Pelajaran dari Atheist

Pelajaran dari Atheist
Image and video hosting by TinyPicJulia Gillard, Perdana Menteri wanita pertama di Australia yang dilantik 24 Juni 2010 lalu mengeluarkan pernyataan yang cukup menghebohkan para pemilihnya. Dalam wawancara dengan radio ABC Melbourne tanggal 29 juni 2010, secara terang-terangan ia mengatakan bahwa dirinya tidak percaya kepada Tuhan. Berikut kutipannya :  "I am not going to pretend a faith I don't feel," she said. "I am what I am and people will judge that. For people of faith, I think the greatest compliment I could pay to them is to respect their genuinely held beliefs and not to engage in some pretence about mine. I grew up in the Christian church, a Christian background. I won prizes for catechism, for being able to remember Bible verses. I am steeped in that tradition, but I've made decisions in my adult life about my own views."

Berita ini memang sudah cukup lama tetapi bagi saya ini menjadi suatu perenungan yang menarik. Bukan hanya karena pernyataannya yang terang-terangan kepada media, kejujurannya untuk mengungkapkan akan keyakinannya. Tapi yang saya mau soroti di sini adalah latar belakang Julia Gillard yang kental dengan Kekristenan sejak kecilnya serta tumbuh besar dalam tradisi Gereja ternyata mengalami titik balik yang drastis pada masa dewasanya. Hal yang patut kita renungkan adalah :

Pertama, seorang yang dibesarkan dengan latar belakang dan keyakinan Kristen belum tentu dia adalah seorang yang memiliki iman yang sejati. Iman itu adalah masalah relasi secara personal dengan Tuhan. Dibesarkan dalam keluarga Kristen, di dalam lingkungan gereja, jago menghafal ayat Alkitab dan memiliki latar belakang Kristen tidak akan otomatis membuat seseoran itu memiliki iman yang sesungguhnya. 
Bisa saja apa yang dilakukan itu hanyalah  sekedar aktifitas agama, atau sekedar hafalan tetapi tidak menyentuh hati atau tidak berdampak secara pribadi. Atau hanya sekedar ikut-ikutan (ikut orang tua, ikut teman, ikut tradisi). 

Kedua, menghafal ayat Alkitab tetapi hanya sekedar untuk hafalan. Julia dan banyak orang lain mungkin hafal banyak ayat Alkitab. Ditanya ayat ini dan itu, hafal di luar kepala. tetapi, ayat Alkitab itu bukan sekedar ayat biasa. Ayat Alkitab itu adalah Firman Tuhan. Jadi kalau menghafal ayat tujuannya hanya sekedar untuk dihafal, untuk meraih penghargaan atau untuk menunjukkan kepintaran maka ayat Alkitab itu sebenarnya sia-sia untuk dihafalkan. Bukankah baik dihafal? Betul, tetapi ayat Firman Tuhan itu harus diimani, dipegang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dihafal doang maka tidak ada dampaknya, tetapi kalau kita berpegang dan percaya kepada Firman Tuhan, maka kita akan dikuatkan, diberkati dan dipimpin oleh Tuhan. 

Ketiga, kita harus berjaga-jaga agar kita tidak jatuh. Jangan bersandar pada pengertian, pengetahuan dan kemampuan sendiri! Jangan sampai kita berpikir, ah iman saya jauh lebih kuat dari Julia Gillard, saya ngak bakal jadi atheist! Justru kita harus berjaga-jaga dan jangan merasa sombong karena di saat kita merasa diri kuat maka di situlah letak kejatuhan kita. Makanya saat melihat Julia Gillard harusnya membuat kita melihat kepada diri sendiri. Seorang yang memiliki tradisi kepercayaan Kristen yang begitu kuat ternyata imannya bukannya bertumbuh tapi berubah. Bibit iman Kekristenannya ternyata kalah oleh pendiriannya saat dewasa. Logika dan kemmapuan kita terbatas dan ada area yang tidak bisa kita hadapi dengan mengandalkan kekuatan sendiri. 

Keempat, belajar untuk setia sampai akhir. Tuhan ingin agar kita setia sampai akhir agar kita dapat menerima mahkota kehidupan. Kalau kita sudah memulai dengan baik maka kita harus berusaha mempertahankannya sampai kita berjumpa dengan Tuhan. Jangan sampai kita kehilangan kasih yang mula-mula, tawar hati dan mundur. Julia Gillard sebenarnya sudah mengawali dengan baik tapi sayang putus di tengah jalan. Semoga Tuhan memampukan kita untuk tetap setia dalam mengikut Dia. Apapun tantangan dan rintangan yang bisa menghadang, Tuhan kita setia dan Dia akan menolong dan menyertai langkah iman kita melalu momen demi momen dalam hidup kita.

Kita memang belum tahu bagaimana nanti imannya apakah imannya tetap atheis atau dia akan berubah. Mudah-mudahan dengan adanya bencana di Australia itu Julia Gillard bisa introspeksi diri, mau melihat bahwa Tuhan sedang berbicara bukan hanya kepada bangsa Australia tetapi kepadanya secara pribadi.  

