Respon Terhadap Bencana : Belajar Dari Jepang

ADSENSE HERE!
Ujian karakter adalah pada saat seseorang atau suatu bangsa menghadapi suatu krisis. Inilah yang ditunjukkan oleh orang Jepang. Menghadapi krisis yang bertubi-tubi menimpa mereka sikap dan respon bangsa Jepang menghadapi bencana sangatlah luar biasa. Media internasional memuji-muji respon mereka yang tetap tenang dan tabah serta berani dalam menghadapi krisis. Respon Jepang terhadap bencana membuat negeri yang kecil ini justru semakin bersinar di mata dunia.

Ada dua  kata yang menggambarkan mentalitas mulia orang Jepang yaitu “gaman” dan “gambaru”. Gaman dalah suatu suatu karakter yang menunjukkan kesabaran, ketenangan, ketekunan  dan ketabahan.  

Hal ini langsung terlihat pasca bencana. Orang-orang menunjukkan ketenangan, tidak adanya penjarahan, tidak ada yang mengambil keuntungan di tengah bencana, orang-orang antri dengan teratur menunjukkan sifat khas mereka ini.

Apa yang diekspos media Jepang juga menunjukkan hal ini. Walaupun gambar-gambar kerusakan karena gempa dan tsunami ditampilkan tapi tidak mengekspos kesedihan dan penderitaan. Tidak nampak jejeran atau tumpukan mayat, tangisan yang berkepanjangan. Tidak ada lagu-lagu kesedihan atau balada di televisi plus dompet bencana dan nomor rekening.  

Seorang ibu diwawancara bagaimana dia bisa tetap tegar, dia mengatakan,”Saya harus  berani, saya tidak boleh menunjukkan ketakutan dan  kesedihan, kalau saya takut dan sedih bagaimana nanti bila kedua anak saya mengetahuinya? Jadi saya harus kuat”. 

Seorang wanita tua yang kesakitan karena tertimpa perabot rumah pada saat diangkat dari reruntuhan perabot, meminta maaf kepada penyelamatnya karena merasa sudah merepotkan dan membuat tidak nyaman dan malah meminta pemyelamat yang lainnya untk menyelamatkan oranbg lain terlebih dahulu.
Surat kabar menceritakan seorang pemilik mesin yang membagi-bagikan minuman dan seorang wanita bua yang membawa makanan hangat kepada orang-orang yng dalam pengungsian.
Penjaga bahan bakar meminta maaf karena kehabisan stok bahan bakar kepada orang-orang yang berkendaraan yang sedang antri sementara dalam antrian tidak ada yang memotong jalur dan tidak ada yang nampak marah-marah atau frustrasi. Antrian orang menanti makanan dan air juga tenang. Tidak ada yang menyerobot atau mengantri air membawa galon yang banyak dan besar. Ukurannya kecil dan cukup untuk mereka.



Sedangkan yang kedua adalah  “gambaru” menunjukkan sikap yang terus bertahan dan pantang menyerah. 

Ada sebuah laporan di area  Minamisanriku, seorang tua yang diselamatkan tiga hari setelah tsunami. Dia menunjukkan senyum yang lebar di wajahnya. Dia mengatakan,”Semua akan baik-baik saja, Kita akan kembali membangun semuanya.”

Ada tulisan seorang mahasiswa Indonesia bernama Rouli yang menyaksikan semangat orang Jepang dalam menyemngati satu sama lain. Tulisnya, “Ada yang nyari istrinya, belum ketemu-ketemu, mukanya galau banget. Tapi tetap tenang dan nggak emosional. Dia disemangati seorang nenek di tempat pengungsian, “’Gambatte sagasoo! kitto mit-sukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah).” Inilah potret gambaru yang menunjukkan optimism dan harapan di tengah kesulitan.

Dari pemimpinnya sendiri menunjukkan semangat yang sama. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengakui gempa yang menimpa Jepang adalah salah satu krisis terburuk setelah perang dunia II. Tetapi dia langsung memberikan dorongan dan semangat "This is the biggest crisis we have faced in our 65-year post-war history. I am confident that we can work together to overcome these difficulties," Nampak spirit gaman dan gambaru dia kobarkan bagi rakyatnya. 

 
Saya juga melihat peran pemimpin yang sangat besar di sini. Belajar dari kesalahan perdana menteri Tomiichi Murayama sebelumnya yang menangani gempa di Kobe tahun 1995, perdana menteri Naoko Kan langsung merespon dengan cepat. Dia langsung memimpin membentuk tim darurat  yang langsung diketuainya sendiri. Perdana menteri ini juga tanpa menunggu lama langsung turun ke lokasi bencana. Perdana menterinya malah membungkukan badan untuk menghormati para tim penyelamat dan petugas pemadam kebakaran. Inilah cermin pemimpin yang responsif dan rendah hati. 

Teladan pemimpin dan kisah rakyatnya yang luar biasa akan terekam sebagai bukti betapa kuatnya bangsa Jepang dalam menghadapi bencana. Banyak kisah-kisah kepedulian dan  perhatian yang dialami oleh orang asing saat berada di Jepang. Juga kisah kerja sama dan spirit untuk saling menolong terus nampak dan media-media menjadi saksi akan sikap dan karakter mereka ini. 

Akhirnya : Simpati dan salut buat warga Jepang yang memberi kita pelajaran berharga. Mungkin kita baru menghadapi krisis dan bencana kecil tapi kita langsung menyerah. Ingat, bagaimana orang Jepang meghadapi kesulitan yang jauhhhh lebih besar tapi spirit mereka tidak luntur.
Never givvvvvvvvvvvvvvv up, be strong and good courage.

 sumber kutipan perdana menteri  Jepang :
 http://online.wsj.com/article/SB10001424052748704893604576198121566267028.html
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design