Showing posts with label Suara Hati. Show all posts
Showing posts with label Suara Hati. Show all posts

Awareness

Awareness

Seorang lelaki pada suatu hari menemukan sebuah telur burung rajawali dan dia meletakkan telur itu bersama dengan telur-telur ayam di sarang seekor induk ayam peliharaan yang sedang mengeram. Telur itu menetas bersama telur ayam yang lain, dan anak burung itu tumbuh bersama anak-anak ayam diasuh oleh induk ayam itu.

Selama hidupnya burung rajawali itu bertingkah laku seperti ayam, dan menganggap dirinya ayam peliharaan. Dia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia berkotek dan berkokok. Dia akan mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang beberapa meter di udara.

Tahun berlalu dan burung rajawali itu menjadi tua. Suatu hari dia melihat seekor burung yang sangat gagah terbang di angkasa yang tak berawan. Burung itu melayang dengan anggun dan berwibawa dalam hembusan angin yang kuat, dia hanya membentangkan sayapnya dan jarang sekali menggerakkan sayapnya itu.

Rajawali tua itu terpesona memandang ke atas. ” Siapakah itu?”, tanyanya.
” Itu adalah burung rajawali, raja dari segala burung,” kata ayam yang ada didekatnya. ” Dia penghuni langit dan kita penghuni bumi, kita adalah ayam.” Demikianlah rajawali itu hidup terus dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapan tentang dirinya. (Anthony de Mello, S.J)


Demikan pula kita seringkali tidak menyadari potensi terbaik atau talenta yang ada pada kita. Jika kita dapat mengenali dan menemukan talenta tersebut, yang perlu kita lakukan adalah senantiasa terus menerus mengembangkan talenta tersebut melalui proses pembelajaran terus menerus (continuous learning) dan berlatih dengan keras sampai kita mencapai consistent, near-perfect performance.

Kalau kita membaca cerita diatas cukup banyak dari kita yang bernasib seperti rajawali tersebut. kita seringkali dininabobokkan oleh kemapanan yang semu, sering lingkungan kita membuat potensi kita tidak muncul atau kurang mendapatkan tempat, sehingga kita hanya menjadi seperti yang dibilang orang, bukan menjadi diri kita dengan segala potensi yang kita miliki. Mari bersama melalui blog ini kita berupaya untuk menjadi diri kita sendiri.



Cinta sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui namun pada apa yang telah dikerjakan tapi tidak diketahui. Kisah pengorbanan ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan apapun. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni, cinta seorang ibu kepada anaknya tanpa pamrih.

Mari tebarkan cinta dengan ketulusan dan keiklasan, kita akan menemukan kebahagiaan sejati.

(Andrie Wongso)


Begitu banyak pengorbanan yang telah ibu lakukan selama ini dengan tanpa pamrih, sebuah cinta yang luar biasa. namun seringkali kita melupakan itu, kita begitu sering membuat Ibu kita menangis serta bersedih mendengar perilaku kita. tiada ibu yang pingin anaknya terlantar tidak bisa makan, banyak ibu-ibu yang kuat , mereka berjuang dengan segala upaya untuk bisa memberikan terbaik bagi anak dan keluarga. begitu banyak ibu-ibu yang berjuang tanpa pamrih dan tidak kita ketahui telah banyak memberikan kontribusi akan perkembangan kehidupan kita. jadi tidak ada yang patut kita ucapkan pada IBU-IBU YANG HEBAT. Kami berupaya segenap hati , untuk bisa memberikan kebahagian yang sejati bagi IBU-IBU ku, dengan berupaya memberikan yang terbaik bagi dunia ini.

Selamat Hari Ibu

Togog Menggugat Para “Dewa”

Togog Menggugat Para  “Dewa”

