FEARLESS

ADSENSE HERE!


Walaupun judulnya sama dengan Fearless-nya Jet Li tapi film ini genre dan messagenya jauh berbeda. Film produksi 2006 ini dibintangi TVB actors Roger Kwok yang berperan sebagai Joe dan Kenix Kwok sebagai Wai Yan. Walaupun sama-sama bermarga Kwok tapi mereka tidak ada hubungan saudara. O ya film ini berkisah tentang cinta, perselingkuhan ( dengan sesama jenis), kesetiaan seorang istri dan dukungan seorang sahabat, pergumulan iman seorang pelayan dan abuse di masa kecil. Menarik bukan? Hal yang terakhir akan saya bahas duluan dalam review film ini.

Film ini diawali dengan ungkapan berikut:

"Someone once said:
Every snapshot of sadness and pain in life will become a black balloon tied on thorns
The more you struggle, the deeper the cut, thus, more pain,
This ballon will be with you forever"

Joe seringkali mengalami mimpi buruk seperti di pengantar di film. Dia sering bermimpi memegang balon hitam yang tergenggam dengan kawat berduri di tangannya. Dalam mimpinya dia juga melihat seseorang berjubah hitam yang misterius. Mimpi itu sering mengganggunya dan membuatnya merasa takut. Kita akan tahu akhirnya apa yang dimaksud dengan balon hitam lewat berbagai epiosode kehidapan yang secara flash back ditayangkan semenjak masa kecilnya Joe. Dari sinilah penonton diajak untuk melihat realita yang dialami Joe. Apa yang dialaminya pada masa kecil jelas sangat berpengaruh sampai dia dewasa. Benar ungkapan yang mengatakan bahwa untuk melihat seseorang di masa sekarang, lihatlah masa lalunya. Visualisasi yang menarik sekali dipakai untuk menggambarkan mimpi buruk atau masa lalu, kepahitan dan trauma masa lalunya digambbrakan dengan balon hitam yang terkait di tangan dengan kawat berduri yang mencengkeram tangan dan tidak bias dilepaskan sampai tangannya berdarah-darah. Visualisasinya sangat menarik dan mengena sekaligus menegangkan karena tampak sekilas mirip film horror (Murid saya sempat mengira ini adalah film horror).
Kisah selanjutnya yang merupakan awal film ini diawali dengan adegan kemenangan Joe Hui pada penghargaan music di mana dia merai penghargaan sebagai komposer terbaik dan runner up best lyrics untuk kategori artis pendatanga baru. Joe lalu mengangkat tinggi trofi kemenangannya, setelah itu sebagaimana biasanya, Joe Hui mengucapkan sambutannya dan ucapan terima kasih kepada manajernya, istrinya Wai Yan dan kepada Mamanya. Disinilah kejanggalan sebenarnya mulai terlihat karena Joe tidak mengucapkan terima kasih kepada Papanya. Mamanya Joe sendiri menyaksikan dari televisi kemenangan anaknya. Mamanya si Joe berteriak kegirangan begitu tahu anaknya menang sambil berseru ke suaminya yang lagi sibuk. “Anak kita menang, Sayang. Mari Pa saksikan kemenangan anak kita”. Sambutan ayahnya Joe ternyata dingin, dia tampak cuek dan tidak tertarik sedikitpun untuk melihat kemenangan anaknya.
Dari mimpi buruknya secara flash back, penonton diajak untuk melihat masa kecil yang merupakan pengalaman hitam yang pernah dilalui Joe. Joe sendiri sewaktu kecil sering mengalami penolakan dari ayahnya. Sewaktu ada acara di sebuah gedung yang besar, Joe pengen ke toilet tapi saat dia minta diantar, papanya menyryuhnya pergi sendiri. (Pada akhirnya terungkap bahwa saat dia pergi ke toilet sendirian, dia diabuse oleh seorang dewasa!). Lalu saat dia ketakutan di malam hari karena ada petir menggelegar, dia lari ke kamar ayahnya. Ayahnya bukannya menghibur dia tapi justru menyalahkannya. Saat mamanya membela anaknya, papanya Joe mengatakan bahwa Joe itu pengecut dan tidak berguna seperti ibunya!. Ayahnya sendiri membandingkan bahwa dia waktu kecil sangat kuat dan tidak penakut. Karena nggak ada yang nemenin maka Joe akhirnya meraih boneka kuda untuk menemaninya.
Sampai dewasa pun Papanya tetap bersikap sama. Saat makan siang di rumah orang tuanya, Joe dengan gembira mengatakan bahwa dia meraih penghargaan musik, tapi apa reaksi papanya. Papanya tidak mengomentari apa yang diraih si Joe tapi mengomentari apa yang diraih anak temannya. Papanya malah bercerita bahwa Chan, anak temannya baru saja meraih gelar Ph.D dan Yale akan memntanya menjadi Professor di situ. Papanya bukannya memuji anaknya sendiri tapai malah membandingkan dan memuji anak orang lain. Joe langsung kehilangan selera makan dan ke belakang. Papanya terus ngoceh, bahwa penghargaan musik itu hanyalah sampah. Hanya orang yang berkualifikasi akademis baik yang bisa sukses dan memberi kontribus yang baik bagi masyarakat, ujar ayahnya. Joe langsung teringat pada waktu kecil saat dia bermain harmonika, papanya malah merampasnya dan saat mengetahui tangan satunya si Joe memegang boneka kuda, papanya mengatakan bahwa dia tidak akan pernah sukses kalau seperti itu Teringat hal itu dia langsung mengajak istrinya pulang. Saat mengetahui istrinya mengandung, Joe langsung minta digugurkan. Dia lalu bertengkar dengan istrinya.
