ADSENSE HERE!
Anda pernah dengar lagu Bette Midler, judulnya "From A Distance", :
From a distance the world looks blue and green,
and the snow-capped mountains white.
From a distance the ocean meets the stream,
and the eagle takes to flight.
From a distance, there is harmony,
and it echoes through the land.
It's the voice of hope, it's the voice of peace,
it's the voice of every man.
From a distance we all have enough,
and no one is in need.
And there are no guns, no bombs, and no disease,
no hungry mouths to feed.
From a distance we are instruments
marching in a common band.
Playing songs of hope, playing songs of peace.
They're the songs of every man.
God is watching us. God is watching us.
God is watching us from a distance.
Kelihatannya, lagu ini menyentuh karena berbicara tentang Tuhan yang melihat atau mengawasi kita. Tapi tunggu dulu, lagu ini berbicara tentang Tuhan yang jauh : God is watching us, from the distance. Allah kita bukan Allah yang jauh. Amen? Allah kita begitu dekat dengan kita. Dia adalah Imanuel, Allah yang senantiasa hadir dalam hidup kita.
Allah kita bukan Allah yang pasif atau hanya sebagai penonton di tengah pentas dunia ini. Allah kita bukan hanya Allah yang mengawasi atau melihat saja dari jauh tanpa bisa berbuat apa-apa. Allah kita hadir dan ikut campur tangan dalam setiap aspek hidup kita. Kehadiran Allah kita sebagai Allah Imanuel sangatlah indah dan memiliki makna yang dalam dalam hidup kita.
Nama Imanuel muncul pertama kali dalam Yesaya 7:14 ketika rakyat dan raja Yehuda menghadapi krisis dan ancaman yang besar. Situasinya bangsa Yehuda sedang menghadapi ancaman dari dua kerajaan yang berkolaborasi menyerang mereka yaitu kerajaan Israel dan kerajaan Siria. Raja dan rakyat yang mendengarnya menjadi 'ketakutan dan gemetar seperti pohon ditiup angin' karena pasukan musuh telah masuk ke wilayah sekutunya yaitu Israel untuk menggalang kekuatan dan siap menyerang mereka. Ahaz sendiri sebagai raja Yehuda menunjukkan ketidakpercayaannya kepada Tuhan bahkan dia tidak mau meminta tanda pada Tuhan. Di tengah situasi inilah, Tuhan berfirman melalui Yesaya : "Sekarang, TUHAN sendiri akan memberi tanda kepadamu: Seorang gadis yang mengandung akan melahirkan seorang putra yang dinamakannya Imanuel."(Yes7:14). Dalam bagian kedua, Yesaya 8:8 : "Allah menyertai kita! Sayap-Nya yang terbentang melindungi negeri kita." Ada tiga realitas atau fakta yang terkait dengan nama Imanuel bagi kita orang percaya yang hidup di dunia ini:
Fakta pertama. Kehadiran Allah Di Dunia Ini. Allah kita Maha Kuasa, Allah kita Maha Hadir. Allah kita bukanlah Allah yang hanya mau berdiam di sorga dan tidak mau hadir di tengah dunia ciptaan-Nya. Allah kita terus terlibat dan hadir dalam dunia ini walaupun manusia mencoba untuk mengingkari kehadiran Allah dan menolak keberadaan-Nya, tidak ada kuasa apapun atau teori atheis apapun yang bisa menggeser kehadiran Allah di dunia.
Kedua, Manusia Seringkali Tidak Menyadari Kehadiran Allah. Seringkali kita berada dalam situasi seperti Ahaz dan bangsa Yehuda. Kita menjalani hidup secara rutin tanpa ada kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidup kita. Kehadiran Allah itu seolah-olah hanya pada moment yang sakral seperti pada saat berdoa, saat teduh, Praise and Worship atau hanya saat kita berada di tempat-tempat ibadah. Sering kita juga punya konsep, "Aku sudah berbuat kesalahan atau dosa memalukan, Tuhan pasti sudah meninggalkan saya". Manusia 'membatasi' kehadiran Allah dengan anggapan yang seperti itu. Justru dalam ketidakpercayaan kita, dalam kejatuhan kita Tuhan hadir, dekat dengan kita dan mau menyatakan rahmat-Nya bagi kita.