Dalam sebuah penampilan wayang kulit yang di dalangi oleh seorang dalang yang cukup terkenal. Namun ada kejadian aneh pada saat pementasan yang mengharuskan tokoh wayang yang identik dengan kejelekan, keburukan, kerakusan, keserakahan, tapi juga sebenarnya juga dewa “menghilang”, tokoh itu adalah Togog. Perwatakan keburukan tokoh ini sudah nampak dari bentuk fisik yang buruk. Saat sang dalang meminta togog keluar ternyata togog ‘mbalelo’, dia pilih lari dari pementasan tersebut. Hingga sang dalang kebingungan mencarinya, namun oleh tokoh wayang yang identik dengan pengayom para pendawa sebagai pelambang kebenaran, tokoh tersebut adalah Ki Semar. Menunjukkan pada dalang bahwa Togog sedang ngumpet ke kamarnya tidak mau pentas malam ini. Oleh Ki dalang Semar di minta merayu togog untuk keluar, karena penonton sudah tidak sabar menunggu togog keluar, selain Ki dalang takut nantinya penonton demotrasi. Ki Dalang takut nanti ada kerusuhan, dan ujung-ujungnya Ki Dalang tidak dapat bayaran.
Namun walaupun Ki dalang sudah mengutus juru rayunya Semar dan di Tambah Kresno, tetapi Togog tetap tidak mau keluar. Dalam negoesasi togog sempat mengeluarkan option, “Togog mau keluar kalau nantinya dalam pementasan peran togog tidak identik dengan keburukan dan kebatilan. Ia ingin berperan sebagai juru selamat dunia, karena ia ingin berbuat baik bagi manusia dunia, ia ingin menjadi penasehat Pandawa, ingin menyembarkan kedamaian pada seluruh dunia pewayangan. Ia ingin menyerukan pada Pandawa dan Kurawa bahwa mereka di ciptakan sebagai saudara dan untuk berbuat baik, tidak perlu berebut kekuasaan yang akhirnya menimbulkan korban”. Option itu di sampaikan pada Semar dan Kresna agar di sampaikan pada Ki Dalang. Kalau tidak disepakati ia akan tetap tidak mau keluar, sebab ia sudah bosan menjadi tokoh yang tugasnya menghasut, mengadu domba, dan membuat kerusakan di muka bumi. Ia ingin berbuat yang lain dalam dunia ini. Ia ingin berkarya sebelum ajal menjemputnya.

Dalam negoisasi yang a lot, akhir Semar dan Kresna membawa option Togog untuk di sampaikan pada Ki Dalang. Walaupun Semar dan Kresna merasa option Togog tidak mungkin di kabulkan, sebab itu merusak pakem, melawan kodrat, melawan takdir sang Dewa. Tapi Semar dan Kresna tetap menjujung tinggi pendapat si Togog, karena mereka hanyalah sebagai tim lobi saja, masalah keputusannya bagaimana itu terserah pada Ki Dalang sebagai yang berhak memutuskan kebijakan.
Akhirnya Semar dan Kresna menghadap Ki Dalang mengutarakan option yang di sampaikan Togog. Mendengar itu Ki Dalang “Muntap” bagaikan kejatuhan meteor dari kahyangan. Sebab tidak mungkin option Togog itu di kabulkan. Kalau option itu di kabulkan maka bisa di artikan sebagai sikap ‘mbalelo’ pada Dewa. Dan itu berarti bisa di katakan sebagai Kiamat bagi dunia pewayangan.
Ki Dalang bingung menghadapi option Togog. Agar penonton tidak demontrasi maka Ki Dalang minta izin untuk Ke-Kahyangan menghadap menghadap Batara Guru untuk meminta rekomendasi agar mengizinkan memainkan watak Tokoh Togog seperti option yang di sampaikan pada Semar dan Kresna walaupun dengan pesimis.
Ki dalang dengan di antar Narado menghadap Batara Guru dan menyampaikan permintaan Togog. Ki Dalang dengan memberikan argumen yang kuat agar Batara Guru mengizinkan Togog berperan sebagai tokoh yang baik dalam satu malam saja. Dan tentunya dengan alasan agar penonton tidak mendemo Ki Dalang. Batara Guru meminta pada Ki Dalang menunggu sebentar, Batara Guru akan merapatkan dengan staf “Kadewatan”. Maka Kahyangan geger dengan panggilan mendadak dari Batara Guru. Karena mulai dewa kematian serta dewa kehidupan di panggil, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan keinginan Togog itu di kabulkan. Setelah mengadakan rapat yang cukup a lot, maka Batara Guru mengizinkan pada pementasan malam ini Togog menjadi tokoh kebaikan, tapi dengan syarat setelah pementasan surat izin mengdalang bagi Ki Dalang tersebut di cabut. Karena dengan mengizinkan permintaan Togog berarti telah memutarbalik perjalanan dunia pewayangan. Takutnya nanti di ikuti oleh tokoh wayang lain dan juga para dalang-dalang. Untuk itu juga agar tidak terjadi kerusuhan dan pertumpahan darah pada malam ini, intinya juga agar rakyat tidak menderita.
Kemudian setelah mengungkapkan hasil rapat dengan para dewa, Batara Guru, didampingi oleh Narado serta Ki Dalang mengadakan jumpa Press agar dunia pewayangan tidak terjadi gunjang-ganjing. Dalam jumpa press ini Batara Guru membacakan Surat Keputusan Para Dewa yang isinya mengizinkan Ki Dalang memerankan tokoh Togog sebagai tokoh kebaikan dan juru selamat dunia pewayangan.
Setelah jumpa press Ki Dalang turun ke bumi dan menemui Togog dengan membawa SK Para Dewa. Akhirnya Togog mau kembali ke pentas dengan melakonkan sikaf yang baik dan bijak, walaupun masih sering terpeleset dengan perwatakan keburukan yang dia tokoh selama ini, hingga mendarah daging.
Pementasan ini akhirnya semakin terkenal dan para Dewa semua menyempatkan diri untuk melihat Togog yang melakonkan kebaikan. Karena pementasan mengandung nilai sejarah dan momumental sebab tidak akan terulang lagi. Selain Para Dewa melihat bahwa sebenarnya dalam Naluri manusia itu ada secercah cahaya kebaikan, walaupun sekotor apapun watak dan perilaku seseorang.
Di akhir pementasan Ki Dalang juga mengadakan Jumpa Press akan keputusan Para Dewa bahwa dia harus mengundurkan diri sebagai Ki Dalang. Dihadapan penonton dan para wartawan mengutarakan ke-ikhlasannya mundur dari profesi Dalang dan akan menyepi, memantapkan perguatan wacana tentang kehidupan yang secara tidak langsung telah juga di lontarkan pada permintaan Togog, yang menunjukkan begitu mengdalamnya pemahaman Togog tentang kehidupan terutama tentang baik-buruk, hitam-putih. Ke-mbalelo-an Togog dalam pementasan malam ini, merupakan bahan reflesi para tokoh di dunia Pewayangan.