Merasa stress dengan pekerjaan karena Joe juga merasa diremehkan oleh manajernya, penolakan terus dari papanya dan pertengkaran dengan istrinya membuat dia makin pusing. Dia minum-minum lalu dia teringat temannya dulu. Dulu ada seoran teman baik Joe yang bersedia menjadi temannya ketika dia nggak punya teman bermain di sekolah. Pada saat dia lagi menonton temannya yang lagi bermain basket seorang diri, orang ini yang mendekatinya dan berniat untuk menemani Joe. Tapi temannya ini saat duduk di samping Joe, langsung memegang tangannya. Anda tahu sendiri…… Akhirnya Joe saat dia dewasa memiliki kepribadian ganda.
Sebenarnya saat menikah dan untuk beberapa waktu lamanya dia masih baik-baik saja. Tetapi sewaktu dia menghadapi masalah dalam keluarganya ini, dia langsung teringat sahabat lamanya. Maksudnya sih mau curhat tetapi temannya itu memiliki riwayat khusus dengan dia. Joe sendiri memiliki dua komputer di rumah. Satu adalah laptop Mac buat aransemen lagu sedangkan satunya adalah PC hitam yang sudah lama dia nggak pakai. Monitornya sudah ditutup dengan kain hitam. Dia langsung membuka komputer hitamnya itu dan berchatting ria dengan sahabatnya sesama jenis.
Akhirnya hubungan ini juga ketahuan sama istrinya, Wai Yan. Suatu kali dia datangjke kantor suaminya dan dia memergoki suaminya sedang berpelukan mesra dengan seorang pria ganteng. Istrinya langsung lari dan saat Joe menghampirinya, Wai Yan marah sekaligus kesal karena merasa seolah diperalat oleh suaminya. Wai Yan langsung minta cerai dan ingin menggugurkan anaknya. (Kisah selanjutnya nanti akan berhubungan dengan Lifeline, Conseling center yang juga menjadi latar belakang kisah ini, akan saya tuliskan di artikel beikutnya).
Pesan dari film ini, adalah lagi-lagi sebagai orang tua kita harus mengapresiasi dan memotivasi anak, bukan sebaliknya. Pelecehan atau abuse dari orang tua sangat mempengaruhi jiwa seorang anak. Joe tumbuh dengan penolakan dan tanpa apresiasi sedikitpun dari ayahnya bahkan sampai dia dewasa. Bahkan amat menyedihkan ternyata ayahnya yang lebih memilih memuji anak orang lain daripada anak sendiri.
Setiap anak itu memiliki keunikan dan kita harus menghargai keunikan itu. Joe sendiri amat sensitif dan dia lebih tertarik ke bidang musik tetapi ayahnya meremehkan dan sangat tidak mendukung. Ayahnya membandingkan betapa dia pemberani di masa kecilnya dan dia nggak takut sendiri. Ya, jelaslah bahwa setiap anak itu perlu dididik untuk mandiri dan tidak takut tetapi hendaknya jangan dengan hardikan yang kasar dan terus membanding-bandngkan dengan diri sendiri atau orang lain.
Hal yang juga perlu kita perhatikan, penolakan dari orang tua akan membuat sang anak mencari penerimaan dari orang lain. Joe akhirnya mencari penerimaan dari temannya tapi sayangnya temannya adalah seorang gay. Penolakan terhadap anak akan membuat dia mencari kasih sayang di tempat lain dan amat berbahaya kalau dia menemukanany di tempat dan orang yang salah. Hal ini bisa berabe.
Selanjutnya, jangan terus menyimpan masa lalu atau sesuatu yang bisa menjadi parasit bagi hidup rohani kita atau bagi hidupa bersama dengan pasangan kita. Joe terus menyimpan komputer hitamnya, tempat dia dulu sering berkomunikasi dengan teman lama. Walaupun lama tak disentuh, akhirnya disentuhbnya juga dan kembali membuka hubungan lama yang akhirnya merusak hubungannya dengan istrinya.

Sebagai catatan:
Film Hongkong ini diedarkan oleh Media Hongkong Evangelism, dan film ini memiliki ketrkaitan dengan pelayanan Lifeline counseling yang juga turut menjadi latar film ini dan sudah menangani 22.000 kasus konseling. Menarik bahwa film ini mengangkat realita masa kini, dimainkan oleh artis-artis film yang juga sangat terkenal apalagi pemeran ayahanya Joe yang sangat tepat membawakan peran seoarnga ayah yang skua mengabuse anak. Sinematografinya baik sejkali, visualisasi dengan balon hitam patut diacungkan jempol. Kalau mau melihat film rohani masa kini, tontonjlah Fearless ini. Film ini tidak terkean menggurui dan mengalir apa adanya. Tidak ada adegan vulgar dalam film ini. Film ini cocok untuk pasangan muda, pemuda atau remaja tapi harus dengan bimbingan. Salut buat film ini dan pembuat film serta para artis dalam film ini. Sangat-sangat inspirasional.
Kalau mau dikasih bintang, saya kasih bintang lima (5) buat film ini. Jangan lewatkan.
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design