karma adalah manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan perbuatan baik. Bono menyatakan “But I love the idea of the Sacrificial Lamb. I love the idea that God says: Look, you cretins, there are certain results to the way we are, to selfishness, and there's a mortality as part of your very sinful nature, and, let's face it, you're not living a very good life, are you? There are consequences to actions. The point of the death of Christ is that Christ took on the sins of the world, so that what we put out did not come back to us, and that our sinful nature does not reap the obvious death. That's the point. It should keep us humbled… . It's not our own good works that get us through the gates of heaven.”

Interiew selengkapnya : Christianity Today

Live Your Live "Full"

Live Your Live "Full"

Pernah liat iklan?:
Kapan kalian nikahnya? Kapan punya anak? Kapan punya anak lagi?

Kalau mau dilanjutkan pertanyaannya:

Kapan anaknya masuk sekolah?
Kapan anaknya lulus?
Kapan anaknya menikah?

Pertanyaan bernada “Kapan" itu akan terus bergullir sepanjang hayat kita. Mungkin kita sering bosan juga mendengarnya apalagi pertanyaan itu berkali-kali diutarakan kepada kita. Entah pada waktu single atau married pertanyaan itu akan muncul. Tetapi akan datang suatu saat orang tidak akan menanyakan langsung pertanyaan bernada seperti itu pada kita tapi lewat orang lain. Suatu pertanyaan terakhir, pertanyaan yang muncul saat kita sudah tidak kuasa lagi menjawabnya : Kapan orangnya meninggal? Sama seperti ketika siang hari murid saya mengabarkan,”Mbah Surip meninggal”. Saya kembali bertanya : Meninggal? Kapan?”

Hidup kita sangat terikat oleh waktu, makanya pertanyaan kapan, kapan dan kapan itu akan muncul terus. Pertanyaan-pertanyaan lain yang menyangkut kapan ini akrab kita dengar sehari-hari. Misalnya seperti, kapan kamu ulang tahun? Kapan ditraktirnya? Kapan libur ya? Kapan bisa nonton film 2012 ya? Kapan makannya? Dan kalau kita mengikuti suatu acara yang amat panjang dan membosankan, pertanyaan yang muncul adalah : Kapan selesainya?

Waktu saya dan keluarga mampir di sebuah restoran soto Betawi di Sunter, saya melihat ada dua macam jam. Pertama, jam yang normal, ada jarumnya dan angkanya. Lalu ada jam yang agak aneh . Jamnya memakai jarum tapi tidak ada angka sama sekali. Jadi kalau berputar seakan tak berujung. Di atas jam tersebut terpampang tulisan : Jam Akhirat. Saya lalu merenungkan, ternyata ilustrasi Jam Akhirat itu ada benarnya juga. Jam Akhirat memang tidak ada batasnya. Kekal, tak berujung. Sedangkan jam dunia masih ada batas atau limitnya. Membandingkan dua macam jam ini, saya menjadi berpikir, selagi di dunia itu berarti waktu kita sangat terbatas, ada limitnya.

Saya ingat Michael Jackson selama hidupnya memakai tabung oksigen dengan harapan bisa memperpanjang umurnya menjadi 150 tahun. Dia mengoleksi banyak tabung oksigen. Ketika tempat tinggalnya diperiksa polisi, mereka menemukan ada beberapa tabung oksigen dan mengatkan bahwa tempat tersebut udah kayak rumah sakit saja. Punya tabung oksigen, dokter pribadi bahkan perawat pribadi tetapi tidak menjamin umurnya panjang. Lihat saja, umurnya cuma sampai 50 tahun, tidak sampai separuh dari target umur pemakaian yang katanya bisa sampai 150 tahun. Di video YouTube, sewaktu pamit dari pengemarnya, dia sempat berucap, See You in London. Dia sudah mempunyai rencana besar dan luar biasa untuk tour dunia. Tournya belum dimulai tetapi dia sudah meninggal.

Paulus mengingatkan kita, "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat" Dari bagian ini kita bisa belajar beberapa aspek penting berkaitan dengan waktu.