Hidup adalah pilihan

Hidup adalah pilihan


Hidup adalah sebuah pilihan, yang harus kita bisa memilih. Hal sesuai apa yang kita tuju dalam hidip. Banyak orang mengartikan hidup beraneka ragam, ada yang menganggap hidup adalah sebuah perjuangan, berjuang pada apa yang kita tuju, bisa uang, kebahagian, kebersamaan, dan kedamaian. Namun kita sangatlah bebas mengartikan atau mendefinisikan apa itu uang apa itu kebahagian dan apa itu kedamaian. Walapun kadang ketiga sangat berkorelasi namun kadang juga ketiganya merupakan yang berbeda. Tapi yang jelas ketiganya sangatlah berhubungan, walupun ada beberapa orang yang menyakalnya tapi orang-orang yang seperti ini sangatlah sedikit.

Tujuan hidup tiap-tiap orang sangatlah berbeda dan tentunya sangat berimplikasi pada perbedaan pandangan antar manusia itu dalam mengartikanya. Tujuan hidupku adalah kebahagian, walaupun kebahagian itu sangatlah relatif dan subyektif, untuk itulah manusia yang diberikan akal dan pikiran, sehingga setiap manusia memiliki pandangan, cara dan dunianya masing-masing, yang sangatlah mustahil akal dan pikiran manusia itu di samakan karena manusia itu bukanlah robot yang bisa sama. Maka sangatlah patutlah kalau kita sebagai manusia haruslah sadar bahwa kita tidak mungkin sama pleng dengan manusia lain walaupun kadang kita dilahirkan dalam keadaan kembar, tetap manusia mempunyai dunianya masing-masing. Mari kita hormati keragaman ini.

Alam pikir manusia yang berbeda itu kalau kita dapat mengembang potensinya akanlah sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Karena dengan itu maka kita akan bisa bertukar pikiran, berdiskusi dll. Bayangkan kalau semua pikiran manusia sama tentunya tidak akan ada dinamika dan kecenderungan akan stagnan atau monoton, makanya kita perlu semacam konflik-konflik kecil untuk menggugah kesadaran atau ketiduran kita atas realitas yang harus kita alami. Konflik akan sangat berguna pada saat kita membutuhkan spirit atau semangat untuk melakukan hal-hal yang revolusioner atau perubahan yang mendasar. Karena dengan hanya berprasrah pada proses evolusi alam maka membuat kita ternina bobokkan pada kemapanan yang kadang tidak kita rasakan telah menindas pikiran kita. Penindasan pikiran ini adalah kejahatan yang seringkali sangat berefek besar pada perjalanan hidup manusia. Perjalanan yang dibuat untuk mencapai tujuan hidup sebenarnya.