Patrick Doughtie - Terinspirasi Anaknya, Tyler Doughtie

Patrick Doughtie - Terinspirasi Anaknya,  Tyler Doughtie
Image and video hosting by TinyPicSudah nonton film Letters To God? Film ini terinspirasi dari Tyler Doughtie, anak sang penulis naskah dan asisten sutradara film itu sendiri yaitu Patrick Doughtie.
Tyler Doughtie, anak pertama dari Patrick lahir pada tanggal 23 September 1995. Pada usia 3 tahun, Tyler mulai bermain sepak bola, yang segera menjadi olahraga kesukaannya. Tyler memiliki bakat alami dalam permainan ini. Pada tahun 2003, Tyler didiagnosis dengan tumor otak langka dan sangat agresif yaitu medulloblastoma. Dia menjalani operasi di rumah sakit anak LeBonheur di Memphis, TN kemudian dipindahkan ke St Jude Children's Research di mana ia menjalani radiasi 30 kali selama empat bulan dalam kemoterapi dosis tinggi. Sembilan bulan kemudian, Tyler kembali didiagnosis dengan penyakit leptomeningeal ( penyakit yang menyerang selaput atau membran otak). Akhirnya pada tanggal 7 Maret 2005 dalam usia sembilan tahun Tyler dipanggil oleh Tuhan.
Image and video hosting by TinyPic

Tyler adalah inspirasi bagi semua orang yang pernah mengenalnya secara khusus bagi sang ayah yaitu Patrick sendiri. Sikap positifnya dan selalu tersenyum saat sedang mengalami penyakit sangat menyentuh hati banyak orang. Bagi sang ayah, Tyler adalah suatu kesaksian bagi Kristus.
Sembilan bulan setelah Tyler meninggal, Patrick didiagnosa CLL (Chronic Lymphocytic Leukemia). Setelah menyaksikan perjuangan yang gigih dan berani dari anaknya Tyler saat menghadapi kanker, Patrick terdorong untuk tidak mengeluh mengenai penyakitnya. Bagi Patrick, anaknya Tyler adalah pahlawannya dan Patrick merasa Tyler anaknya adalah surat dari Allah untuknya. Message atau pesan Tyler kepada dunia adalah cinta, menjaga iman, harapan dan bahwa ada banyak hal yang lebih penting dan berharga dalam hidup ini, bukan hanya sekedar bekerja, bayar tagihan dan uang ... ini tentang keluarga dan, tentu saja, hidup kekal dengan Kristus. Harapan yang Patrick miliki adalah untuk melanjutkan dan menjadi utusan bagi Tyler dan Tuhan.
Image and video hosting by TinyPic

Setelah Tyler meninggal, Patrick memutuskan untuk menulis buku, tetapi dia tidak punya ide dan tidak tahu bagaimana harus memulainya. Dia bertanya kepada Tuhan kalau itu yang dia harus lakukan maka dia membutuhkan bimbingan-Nya. Dua hari kemudian, pada jam 9 malam, seorang teman lama memberikannya sebuah buku dan menyatakan bahwa Allah telah menuntunnya untuk membawa buku itu kepada Patrick. Judul buku itu, Walking Taylor home, ditulis oleh seorang ayah tentang anaknya yang sedang menderita leukemia. Patrick menjadi yakin bahwa Tuhan telah menjawab doanya. Patrick mulai menulis buku tetapi dia mengalami depresi. Dia berpikir penulisannya akan memakan waktu yang cukup lama jadi dia mengambil kursus screenwriting dan membaca Screenwriters Bible. Dua minggu setelah mengikuti kursus dia menyelesaikan script pertamanya. Itulah awal karirnya. Setahun kemudian dia mulai menulis Letters to God. Akhirnya Tuhan terus membuka jalan dan scriptnya diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Bukunya sendiri sudah diterbitkan dan ditulisnya bersama dengan John Perry.

http://www.patrickdoughtie.com/bio

7 Hal Yang Tidak Boleh Dibicarakan Kepada Anak

1. Jangan membuat janji atau ancaman.

Menjanjikan hadiah, hukuman, atau ancaman dan tidak menepati ucapan Anda sendiri akan membuat si kecil kehilangan rasa kepercayaan atau merasa bisa menyepelekan arti kata-kata Anda. Lebih parahnya, ia bisa melakukan hal-hal negatif untuk mendapatkan perhatian Anda.

2. Jangan berpikir kebohongan putih akan berhasil.

Seperti siapa pun di dunia ini, anak-anak pun berhak mengetahui kebenaran. Begitu pun ketika anda membuat janji atau rencana, dan janji itu tidak berhasil terpenuhi, jujurlah dan kompromikan langkah berikutnya (entah dengan menyusun ulang jadwal, atau lainnya). Anak-anak akan merasa kecewa ketika mendapati rencana awal gagal, namun kemudian akan mereda. Setidaknya Anda tak perlu takut akan kemungkinan kebohongan Anda terbongkar, karena Anda tak berbohong. Anak-anak pun harus belajar bahwa tak selamanya rencana itu akan berjalan mulus, dan bisa jadi fleksibel.