Ketiga, Kehadiran Allah Tidak Bergantung Pada Usaha dan Kebaikan Kita. Ada sebuah theologia "Aku jauh, Engkau jauh - aku dekat, Engkau dekat". Seolah-olah kehadiran dan kedekatan Allah pada kita itu karena bergantung pada kita. Saya dekat, Allah dekat- saya jauh maka Dia pasti akan menjauh. Kehadiran Allah itu dalam kehidupan kita karena kedaulatan kuasa-Nya yang tak terbatas dan terutama karena kasih karunia-Nya. Dia yang bersemayam di tempat yang Maha Tinggi mau datang dan hadir bagi kita yang berdosa.
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk." (Yesaya 57:15)
Pertama, kesadaran akan kehadrian Allah membuat kita berani dan memiliki jaminan menghadapi situasi apappun dalam hidup kita. Imanuel artinya Allah beserta kita. Makanya adalah Allah tidak akan membiarkan, meninggalkan atau menelantarkan kita. Immanuel berarti suatu kata “pengharapan”. Tidak peduli situasi apapun ang menyusahkan yang sedang kita hadapi,”Allah menyertai kita”.
Pikirkan hal-hal yang kita takutkan dalam hidup: penderitaan, krisis keuangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, kehilangan anggota keluarga, bencana dan lain sebagainya. Imanuel berarti “Tuhan beserta kita” di setiap situasi dan kondisi apapun. Immanuel berarti wlalapun kita berada dalam kondisi seperti itu,”Allah tettap menaungi kita dengan kasih-Nya. Imanuel berarti walapun dalam kondisi sulit Tuhan tidaka kan meninggalkan kita dan membiarkan kita dikalahkan oleh ketakutan, penderitaan dan kesulitan.
Kesadaran akan kehadiran Alah itu membuat kita tidak perlu kuatir akan tantangan yang akan kita hadapi. Tuhan kita mengetahui segala kelemahan dan keterbatasan kita. Itu sebabnya Dia sendiri berinisiatif untuk menolong dan memimpin kita. Imaneul adalah kekuatan bagi kita menghadapi setiap peeprangan rohani, godaan dan cobaan yang kita hadapi, menjadi kekuatan bagi kita.
Kesadaran akan kehadiran Allah berarti kita memiliki sumber yang tidak ada habisnya, sumber yang menopang dan menyokong kehidupan kita. Kasih setia Tuhan dan anugerah Tuhan, bukankah itu sumber yang tak putus-putusnya Tuhan hadirkan dalam hidup kita? Berkata rohani yang Tuhan senantiasa berikan itu menjadi bagian kita sama seperti berkat jasmani. Sumber yang kita miliki tak terbatas dan selalu kita setiap saat biasa datang untuk mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru.
Kesadaran akan kehadiran Allah itu seharusnya membuat kita hidup bersukacita. Masalah boleh muncul setiap saat dan problem boleh silih berganti tapi kita tidak pernah kehilangan harapan. Tuhan yang menjadi pengharapan dan kekuatan serta sumber sukacita kita. Bayangkan, kita tidak sendiri saat dibiarkan dan ditinggalkan. Bukankah Tuhan hadir dan di dekat kita?
Juergen Moltmann, salah seorang pelopor theologia pengharapan menceritakan dalam kisahnya Experiencing with God. Sewaktu dalam peperangan dalam perang dunia II ia ikut berperang demi negaranya yaitu Jerman. Ia tertangkap lalu dijadikan tawanan. ia hanya membawa dua buku ke medan pertempuran, sajak-sajak Goethe dan karya Nietzche. Tetapi seorang pendeta penjara memberinya Perjanjian Baru dengan tambahan Mazmur. "Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." Moltmann sang tawanan membaca. Mungkinkah Tuhan hadir di malam yang gelap itu? " Ia menjadi yakin bahwa "Tuhan hadir, bahkan di belakang kawat berduri....."Moltmann menemukan sesuatu yang baru yaitu pengharapan, kehadiran Tuhan di tengah penderitaan yang memancar di tengah penderitaan.
Allah kita bukanlah Allah yang jauh. Saat kita jauh Tuhan bukan menjauh, justru Tuhan yang sudah dekat itu akan semakin mendekati kita. Imanuel adalah Allah yang hadir di setiap tarikan nafas kita, di setiap langkah yang kita ambil, di setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun-tahun yang kita jalani. Dia hadir dan ada saat bahkan kita tidak menyadarinya. Mari, kita terus hidup dengan suatu kesadaran “Imanuel” Tuhan beserta kita saat ini dan di sini.
Soli Deo Gloria
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment
Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya