Showing posts with label Religi. Show all posts
Showing posts with label Religi. Show all posts

Pidato Pelantikan Abu Bakar Ash Shiddiq Sebagai Khalifah

Pidato Pelantikan Abu Bakar Ash Shiddiq Sebagai Khalifah
Selepas dibai'at, Abu Bakar rodhiyallohu'anhu mulai berpidato setelah memuji Alloh Pemilik segala pujian, " Amma ba'du, para hadirin sekalian, sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pemimpin atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan bantulah aku. Dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya Insya Alloh. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya.

Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Alloh kecuali Alloh akan timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah suatu kaum kecuali adzab Alloh akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Alloh dan RosulNya. Namun, jika aku tidak mematuhi keduanya maka tidak ada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan sholat, semoga Alloh merahmati kalian".(Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah; Ibnu Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah)

Alangkah indahnya kata-kata yang keluar dari mulut beliau yang mulia. Kita sangatlah merindukan sosok pemimpin seperti beliau di masa sekarang ini. Sungguh berbeda keadaannya dengan pemimpin yang ada sekarang.Coba bandingkan pidato pelantikan yang disampaikan oleh pemimpin-pemimpin yang ada di masa sekarang ini dengan pidato beliau di atas. Jauh sekali perbandingannya..

Source: Note FB

Kisah Nenek Dengan Selembar Daunnya

Kisah Nenek Dengan Selembar Daunnya
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka.
Ia menjual bunganya di pasar, berjalan kaki cukup jauh.

Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu.
Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid.
Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.

Selembar demi selembar dikaisnya.
Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu.

Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat.
Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya.

Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid.
Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut.

Tidak ada satu pun daun terserak di situ.

Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.

Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.

"Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat, pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya, kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya.
"Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw.

Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi
menjemput saya.
Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya."

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus.
Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt.
Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang tinggi.
Ia tidak dapat mengandalkan amalnya.

Ia sangat bergantung pada rahmat Allah.

kalau kita ?

Source: Forwarded Email
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design