3. Jangan paksa ia bicara saat sedang marah.

Sebaiknya Anda mengatakan, "Mama bisa lihat kamu sedang kesal dan marah. Mama rasa kamu sebaiknya tenangin diri dulu. Mama ada di sini kalau kamu sudah mau bicara," ketimbang "Kamu kenapa lagi?" atau "Mau apa lagi, sih?" Jika mereka sedang marah, berikan sedikit ruang pribadi untuknya.

4. Jika tak ingin mendengar jawabannya, jangan bertanya.

"Tidak" adalah kata yang sangat efektif ketika digunakan pada waktu yang tepat dan tidak terlalu sering diumbar. Simpan kata tersebut untuk situasi ekstrem. Jika anak-anak Anda harus ikut pergi bersama Anda, jangan tanyakan, sebaiknya buat mereka mengerti. "Kamu mau ikut Mama atau tidak?" tidak seefektif ketimbang, "Kita mau pergi ke rumah Tante Ita".

5. Jangan mengecilkan anak Anda.

Jika mereka merasa takut, atau bila mereka melakukan kesalahan, jangan terlalu didramatisir. Jangan lalu marah atau membuat si kecil merasa rendah diri. Karena hal ini akan mengurangi rasa percaya mereka pada Anda. Mereka pun akan menjaga jarak dari Anda untuk melindungi (memproteksi) perasaan mereka sendiri.

6. Jangan berpura-pura bahwa hal tersebut akan hilang sendiri.

Jika si anak melanggar aturan yang sudah disepakati bersama, entah itu dengan tiba-tiba merengek di supermarket, atau menimbulkan situasi yang tidak mengenakkan, atau sengaja tidak melakukan pekerjaannya, hadapilah. Jangan pikir bahwa hal tersebut akan berlalu.

7. Jangan mencoba menegakkan kedisiplinan saat Anda sedang marah.

Kala sedang marah atau sedang naik pitam, seringkali kita akan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di kemudian hari. Rehatlah dulu sejenak, tenangkan diri. Setelah Anda bisa menguasai emosi, baru jelaskan konsekuensinya pada si kecil.

Jean-Dominique Bauby, Menulis Buku Hanya Dengan Kedipan Mata

Jean-Dominique Bauby, Menulis Buku Hanya Dengan Kedipan Mata


Jean-Dominique Bauby, adalah seorang jurnalis Perancis terkenal dan editor majalah fashion Elle.
Pada saat dia terbaring sakit, dia bisa berpikir tetapi tidak bisa berbicara. Dia ingin menulis tapi tidak bisa menggunakan tangannya. Akhirnya hanya  dengan berkedip, dia mampu ‘menulis’ sebuah buku yang
menjadi best seller yang akhirnya diangkat ke layar lebar.

Pada tanggal 8 Desember 1995 Jean-Dominique mengalami serangan stroke yang sangat hebat. Dua puluh hari kemudian setelah serangan strokenya dia menemukan dirinya tidak bisa berbicara lagi, satu-satunya anggota  tubuh yang bisa digerakkannya hanyalah kelopak mata kiri yang bisa dikedipkannya. Dia mengalami kondisi yang disebut 'locked-in syndrome', kondisi yang secara mental seenarnya baik tetapi sebagian besar
tubuhnya lumpuh. Dalam kasus Bauby mulut, tangan dan kakinya lumpuh dan dia langsung kehilangan 27 kilo berat badannya pada dua puluh minggu pertama setelah serangan stroke.

Walaupun kondisinya sulit, tidak bisa berbicara ataupun menulis, dia punya tekad yang sangat besar. Dia menulis buku yang berjudul 'The Diving Bell and the Butterfly' dengan cara berkedip. Asistennya akan menunjukkan  padanya secara lambat alfabet dan dia akan berkedip pada huruf yang dipilihnya. Bauby mengarang dan mengedit buku dengan dibantu oleh Claude Mendibil yang menyusun huruf alfabet untuk memudahkan Bauby. Huruf demi huruf dirangkai, kata demi kata dijalin menjadi memoar
hidupnya. Hasilnya adalah 173 halaman buku yang diberi judul  "The Diving Bell and the Butterfly" . Bukunya dipublikasikan di Perancis pada tanggal 7 Maret 1997. Dia mendiktekan pengalamannya selama dia
mengalami sakitnya. Dia mengatakan bahwa betapa sulitnya bagi dia walaupun hanya untuk menelan ludah. Tapi buku itu bukan hanya berisi kisah sedihnya tetapi juga ada sukacitanya. Dia ingin pembacanya tahu bahwa dia tetap bisa merayakan hidup dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Ada juga bagian yang menyentuh yaitu saat Fathers Day, dia mengatakan bahwa anaknya tinggal beberapa inci di depan wajahnya, dia ingin menyentuh rambut anaknya dan ingin memeluknya tetapi dia tidak bisa....Mengharukan. Bauby meninggal dunia dua hari kemudian setelah bukunya diterbitkan akibat penyakit pneumonia.

Tahun 2007 film tentang kehidupannya dirilis dengan judul yang sama dengan bukunya "The Diving Bell and the Butterfly" dan dibintangi aktor  Mathieu Amalric sebagai Bauby. Film ini mendapatkan penghargaan dan nominasi termasuk  the Best Director Prize di Cannes Film Festival dan di Golden Globe Award untuk  Best Foreign Language Film & Best Director, dan mendapatkan 4 nominasi Academy Award.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Jean-Dominique Bauby:

Pertama, membuat sebuah pilihan. Bauby kendati hanya bisa berbaring
tetapi dia membuat pilihan untuk tetap berkarya. Dia bisa saja memilih
untuk terus berbaring dan tidak melakukan apa-apa. Tapi dia  membuat
pilihan tepat, dia memilih untuk menghadapi hambatan fisik dan mampu
menaklukkannya. Dengan kedipan, dia menulis sebuah buku.

Kedua, hadapi situasi Anda. Ini adalah hal yang mudah diucapkan tapi
sulit dilakukan. Tapi jika kita punya komitmen atau tekad untuk
menaklukan tantangan dan hambatan maka kita harus terima situasi itu
dahulu. Mengingkari realita atau kenyataan atau mencoba melarikan diri
dari situasi tidak akan menghasilkan apa-apa.

Ketiga, fokuslah pada apa yang anda lakukan. Bauby hanya berpikir dan
berkedip. Hanya itu yang ia lakukan dan ia mampu berkomunikasi dan
menulis surat kepada sahabat dan keluarganya. Serta menulis sebuah
buku.

Keempat, bertekunlah. Ketekunan itulah kuncinya. Banyak orang yang
menyerah setelah menghadapi kegagalan dan tidak mau bangkit lagi.
Jangan pernah menyerah. Bauby menunjukkan ketekunan dan daya tahan
yang tinggi saat berkedip dan harus memnilih huruf satu per satu
dengan berbagai ide yang ada dalam pikirannya. Dia tidak menyerah tapi
bisa menuntaskan bukunya. Jangan berhenti berusaha.

Bauby telah menunjukkan kepada kita perjuangan dan semangat untuk
berkarya di tengah keterbatasan, kelumpuhan dengan ruang gerak yang
hanya secuil. Tapi secuil itu bisa dia pakai untuk menuliskan karya
yang luar biasa, karya yang berdampak bagi dunia. Dia bisa membuktikan
bahwa hambatan atau kelumpuhan tidak bisa membatasinya.
Apa yang kita punya saat ini jauh lebih baik. Kita
tidak hanya bisa berkedip tapi  bisa mengetik, menulis pakai tangan
dengan leluasa dan bebas beraktifitas. So, jangan mengeluh, buatlah
sesuatu, tulislah sesuatu yang bermakna dalam hidup.

Bencana : apakah ini tindakan Allah / Acts of God ?

Bencana : apakah ini tindakan Allah / Acts of God ?
Image and video hosting by TinyPic
Tahun yang lalu kita melihat berbagai bencana terjadi di negara kita : tsunami Mentawai, gunung Merapi meletus, banjir bandang Wasior dan lain-lain. Di awal tahun kembali longsor lahar dingin melanda sekitar gunung Merapi. Dalam skala yang lebih luas kita melihat banjir di Australia, badai salju melanda Eropa dan Amerika serta yang belum lama ini terjadi, gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang.  Ketika terjadi bencana bertubi tubi di negeri kita dan di dunia ini, secara spontan kita bertanya-tanya mengapa ini terjadi, apakah ini kehendak Tuhan? Populernya adalah “Apakah ini Acts of God?

Menurut wikipedia,”Acts of God”, adalah suatu istilah untuk kejadian-kejadian yang di luar kontrol manusia seperti banjir atau bencana alam yang terjadi tiba-tiba. Dengan kata lain jika kita tidak menemukan penjelasannya atau kita tidak bisa menemukan manusia untuk disalahkan maka kita mengatakannya sebagai “Acts of God”! Itu adalah kehendak Tuhan. Ada pula yang memakai bahasa rohani lainnya,”Itu sudah diatur oleh Tuhan. Atau bahkan ada yang dengan berani mengatakan bahwa itu adalah azab alias hukuman Tuhan.

Apakah semudah itu kita bisa memandang tragedi itu adalah hukuman Tuhan dan penyebab utamanya adalah Tuhan? Di sisi lain kalau mau jujur banyak bencana juga terjadi sebagai ulah manusia itu sendiri tapi manusia justru menyalahkan Tuhan sebagai penyebabnya!

Memahami Bencana

Banyak tragedi atau bencana yang ditulis di Alkitab. Kadang-kadang ada ala an yang diberikan mengapa tragedi itu terjadi dan kadang-kadang tidak disebutkan secara jelas. Dalam bagian ini saya mengajak kita melihat beberapa alasan terjadinya bencana itu:

Bencana sebagai konsekuensi dari dosa manusia.
Kita hidup di dunia yang tidak ideal. Hal ini terjadi sebagai akibat kita hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Relasi antara manusia dengan Allah dan sesama menjadi rusak. Demikian pula alam atau dunia di mana kita tinggal sudah rusak. Akibatnya muncul kejahatan, penderitaan, penyakit dan kematian.

