Kultur 3 M

ADSENSE HERE!

3M maksudnya Meledek, Mengejek dan Melecehkan. 3M ini bisa disebut sebagai kultur karena sudah membudaya. Asal muasalnya dari kebiasaan dan ini menjadi habit yang terus saja berkesinambungan dan mendapat tempatnya di tengah kondisi dan orang-orang yang mendukung. Tentunya dalam pengertian yang negatif. Dari meledek ini bisa berkembang jadi saling mengejek dan akhirnya bisa menelan korban. Baru-baru ini ada peristiwa yang memilukan dan berkaitan dengan hal ini. Sebut saja Ahsed pelajar III SMP Bekasi menjadi korban hantaman teman-temannya sehingga tewas. Pelajar dari Bekasi ini dikabarkan saling bercanda dengan teman-temannya tapi berkembang menjadi saling meledek, mengejek dan puncaknya saling sabet dan saling pukul. (Bercanda yang Berujung Maut, Kompas Minggu, 6 September).

Kultur 3M ini menemukan tempatnya mulai dari dunia nyata sampai dunia maya. Lihat saja sinetron di TV mempetontonkan mulai dari meledek sampai menghina dan melecehkan. Saya pernah sekilas melihat sinetron secara tidak disengaja, dalam sebuah adegan yang durasi waktunya satu menit saja bermunculan kata-kata 3M sekitar 5 atau 6 kata dengan pemeran yang berbeda-beda. Itu baru satu menit! Belum lagi ditambah ekspresinya itu yang serba nyolot dan muka kayak semangka Cibinong yang belum mateng. Ampyun deh. Padahal sinetron itu nggak termasuk dalam daftar sinetron yang diperingatkan Komisi Siaran di negara kita.

Kata-kata ejekan itu justru popular dan muncul dalam berbagai kondisi atau konteks yang ada. Mulai dari dijadikan bahan candaan alias iseng atau sebagai reaksi yang muncul untuk situasi dan nkeadan tertentu. Jadinya, udah dianggap lumrah alias ‘normal’ saja. Kata yang keluar biasanya tidak tunggal saja karena akan muncul konco-konconya yang akan menemani dan memperkuat ungkapan tersebut. Maka meluncurlah kata-kata yang seharusnya dikerangkeng di bon-bin itu, keluar secara tak terkendali dan siap meluncur ke arah korbannya.

Kalau kata-kata itu tidak bersinggungan dengan kita atau tidak ditujukan kepada kita, reaksi kita paling,”Wah, jangan ngomong kasar, ngak sopan!”. Kalau kita anggap keterlaluan, paling Cuma,”wah, parah ya, kasar sekali!”. Tapi bagaimana kalau kata-kata 3M itu ternyata dialamatkan ke kita? Pasti tensi kita naek, diikuti temperature di hati dan kepala mulai mendidih (ntar lagi mateng), mata jadi ikutan melotot, jantung debarannya sampai 4-5 skala Richter, duk…dug…dux.

Sebelum pecah perang lidah, ibarat puter video, coba dipause dulu. Pikirkan hal yang positif. Saya suka ingat analogi gelas aqua. Misalnya kita bilang atau kita maki gelas aqua itu dengan kata-kata seperti,”kamu bodoh,” “kamu kodok”, Apakah akan mengubah gelas aqua tersebut? Kita tambahkan lagi,”Kamu bukan gelas plastik tapi kaleng rusak!”, Apakah akan berpengaruh? Coba kita ngomong sambil memegang gelas tersebut lalu kta bilang di depan anak kecil,”Ini bukan aqua, ini monyet.” Saya rasa mereka akan memandang aneh ke kita atau mengaggap kita udah gila.

So, apapun kata orang tentang kita yang bernada meledek, menghina atau melecehkan, tidak akan mereduksi nilai atau harga diri kita. 3M itu tidak akan merusak dan menodai diri kita kalau kita tidak menanggapinya. Bersikap cool aja kayak gelas aqua tadi yang gak bergeming sedikitpun. 3M tidak akan membuat kita jadi turun derajat atau berkurang kadar kemanusiaannya. Misalnya dari manusia full menjadi tinggal 70% manusia karena diejek dengan kata-kata binatang. Justru mereka yang kerap ngomong 3M itu sebenarnya sedang menurunkan derajat kemanusiaannya.

Kedua, ingatlah bahwa kita ini berharga. Manusia mungkin bisa meremehkan dan memandang rendah dengan tatapan yang merendahkan serta ucapan yang membuat harga diri kita terusik dan rasanya dinjak-injak. Apapun itu sebenarnya kita nggak perlu terprovokasi dan membalas dengan kata-kata yang bernada H=hinaan.
Diri kita tetaplah berharga? Kenapa berharga? Karena kita selain makhluk langka, kita adalah makhluk Tuhan yang special. Yang menentukan harga dan nilai manusia jelas bukan manusia tapi Pencipta. Orang boleh meremehkan tapi Tuhan tetap melihat kita berharga dimata-Nya.

Keberhargaan diri kita bukan terletak pada casing atau penampilan kita. Berharga bukan karena pakai BlackBerry, tas Gucci, sepatu Italia, cincin berlian yang gede melingkar di leher, tangan, kaki, telinga (emang mau jadi gantungan berlian?). Berharga bukan karena jabatan tinggi, tajir dan naek Mercy. Kita berharga karena kita dikasihi. Dikasih siapa dulu? Yaitu dikasihi Tuhan. Kalau kita mengasihi sesuatu atau orang lain karena kita menganggap orang atau sesuatu itu berharga. Nah, Tuhan mengasihi kita karena kita memang berharga di mata-Nya. Orang laen boleh benci atau menolak dan meremehkan kita tapi Tuhan tetep mengasihi apapun kata orang tentang kita.

Berharga, berarti kita juga berarti. Mungkin ada yang nggak menghargai dan menganggap kita nggak berarti. Tapi Tuhan menghargai sekecil apapun kemampuan, dan kelebihan kita. Walaupun kita tidak sehebat orang lain tetapi Tuhan menghargai kita. Sekecil apapun dan selemah apapun diri kita, Tuhan tidak merendahkan atau mau menyingkirkan kita. Tuhan selalu memberi kita tempat di hadapan-Nya.

Di akhir posting ini, saya cuma merenung lagi, mengubah suatu kultur sangat tidak mudah. Tapi baiklah kita mulai dari diri sendiri. Dan saya cuma berpikir, bagaimana cara positif menyikapi kultur 3M ini? Mari kita hadapi dengan Menghargai, Memuji dan Membangun atau Memotivasi...
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design