Setiap manusia mempunyai tujuan hidup yang berbeda dan beraneka ragam yang sangatlah sulit untuk disamakan, walaupun dalam sebuah kontrak sosial yang suci sekalipun antara 2 jenis kelamin manusia. Sehingga sangatlah tidak mungkin kita sering menyalah artikan keharmonisan keluarga itu di identikkan dengan keluarga yang satu kata, keseragaman, kepatuhan, ketertundukan pada salah satu anggota pada anggota keluarga yang lain, walaupun memang dalam kontrak sosial yang suci ini perlu sebuah kesepakatan-kseepakatan bersama. Namun kesepakatan itu bukanlah mengatur akan keseragaman dan kepatuhan yang berujung pada pola relasi patron-klien, karena kalau itu yang munculkan yang terjadi adalah penindasan, perbudakan dan ketidakberdayaan pada salah satu anggota relasi tersebut. Perlu sekali kita kembali merefleksikan selalu tujuan hidup kita dan apa pilihan hidup kita. Namun yang paling perlu kita sadari bersama bahwa manusia diciptakan untuk berbuat untuk melawan segala bentuk penindasan dan memerdekakan bagi yang tertindas. Kita yakin bahwa tidak ada arti hidup kita kalau tidak bermanfaat dan berguna bagi kehidupan kedepan kita. Mari kita lukis kehidupan kita dengan menggoreskan tinta dengan beranekaragam warna yang kita sukai agar indah dan menpunyai spirit untuk membangun sebuah peradapan baru bagi sejarah manusia.

Dau, 27 Januari 2006
gozali

Kubunuh tuhanku

Kubunuh tuhanku

Kehidupan memang nampak sangatlah sulit buatku, aku hidup di keluarga yang sangat aku cintai. Namun itu semua juga telah aku buat rusak semua, karena akau mulai melihat mengapa aku tidak seperti teman2ku di SMU itu. Yang mereka bisa berpikir tentang pacaran, naik sepeda motor bahkan banyak yang bawa mobil, aku lihat itu semua di TV yang Cuma 14” tapi berwarna lho. Kenapa ya orang-orang di TV itu hidupnya begitu enak gitu, mereka bisa main ke Mall, pakai baju yang bagus dan modes, bisa kemana-mana dengan menenteng HP yang type terbaru, yang ada kameranya itu lho.


Sedangkan aku boro-boro mau pakai baju bagus, atau punya HP atau sepeda motor untuk makan besok aja aku harus utang. Yang karena keluargaku hidup di desa yang jauh dari kota, bapakku seorang petani dan kadang ojek, ibuku sering bantu bapak di sawah warisan nenek. Aku tidak menyesal kenapa aku hidup didesa, aku juga tidak menyesal kenapa aku hidup apa adanya. Karena sebenarnya orang tuaku pekerja keras, mereka telah berusaha keras untuk mendapatkan uang, mereka telah bekerja siang-malam untuk mendapatkan uang, bahkan kadang mereka tidak istirahat. Yang itu aku lihat juga sangat mempengaruhi kehidupan keluarga kami, kami jarang ketemu, kalaupun ketemu itupun Cuma malam yang kadang pada saat menjelang tidur. Aku tidak melihat orang tuaku bisa menikmati hidupnya, yang aku lihat mereka begitu semangat untuk mencari uang demi kebutuhan anak-anak seperti aku. Jarang aku lihat bisa bermesraan seperti keluarga-keluarga yang ada di TV, yang kelihatannya hidupnya kok santai, penuh canda dan sering rekreasi kemana-mana, aku benar sangat beringin berimajinasi kalau keluarga nantinya akan seperti itu, hidup dengan kecukupan dan imajinasi itu sangatlah kuat hidup dalam benakku. Kapan aku akan menjadi kaya yaaa. Imajinasi itu begitu kuat hinggap di kepala, sehingga sering aku bermimpi bisa hidup seperti keluarga yang aku lihat di TV-ku itu.
Hingga saat ini aku masih duduk di kelas 2 SMU di kecamatanku. Satu-satunya SMU yang ada di kecamatanku, hampir semua teman-temanku dari orang biasa. Mereka kebanyakkan dari keluarga petani bisa, dan paling banter anak dari cukong atau guru di desaku.

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design