Belum lagi dengan adanya bencana alam. Manusia yang tinggal di daerah yang rawan bencana akan memahami hal ini. Ingat kita tinggal di dunia yang rapuh, apalagi Indonesia! Kita berada di wilayah cincin api yang rawan gunung meletus. Tapi ingat bukan cuma kita yang tinggal di wilayah yang rawan, kan?

Hal yang penting diingat bahwa menjadi orang yang beriman tidak akan membuat kita kebal terhadap bencana atau konsekuensi dari dosa. Penderitaan, penyakit dan kematian bisa melanda. Hanya bagi orang yang percaya kita memiliki jaminan dan kepastian yang kekal.

Bencana sebagi hukuman

Banyak nabi yang memproklamirkan bencana sebagai akibat dari penyembahan terhadap berhala. Contoh yang paling dikenal adalah kisah air bah saat Allah mendatangkan bencana sebagai hukuman langsung atas dosa manusia. Hukuman ini jelas sebagai konsekuensi langsung atas dosa manusia. Setelah air bah, Tuhan berjanji tidak akan mendatangkan lagi bencana yang global seperti itu. Hal ini tidak berarti tidak akan ada bencana alam lagi, tetapi dampak atau skalanya akan lebih terbatas.

Bencana sebagai panggilan untuk kembali kepada Allah

Ulangan 28:15-68 adalah satu contoh ancaman bencana yang tujuannya untuk memanggil manusia agar kembali kepada Tuhan dan taat kepada-Nya. Dalam kitab Yunus dicatat bahwa Allah hendak memberikan hukuman kepada penduduk Niniwe karena kejahatannya. Beruntung peringatan Tuhan membuat mereka bertobat dan hukuman tidak jadi menimpa mereka.

Sekalipun Allah memakai penghukuman itu bagi orang berdosa atau untuk membawa mereka kembali kepada Tuhan jangan kita lupakan bahwa bagi orang yang tidak mengalami bencana atau hukuman Tuhan di dunia, Allah tetap akan menghakimi mereka. Hukuman itu adalah untuk mengingatkan manusia yang hidup di dunia yang berdosa dan kebutuhan kita untuk dipulihkan hubungannya dengan Pencipta kita.

Bencana sebagai akibat ulah manusia

Tragedi yang terjadi di beberapa negara termasuk di negeri kita sendiri menunjukkan bahwa bencana itu adalah ulah manusia itu sendiri. Misalnya:

  • Tragedi gempa di Si Chuan, Cina yang menelan korban 69.000 orang. Meneurut penyelidikan para saintis ternyata pemicunya adalah tekanan air pada bendungan yang sangat besar
  • Tragedi lumpur Lapindo yang terus berlanjut juga adalah ulah manusia.
  • Banjir lumpur yang terjadi di Yogyakarta, ada daerah yang sebenarnya merupakan jalur alami dari lahar dingin ternyata telah dijadikan tempat pemukiman.
Respons Terhadap Bencana:

Menarik sekali bahwa Yesus pernah mengomentari tentang bencana yang terjadi pada zamannya. Pada masa Yesus orang-orang juga kepingin tahu dan ingin mmeberikan penjelasan kepada peristiwa bencana itu terjadi. Intinya adalah manusia tidak berubah dari masa ke masa. Ingin tahu dan memberikan jawaban bahkan menjurus pada penghakiman.

Misalnya dalam Lukas 13, orang-orang memberi penghakimna bahwa bencana itu terjadi karena orang-orang itu sangat jahat dan lebih berdosa dari yang lain sehingga pantas menerima hukuman itu. Yesus mengatakan bahwa orang-orang itu justru tidak lebih jahat dari yang lain.

Ketika bencana terjadi, harus diakui tidak mudah untuk melihatnya dari perspektif Allah. Kita tidak akan mungkin mengidentifikasi apa penyebab bencana itu secara pasti. Tetapi hal penting yang harus kita lakukan adalah :

■Percaya bahwa Allah berdaulat dan segala sesuatu ada di dalam kendali-Nya. Allah tahu apa yang sedang terjadi dan akan terjadi dan Dia bisa mengubah tragedi atau bencana itu untuk mendatangkan kebaikan.

■Melihat kepada diri sendiri dan mengevaluasi hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus melihat kita, keluarga kita, gereja dan bangsa kita apakah sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan menghormati Dia, menempatkan Dia sebagai yang utama dan melayani Dia? Kalau kita gagal, mohon pengampunan kepada Tuhan dan bertobat serta memohon belas kasihan-Nya.

■ Melihat keadaan sekeliling kita, adakah kita bisa melakukan sesuatu untuk orang yang mengalami bencana. Lihat sekitar kita dan bertindak untuk ikut mendoakan dan membantu orang yang membutuhkan pertolongan.


Soli Deo Gloria

Referensi :
Wikipedia
Does God send disaster : christianparentingfamily
Christian perspective on disaster : tilz.tearfund.org

Introspeksi

Introspeksi
Image and video hosting by TinyPicTahun Baru sering diangap sebagai momen untuk membuat resolusi yang baru. Ada sebuah judul artikel yang menulis seperti ini,”Sebelum Membuat Resolusi, Buatlah Evaluasi Terlebih dahulu”. Yup, resolusi tanpa evaluasi diri hanyalah impian indah yang sering sulit direalisasikan.

Resolusi juga seringkali sulit tercapai karena lemah monitoring diri. Dengan kesibukan dan yang kita hadapi membuat kita kerap kehilangan fokus dan visi dalam hidup. Introspeksi diri idealnya dilakukan tidak hanya  di akhir tahun atau di awal tahun. Introspeksi diri itu hendaknya dilakukan setiap hari. Dengan memonitor diri setiap hari akan membantu kita untuk melihat apa usaha-usaha kita itu sedah tercapai atau belum.

Introspeksi dari kata instropection (a reflective looking inward : an examination of one's own thoughts and feelings.) berarti melihat ke dalam diri untuk menguji diri, tidak hanya melihat tetapi memeriksa setiap pikiran dan perasaan, hasrat dan motivasi diri kita. Seringkali dalam hidup kita terjebak untuk melihat orang lain, melihat kesalahan dan cacat sesama kita tanpa memeriksa diri kita sepenuhnya. Atau kita hanya melihat hal-hal yang positif dalam diri kita dan melebih-lebihkannya di hadapan orang lain tanpa memeriksa bahwa kelebihan itu sebenarnya hanya untuk menutupi kelemahan yang tidak mau kita perbaiki.

Menarik juga menyimak tulisan di harian Singapura, Sin Chew Daily, edisi 9 Desember 2010. Lewat survei kecil, dengan 50 responden, ditemukan bahwa 80 persen responden mengatakan bahwa mereka menderita sindrom telepon seluler. Mereka akan selalu terdorong untuk memeriksa apa ada panggilan tak terjawab atau pesan singkat. Seorang psikolog mengatakan, sindrom itu bisa menyebabkan stres. Seandainya habit ini diganti dengan mengecek setiap sikap dan tindakan kita, jadi tujuannya introspeksi diri, hal ini akan jauh lebih baik.

Mungkinkah introspeksi setiap hari? Bisa. Berikut ini ada kisah seorang yang melakukan introspeksi diri setiap hari. Orang itu bernama George Whitefield. Tidak lama setelah pertobatannya, ketika ia kuliah di Oxford George Whitefield menyusun daftar pertanyaan yang digunakannya setiap malam untuk mereview seluruh aktifitasnya di sepanjang hari.

Setiap hari ia mengisi dua bagian dalam catatan hariannya, setaip again terdiri dari sebuah halaman.  Pada halaman pertama dipakainya untuk menyusun aktifitas setiap jam dan membuat evaluasi diri berdasarkan 15
pertanyaan, manfaat atau kebaikan serta kekurangannya di setiap jam. Pada halaman kedua dipakainya untuk mencatat pengalaman khusus pada hari  itu, dan untuk mencurahkan perasaannya. "Kerinduan hatinya, kegiatan mawas diri terhadap motivasinya sendiri, menegur diri sendiri atas kesalahan yang dilakukannya, sekalipun kesalahan itu kecil, puji-pujiannya kepada Tuhan semuanya ditulis tanpa ada yang ditutup-tutupi" (Arnold Dallimore, George Whitefield: The Life and Times of the Great Evangelist of the Eighteenth -
Century Revival, vol. 1, hal. 80).

Inilah 15 pertanyaan yang dipakai oleh George Whitefield untuk menguji  dirinya.

Apakah saya ..
1.. Sungguh-sungguh berdoa dalam doa pribadi?
2.. Berdoa sesuai jadwal jam doa yang sudah ditentukan?
3.. Berdoa dari waktu ke waktu?
4.. Mempertimbangkan, sesudah atau sebelum sesuatu percakapan, bagaimana percakapan itu dapat  memuliakan Tuhan?
5.. Mengucap syukur segera sesudah menerima atau mengalami suatu kegembiraan?
6.. Merencanakan kegiatan untuk hari ini?
7.. Bersikap sederhana dan mawas diri dalam segala sesuatu?
8.. Bersemangat dan aktif dalam berbuat baik?
9.. Bersikap lembut, rendah hati, ceria, dan ramah dalam segala sesuatu yang saya katakan atau lakukan?
10.. Bersikap sombong, angkuh, berkata-kata, berpikir, bertindak dengan tidak sepantasnya terhadap orang lain?
11.. Tidak berlebihan dalam hal makan dan minum? Berterima kasih? Membatasi
waktu tidur?
12.. Menyempatkan diri untuk mengucap syukur sesuai dengan peraturan (William) Law?
13.. Rajin belajar?
14.. Berpikiran atau membicarakan yang jelek tentang orang lain?
15.. Mengakui segala dosa?

George Whitefield adalah seorang pengkhotbah terkenal dari Inggris yang  turut mempengaruhi Kebangunan Rohani di Inggris pada abad ke-18. serta di Amerika. Dia termasuk salah seorang pendiri Gereja Methodis. Salah satu rahasia hidup George Whitefield yang menurut saya membuat dia berhasil dan dipakai Tuhan adalah dia terus melakukan introspeksi diri terus menerus sambil terus mengerahkan segenap talenta dan kemampuannya untuk melayani Tuhan.

