ADSENSE HERE!
Ini adalah puncak atau trilogy dari seri 3G sebelumnya. Namanya 3G : Gempa, gempa, gempa!!! Loh kok gak nyambung dengan sebelumnya? Justru ini tetep nyambung cuma lebih dahsyat, bisa menggoyang dan mengganyang apa saja termasuk bangunan kokoh sekalipun. Ingat dampak gempa yaitu tsunami yang mengganyang dan menelan ribuan korban jiwa di negeri kita dan manca negara. Gempa dan dampak tsunami masih menyisakan trauma bagi kita. Gempa kemaren juga sebenarnya menyisakan berbagai kisah aneka reaksi orang dalam menghadapi gempa. Sambil membaca artkel ini saya juga mengajak kita untuk berefleksi sejenak dari kejadian gempa ini.Kalau gempa terjadi, apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda selamatkan? Lalu kalau ada orang yang perlu diselamatkan, siapa yang anda selamatkan? Jawaban atas pertanyaan sederhana ini akan menguak prioritas-prioritas atau apa yang paling kita anggap penting untuk diselamatkan pada saat situasi itu terjadi. Waktu itu saya masih berada di sekolah, di lantai empat. Ketika gempa terjadi, banyak reaksi dari teman saya menghadapi gempa. Ada yang langsung mengambil handphone. Dia mengatakan handphone itu penting untuk menghubungi suaminya yang ada di luar kota. Ada juga yang sudah sempat lari tapi balik lagi untuk mengambil kuenya di keluarganya. Ada yang langsung menyelamatkan tas karena ada barang berharga di dalamnya, ada paspor. Ada yang secara refleks menyelamatkan laptopnya dengan memasukkan ke dalam tas padahal laptopnya masih nyala, menyusul chargernya sama kitab Suci. Teman saya yang lainnya mengatakan kalau gempa terjadi dia akan menyelamatkan koreksian atau lesson plan. Wah, masih sempat-sempatnya mikirin nilai anak-anak. Ada pula yang menjawab, "Yang penting selamatkan diri". Ini orang yang nggak mau repot dan nggak mau mikirin apa-apa lagi. Yang penting gue selamat, katanya.
Pertanyaan berikut: Siapa yang Anda selamatkan? Wah kita pasti akan mikir-mikir. Kalau disuruh memilih dan situasinya ada orang yang perlu diselamatkan, mana yang kita akan pilih? Mungkin pertanyaan ini lebih tepat ditujukan buat kaum pria. Situasinya misalnya di gedung yang bertingkat. Pasti akan memilih siapa yang perlu atau paling butuh untuk diselamatkan, iya nggak? Atau liat-liat dulu bobotnya apa penampilannya. Wah, jangan-jangan yang dipilih hanya yang muda dan cantik. Ini namanya ada udang di balik gempa...
Gempa sebenarnya memperlihatkan sifat atau watak dan temperamen asli seseorang. Ada yang ketika gempa terjadi langsung panik, mukanya udah pucat dan mau nangis (ini tipe sanguine). Ada yang tetap cool alias tenang-tenang aja, nggak peduli padahal dia udah tau ada gempa (tipe flegmatik). Sekelilingnya uda mulai jungkir balik baru dia berasa. Ada juga yang mulai mikir yang negatif, membayangkan bahwa setelah gempa bisa muncul tsunami dahsyat, kalau gempa gedung bisa rontok dalam sekejap padahal saya belum married, baru mau, akhirnya mukanya mulai muram dan stress (ini melankolik). Ada juga yang ketika gempa terjadi langsung memberi komando (tipe , jangan lewat lift, turun lewat tangga, perhatikan barang bawaannya, jangan sampai ketinggalan (ini mah kayak di busway)…Ada juga yang nggak berasa sama sekali atau atau kebal. Wah kalau ini berarti tidak termasuk keempat temperamen sebelumnya. Ini termasuk yang gawat. Udah ada bahaya tapi nggak peka atau nggak menyadari bahaya.
Gempa untuk saat ini sudah berlalu. Tapi bukan berarti kita udah nyaman dam aman (bukan menakut-nakuti tapi faktanya khan seperti itu, he he, he). Apalagi kita berada di jalur gempa (ngeri). Gempa sebenarnya menyadarkan kita kembali betapa kecilnya dan betapa rapuhnya kita di tengah dunia ini. Gempa yang hanya beberapa menit itu bisa meluluhlantakkan bangunan-bangunan yang kokoh, rumah-rumah dan meretakkan bangunan-bangunan yang tinggi. Bangunan yang besar saja bisa roboh dan hancur apalagi kita manusia. Kita nggak akan berdaya menghadapi kekuasaan Tuhan di tengah alam ini. Gempa tidak akan ,memilih-milih korbannya. Di Tasikmalaya saja, ada pejabat di sana juga sempat tertimpa sesuatu di kepalanya karena gempa, bersyukur tidak terlalu parah. Orang-orang yang ada di gedung bertingkat, pejabat atau eksekutif dan bos sekalipun harus lari terbirit-birit melewati tangga darurat. Kita rapuh, ringkih dan nggak berdaya. Kita harus mengakui kekuasaan Tuhan tidak hanya atas alam tapi atas diri kita dan alam semesta ini yang berada dalam kekuasaan-Nya.
Gempa juga mengingatkan kita betapa pentingnya memiliki jaminan dan kepastian dalam hidup. Saat terjadi sesuatu yang nggak terduga, kita benar-benar siap. Ada teman saya ynag bercanda mengatakan bahwa kalau terjadi gempa, bercermin alias ngaca dulu biar tetap kelihatan cantik atau cakep. Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk sekalipun, misalnya meninggal katanya tetap dalam keadaan cantik atau cakep. Coba kalau gempanya lebih kuat, pasti udah nggak sempat ngaca dan penampilan pasti kacau balau. Bukan persiapan secara lahiriah seperti ini. Kemaren saya menerima email dari teman saya yang isinya menekankan pentingnya persiapan menghadapi hal tak terduga semacam bencana dan sebagainya. Dia mengingatkan perlunya jaminan baik di dunia dan di akhir hidup kita serta jaminan untuk orang-orang yang ditinggalkan (ujung-ujungnya mengingatkan perlunya punya asuransi:). Memiliki jaminan dan kepastian itu sangat penting karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi satu 1 menit ke depan, 1 jam ke depan, besok dan seterusnya. Jaminan dan kepastian tidak hanya sekedar jaminan atau asuransi untuk hidup di dunia tapi apakah kita mendapatkan jaminan untuk memiliki hidup kekal.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment
Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya