Jean-Dominique Bauby, Menulis Buku Hanya Dengan Kedipan Mata

ADSENSE HERE!


Jean-Dominique Bauby, adalah seorang jurnalis Perancis terkenal dan editor majalah fashion Elle.
Pada saat dia terbaring sakit, dia bisa berpikir tetapi tidak bisa berbicara. Dia ingin menulis tapi tidak bisa menggunakan tangannya. Akhirnya hanya  dengan berkedip, dia mampu ‘menulis’ sebuah buku yang
menjadi best seller yang akhirnya diangkat ke layar lebar.

Pada tanggal 8 Desember 1995 Jean-Dominique mengalami serangan stroke yang sangat hebat. Dua puluh hari kemudian setelah serangan strokenya dia menemukan dirinya tidak bisa berbicara lagi, satu-satunya anggota  tubuh yang bisa digerakkannya hanyalah kelopak mata kiri yang bisa dikedipkannya. Dia mengalami kondisi yang disebut 'locked-in syndrome', kondisi yang secara mental seenarnya baik tetapi sebagian besar
tubuhnya lumpuh. Dalam kasus Bauby mulut, tangan dan kakinya lumpuh dan dia langsung kehilangan 27 kilo berat badannya pada dua puluh minggu pertama setelah serangan stroke.

Walaupun kondisinya sulit, tidak bisa berbicara ataupun menulis, dia punya tekad yang sangat besar. Dia menulis buku yang berjudul 'The Diving Bell and the Butterfly' dengan cara berkedip. Asistennya akan menunjukkan  padanya secara lambat alfabet dan dia akan berkedip pada huruf yang dipilihnya. Bauby mengarang dan mengedit buku dengan dibantu oleh Claude Mendibil yang menyusun huruf alfabet untuk memudahkan Bauby. Huruf demi huruf dirangkai, kata demi kata dijalin menjadi memoar
hidupnya. Hasilnya adalah 173 halaman buku yang diberi judul  "The Diving Bell and the Butterfly" . Bukunya dipublikasikan di Perancis pada tanggal 7 Maret 1997. Dia mendiktekan pengalamannya selama dia
mengalami sakitnya. Dia mengatakan bahwa betapa sulitnya bagi dia walaupun hanya untuk menelan ludah. Tapi buku itu bukan hanya berisi kisah sedihnya tetapi juga ada sukacitanya. Dia ingin pembacanya tahu bahwa dia tetap bisa merayakan hidup dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Ada juga bagian yang menyentuh yaitu saat Fathers Day, dia mengatakan bahwa anaknya tinggal beberapa inci di depan wajahnya, dia ingin menyentuh rambut anaknya dan ingin memeluknya tetapi dia tidak bisa....Mengharukan. Bauby meninggal dunia dua hari kemudian setelah bukunya diterbitkan akibat penyakit pneumonia.

Tahun 2007 film tentang kehidupannya dirilis dengan judul yang sama dengan bukunya "The Diving Bell and the Butterfly" dan dibintangi aktor  Mathieu Amalric sebagai Bauby. Film ini mendapatkan penghargaan dan nominasi termasuk  the Best Director Prize di Cannes Film Festival dan di Golden Globe Award untuk  Best Foreign Language Film & Best Director, dan mendapatkan 4 nominasi Academy Award.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Jean-Dominique Bauby:

Pertama, membuat sebuah pilihan. Bauby kendati hanya bisa berbaring
tetapi dia membuat pilihan untuk tetap berkarya. Dia bisa saja memilih
untuk terus berbaring dan tidak melakukan apa-apa. Tapi dia  membuat
pilihan tepat, dia memilih untuk menghadapi hambatan fisik dan mampu
menaklukkannya. Dengan kedipan, dia menulis sebuah buku.

Kedua, hadapi situasi Anda. Ini adalah hal yang mudah diucapkan tapi
sulit dilakukan. Tapi jika kita punya komitmen atau tekad untuk
menaklukan tantangan dan hambatan maka kita harus terima situasi itu
dahulu. Mengingkari realita atau kenyataan atau mencoba melarikan diri
dari situasi tidak akan menghasilkan apa-apa.

Ketiga, fokuslah pada apa yang anda lakukan. Bauby hanya berpikir dan
berkedip. Hanya itu yang ia lakukan dan ia mampu berkomunikasi dan
menulis surat kepada sahabat dan keluarganya. Serta menulis sebuah
buku.

Keempat, bertekunlah. Ketekunan itulah kuncinya. Banyak orang yang
menyerah setelah menghadapi kegagalan dan tidak mau bangkit lagi.
Jangan pernah menyerah. Bauby menunjukkan ketekunan dan daya tahan
yang tinggi saat berkedip dan harus memnilih huruf satu per satu
dengan berbagai ide yang ada dalam pikirannya. Dia tidak menyerah tapi
bisa menuntaskan bukunya. Jangan berhenti berusaha.

Bauby telah menunjukkan kepada kita perjuangan dan semangat untuk
berkarya di tengah keterbatasan, kelumpuhan dengan ruang gerak yang
hanya secuil. Tapi secuil itu bisa dia pakai untuk menuliskan karya
yang luar biasa, karya yang berdampak bagi dunia. Dia bisa membuktikan
bahwa hambatan atau kelumpuhan tidak bisa membatasinya.
Apa yang kita punya saat ini jauh lebih baik. Kita
tidak hanya bisa berkedip tapi  bisa mengetik, menulis pakai tangan
dengan leluasa dan bebas beraktifitas. So, jangan mengeluh, buatlah
sesuatu, tulislah sesuatu yang bermakna dalam hidup.
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design