Soli Deo Gloria

Hari-Hari Seorang Suami

Senin :
Seseorang mencuri semua kartu kredit milik saya, tapi saya tidak melaporkannya.
Maling itu tidak menguras uang sebanyak istri saya.
Selasa :
Saya bertanya kepada istri,"Sayang, tempat mana yang terbaik untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan kita?" Dia menjawab, "Cobalah tempat yang belum pernah saya kunjungi." Nah, malam itu saya mengajaknya ke dapur.
Rabu :
Kalo bepergian, kami selalu bergandengan tangan. Hari ini saya lepaskan tangannya, tau-taunya dia malah ngacir ke Sogo.
Kamis :
Istriku paling senang membeli barang yang ditandai TURUN. Hari ini, dia membeli sebuah eskalator.
Jum'at :Hobi istri saya hanyalah BELANJA, BELANJA, dan BELANJA.
Minggu lalu dia jatuh sakit selama seminggu, tadi saya dengar ada tiga butik akhirnya bangkrut.


Sabtu :Dia paling senang mengkoleksi barang-barang yang memakai tenaga listrik. Dia beli blender elektrik, panggangan elektrik, pemanas makanan elektrik, dan serba listrik lainnya. Tadi pagi dia tanya, "Mas, kira-kira barang apa yang belum saya miliki?"; Saya belikan dia sebuah kursi listrik !

Minggu :
Hari ini, istri saya menelepon saya dan mengeluh, mobilnya tidak dapat jalan lagi. Saya tanya apa penyebabnya, dia katakan ada air di karbulatornya. Saya bertanya mobilnya ada dimana, dia bilang nyemplung ke kali.

Redeem Your Time ( Tebuslah Waktumu)

Redeem Your Time ( Tebuslah Waktumu)
Image and video hosting by TinyPic

U.S. News dan  World Report melakukan survei terhadap  6,000 orang di tahun1988 dan mendapati bahwa rata-rata orang Amerika akan menghabiskan waktu sepanjang hidupnya :

• enam bulan untuk duduk dan menanti di stopan lampu lalu lintas
• delapan bulan untuk membuka email spam •
• dua tahun hanya untuk gagal menelpon balik
• empat tahun untuk melakukan pekerjaan rumah
• lima tahun untuk menunggu dalam antrian
• enam tahun untuk makan

Ketika saya membaca survei ini, saya berpikir berapa banyak waktu kita yang terbuang. berapa banyak waktu kita yang kita salah gunakan.
Di akhir dan di awal tahun, mari kita berpikir kembali tentang waktu. Apa itu waktu? Seseorang pernah mengatakan, “Yesterday is history. Tomorrow is a mystery. Today is a gift. That’s why it is called the present!”

Apakah waktu itu? Saya aka mendefinisikan dengan dua hal :

         Pertama, waktu itu adalah pemberian Allah yang sangat berharga. Setiap hari yang kita jalani adalah hadiah - pemberian Allah. Setiap kita mengawali dan mengakhiri hari, kita menerimanya itu sebagai hadiah yang sangat berharga.   Memahami bahwa Allah adalah pemberi hari dan waktu dalam hidup kita akan membuat kita semakin menyadari betapa besarnya pemberian Allah itu.
Kita berusaha keras untuk mengupayakan waktu dan hari-hari kita tetapi sejatinya hanya Allah yang menentukan dan mengaruniakan waktu dan hari-hari kita. jadi sekali lagi hari-hari dan momen waktu-demi wakti yang kita jalani semata-mata adalah karunia Allah.
Kedua, waktu adalah kepercayaan. Seiiring dengan pemberian Tuhan bagi kita maka di situ terkandung pula kepercayaan yang Alah hendak karuniakan untuk kita. Kita adalah penata layan dari waktu yang Tuhan berikan. Kita adalah pengelola waktu yang dianugerahkan Tuhan sehingga harus di-manage dan dikelola sebaik mungkin.

Mengapa harus dikelola dengan baik?
Karena waktu adalah jahat. Waktu adalah jahat per tama kali di proklamasikan oleh Paulus dalam Efesus 5:16,"dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Alkitab menyatakan bahwa waktu itu terbatas  dan itu sebabnya kita harus menebus waktu itu. Kalau tidak maka kita akan ditelan waktu atau kita akan dihancurkan oleh waktu.
Saat kita memakai waktu dengan sia-sia, atau menghabiskan waktu dengan percuma maka sebenarnya kita sedang dimakan oleh waktu. Waktu itu akan menggerogoti kita, waktu akan menghancurkan kita ketika waktu dan momen yang berharga kita sia-siakan.

Waktu harus dikelola dengan baik karena waktu itu berkaitan dengan kekekalan. Waktu kita sebenarnya berada di dalam kekekalan dan saat waktu kita di dunia habis, kita akan melanjutkan di dalam kekekalan. Jadi waktu kita di dunia ini sesungguhnya bernilai kekal. Apa yang kita lakukan di dunia ini berdampak kekekalan. Sudahkah kita menggunakan waktu kita itu untuk hal-hal yang bernilai kekal? berapa banyak waktu kita yang kita investkan untuk kekekalan? Maukah kita menjadi bijak dengan menggunakan waktu kita untuk hal-hal yang bernilai kekal?