Pergunakanlah waktumu karena waktumu terbatas. Ingat waktuku dan waktumu terbatas. Ketika kita melihat kematian seseorang yang kita pandang belum waktunya, kita mungkin hanya berujar, wah kok cepet amat ya, dia masih muda. Atau kok bisa mati, kenapa? Kita seringkali melihat kematian seseorang itu sebagai kematian seseorang. Seringkali kita tidak menyadari, suatu saat kitapun akan mengalami kematian yang sama. Kita memandang kematian orang lain dan melihat waktunya begitu singkat tetapi kita tidak menyadari umur dan waktu kitapun terbatas. Hidup dan waktu di dunia waktu kita juga tidak akan lama. Mari kita melihat dan menyadari betapa singkat dan terbatasnya waktu kita. Ada ungkapan yang mengatakan Live as if you were to die tomorrow. Ini ada benarnya, karena hidup kita misteri, bukan? Kita ngak tau apa yang akan terjadi esok. jadi hiduplah seolah-olah waktu kita cuma seminggu, tiga hari atau bahkan sehari. Jadikan setiap ucapan, sikap dan perbuatan kita bermakna. Terlebih lagi hidup kita hendaknya memuliakan Tuhan.


Pergunakan waktumu karena waktumu sangat berharga. Waktu itu sangat berharga untuk dilewatkan. Time is gold, waktu itu emas, sangat berharga. Karena itu hargailah waktu kita dan pergunakan dengan melngisinya dengan hal-hal yang bernilai, hal-hal yang berharga. Sudahkah kita mengisi waktu kita dengan dengan hal-hal yang bernilai? Atau dengan bermakna? Sehingga suatu saat ketka kita meninggalkan dunia ini, kita tidak akan menyesal dan bahkan kita meninggalkan kesan-kesan yang sangat positif. Rata-rata kita diberi waktu selama 70 atau 80 tahun atau mungkin kurang. Persoalannya bukan berapa lama kita hidup tetapi bagaimana kita mengisinya. So, Live Your Live Full. Isilah hidupmu sepenuhnya. Jangan biarkan banyak bolongnya. Isilah hidupmu hari ini secara full. Full di sini berarti maksimal, kita mengisinya dengan memberikan yang terbaik. Full berarti kita mengisinya dengan sepenuh hati, sepenuh tenaga dan pikiran kita. Full bukan hanya diisi kesibukan dan aktifitas tanpa makna tetapi full berarti kita mengisinya dengan hal-hal yang baik, positif dan menjadi berkat terlebih menyenangkan Tuhan. Live your live full berarti hidupnya berbuah secara full atau berbuah lebat. Buah Rohnya juga full, bukan cuma satu ada dua saja yang muncul. Ketika kita mengisi hidup dengan full maka akan mengalir kepada orang lain, dengan kata lain bisa menjadi berkat. Bagaimana kita bisa menjadi berkat kalau kit sendiri tidak mengisi hidup dengan maksimal.

Belum lama ini saya dikejutkan dengan meninggalnya secara mendadak seorang mahasiswi kedokteran, dulunya dia adalah murid SMA saya. Dia sewaktu bersekolah benar-benar menjadi teladan dalam sikap dan karakternya. Baik, sopan,ramah, pintar, care lagi. Kurang apalagi. Tiba-tiba saja dalam usia 21 tahun telah meninggal dunia. Tapi yang membahagiakan saya adalah bahwa dia sudah di dalam Tuhan. Kesan teman-temannya semasa dia hidup sangatlah luar biasa. Di Faceooknya terpatri kesan dan pesan yang positif dan manis adanya tentang dia. Bahkan di Facebook dia sudah dikasih julukan Dokter. Saya mendengar kesaksian Kakaknya bahwa dia rajin belajar dan seorang yang tekun. Dia juga memiliki kerohanian yang baik. Dia rajin beribadah. Dia telah melalui hidupnya dengan bermakna. Ternyata dalam usianya yang begitu singkat, dia mampu melaluinya dengan bermakna.

Pergunakan waktumu berarti tebuslah waktumu, redeem your time, karena hari-hari ini jahat. Ada harga yang harus dibayar dalam menebus waktu kita. Tebuslah waktumu menunjukkan suatu usaha yang sungguh-sungguh, serius, tidak main-main karena waktu itu cepat atau lambat pasti akan berlalu. Hidup itu berjalan terasa cepat, bukan? Nah kita jelas berpacu dengan waktu. Jadi jangan berleha-leha, atau membuang-buang waktu dengan sia-sia. Sewaktu kita membuang-buang waktu, bermalas-malasan, menyia-nyiakan waktu kita maka kita sendiri sebenarnya sedang dimakan oleh waktu. Kalau kita tidak menggunakannya dengan baik maka dengan berjalannya waktu maka kita akan kehilangan kesempatan, peluang dan banyak hal baik dalam hidup kita. Akhirnya waktu jualah yang akan menghancurkan kita karena kita melewatkannya dengan sia-sia. Berapa banyak waktu yang kita buang percuma karena keegoisan, kemalasan dan sifat tidak peduli kita. Tebuslah waktumu juga menunjukkan bagaimana kita harus menebus waktu kita sebelumnya yang kita sia-siakan. Waktu yang seharusnya untuk Tuhan, untuk sesama dan untuk melakukan pekerjaan yang baik tapi hilang begitu saja karena kita tidak menggunakan waktu dengan baik. Seringkali banyak orang beralasan, saya sibuk, nggak ada waktu. Padahal kita semua sama-sama diberi waktu yan sama. Kuncinya ada pada penetan prioritas dan harus ada pengorbanan. Namanya saja, tebuslah waktumu. Menentukan prioritas dan mengatur waktu dengan baik akan membuat waktu kita termanfaatkan dan tidak terbuang percuma. Waktu yang sebenarnya singkat tapi kalau kita pergunakan dengan baik maka waktu kita itu akan berkualitas. Waktu itu ibarat investasi. Pergunakan waktu kita dengan baik jangan sampai kita rugi atau waktu terbuang habis percuma. Kalau demikian maka kita hanya meninggalkan utang yang sangat besar dalam hidup kita. Kebangkrutan hidup namanya kalu kita tidak bijaksana menggunakan waktu dengan baik.