Alexis Lilley, Menyumbangkan Tabungannya Untuk Membantu Keluarga Miskin

Alexis Lilley, Menyumbangkan Tabungannya Untuk Membantu Keluarga Miskin

Image and video hosting by TinyPicAlexis Lilley, seorang gadis kecil dari Texas membaca berita tentang anak usia 10 tahun dan keluarganya yang miskin. Gadis kecil ini  langsung memutuskan  untuk menguras celengannya untuk membelikan pakaian bagi keluarga tersebut sebagai hadiah Natal. 


Alexis Lilley, (10 tahun) siswa kelas lima di St Andrew `s Episcopal School, mengatakan ia membaca kisah tentang keluarga miskin yang terdiri atas Richmond Kennedy (10 tahun), saudaranya Senecca ( 18 tahun) , dan ibu, Stacey Kennedy ( 47 tahun). Dibantu ibunya, Alexis langsung memutuskan untuk menyumbangkan semua uang di yang ada di celengannya. 


Lilley mengambil 85 dolar dari celengannya dan ditambah dengan sumbangan dari ibunya,  Natasha Davison, mereka membeli pakaian untuk Richmond Kennedy di toko Target. Mereka juga membelikan beberapa mainan untuk kucingnya. Rupanya keluarga Richmond sudah dua tahun menggelandang. Dengan dibantu oleh Yayasan yang peduli, keluarga Richmond untuk pertama kalinya bisa merayakan Natal bersama keluarganya di rumah mereka. 


Alexis kecil rupanya sudah terbiasa untuk melakukan aksi peduli. Dia sudah berpartisipasi dalam melakukan pelayanan komunitas di sekolahnya. "Sekolah saya sering melakukan banyak pelayanan komunitas. Saya ikut berpartisipasi dan saya mendorong teman-teman untuk ikut ambil bagian." katanya. 


Alexis adalah contoh untuk anak-anak dan orang dewasa - ia memiliki pikiran yang ingin tahu dan hati yang murah hati. Saya sangat senang untuk mengetahui bahwa masih ada anak-anak yang membaca koran atau berita, dan tidak berhenti samapi di situ - mereka merespon dengan tulus dan penuh dengan kasih. 


Berapa banyak dari kita akan mengosongkan rekening tabungan kita atau setidaknya menarik keluar beberapa dolar dari dompet kita untuk membantu orang yang membutuhkan? Saya telah terinspirasi oleh Alexis, dan untuk resolusi Tahun Baru `mari kita berbuat lebih banyak lagi untuk membantu orang miskin di tahun 2011.

Catherine Photos, Nenek Berusia 89 Lulus College dengan IP 3,98

Catherine Photos, Nenek Berusia 89 Lulus College dengan IP 3,98
Image and video hosting by TinyPicWEST PALM BEACH, Fla.- Ini adalah kisah tentang ketekunan. 


Catherine Photos yang sudah berusia  89 tahun ini membuktikan bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Dia lulus dan diwisuda di Palm Beach State College dan mendapatkan gelar dalam bidang seniCatherine Photos adalah salah satu dari antara 1700 orang yang diwisuda di Palm Beach State College. Dia lulus dengan IP 3,96. 

Ini adalah saat yang telah dinanti-nantikan Catherine setelah bertahun-tahun menunggu. Impiannya untuk kuliah sudah muncul sejak tujuh dekade yang lalu saat ia berada  di sekolah menengah tetapi  sewaktu lulus dia terpaksa harus bekerja.  Tahun 1946 ia menikah dengan Steve dan membesarkan ketiga anaknya. Ia juga sibuk mengelola klub renang pribadi di Pennsylvania, mengelola bar di Detroit, memiliki empat restoran cepat saji McDonald’s di Maine



"Ketika saya melihat tantangan, saya ingin untuk menaklukkannya", kata Catherine. Memperoleh gelar di College jelas tidak mudah bagi wanita seumuran dia tetapi dia mengatAkan bahwa life skill itulah yang membantu dia untuk memperoleh gelar saat ini. 


Ayah Photos adalah seorang Imam di gereja Ortodox dan menguasai tujuh bahasa. Ibunya adalah seorang aktivis masyarakat. Orang tuanya selalu mengajarkan Catherine untuk terus belajar. Dengan tekad itulah maka dia berhasil menjadi juara 1 di kelasnya saat bersekolah di  William Penn High School. 


Photos mulai kembali kuliah di tahun 2001, tujuh tahun setelah kematian suaminya. Saya merasa kosong ketika duduk sendirian di rumah dan tidak mengerjakan apa-apa,” katanya.  Perjuangan Photos masih belum selesai. Photos akan melanjutkan kuliah di Florida Atlantic University untuk mempelajari bahasa Inggris.


"Saya sangat bangga padanya," kata putrinya Victoria Photo”Dia sangat tekun. Ketika harus mengerjakan tugasnya, Ibu saya melakukan dengan sungguh-sungguh,” kata anaknya, Ilene, yang tinggal di Washington.



"It's never too late...it's never too late," said Photos.



Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design