Pergunakanlah waktu yang ada karena waktu itu berkaitan dengan kekekalan. Apa yang kita lakukan di waktu saat ini akan diperhitungkan dalam kekekalan. Ingat saat waktu di dunia selesai, kta akan melanjutkan kehidupan kita di dalam kekekalan. Saat berada dalam kekekalan maka tidak ada untuk kesempatan kembali ke dunia lagi. Tidak ada titik balik. Hidup di akhirat itu akan sangat lama alias kekal. Ingat jam Akhirat? Persiapannya sebenarnya sudah dimulai hari ini. Saya bersyukur saya sudah memiliki keselamatan di dalam Kristus. Saya yakin kapanpun saya meninggal saya pasti masuk surga. Keyakinan saya ini bukan hanya sekedar kenaifan seorang Ronny tetapi Tuhan sendiri memberi garansi bahwa barangsiapa percaya, pasti akan memiliki hidup kekal. Pastikan kita memiliki keselamatan atau hidup kekal itu sebelum kita meninggalkan dunia ini. Jadi pergunakanlah setiap moment yang ada. Pergunakan kesempatanmu. Pakai waktumu sebaik-baiknya mumpung masih diberi kesempatan. Nanti akan datang saatnya giliran kita dan kalau kita meninggalkan dunia ini, kita tidak menyesal. Sudahkah anda menebus waktu anda hari ini? Live Your Live Full. God Bless You

Resolusi : komitmen sesaat atau ???

Resolusi : komitmen sesaat atau ???

Resolusi bukanlah komitmen biasa bagi seorang Jonathan Edwards (1669-1758). Dia tidak hanya membuat resolusi singkat untuk jangka pendek di tahun baru. Dia membuat resolusi hidup dan selalu mengevaluasinya setiap minggu! Dia mulai membuat resolusi pada usia 17 tahun sebanyak 21 resolusi. Daftarnya terus bertambah, sampai akhir hidupnya dia telah membuat resolusi sebanyak 70 resolusi. Daftar paling atas berbunyi: "Being sensible that I am unable to do anything without God’s help, I do humbly entreat Him by His grace to enable me to keep these resolutions. Remember to read over these resolutions once a week."

Apa resolusi Anda tahun ini?
Typical New Year’s Resolution No. 1: Actually keep this year’s resolutions.
Edwards: "Resolve to never give over, nor in the least to slacken, my fight with my corruptions, however unsuccessful I may be."
Typical New Year’s Resolution No. 2: Lose Weight.
Edwards: "Resolve to maintain the strictest temperance, in eating and drinking."
Typical New Year’s Resolution No. 3: Spend more quality time with family.
Edwards: "Resolve that I will live so, as I shall wish I had done when I come to die. Never allow the least measure of any fretting uneasiness at my father or mother … so much as in the least alteration of speech or motion of eye."
Typical New Year’s Resolution No. 4: Always tell the truth.
Edwards: "Resolve to never willfully omit anything, except the omission for the glory of God; and frequently to examine my omissions."
Typical New Year’s Resolution No. 5: Spend more time reading God’s Word.
Edwards: "Resolve to study the Scriptures so steadily, constantly and frequently, as that I may find, and plainly perceive, myself to grow in the knowledge of the same."

O ya Jonathan Edwards adalah seorang pengkhotbah terkenal di Amerika pada zamannya.
Pengen sih ya membuat dan menjalani komitmen seperti beliau.
Semoga kita tidak hanya membuat resolusi singkat tapi benar-benar "resolusi hidup" yang nantinya akan membuat perbedaan di tahun ini. Kiranya Tuhan menolong kita semua.
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design