Menghadapi Tsunami Hidup

ADSENSE HERE!
Ya, tsunami hidup artinya masalah dan persoalan berat yang datang bertubi-tubi dalam hidup seseorang ibarat gelombang tsunami. Saya memakai istilah 'tsunami' dan bukan'badai' karena dalam konteks kita di Asia yang sering terjadi belakangan ini adalah tsunami. Ini cuma ungkapan saja tapi dalam realita hidup, seseorang bisa menghadapi masalah bertubi-tubi seperti efek tsunami. Satu masalah belum selesai sudah datang lagi masalah yang lainnya.

 Wanita Sunem dalam 2 Raja-Raja 8:1-6 mengalami masalah yang bertubi-tubi yang saya gambarkan seperti di atas. Masalah apa saja yang dia alami:

Pertama, dia harus kehilangan anaknya. Anaknya itu adalah anak satu-satunya dan menjadi anak kesayangannya apalagi meeka mendapatkannya melalui mujizat. Anaknya yang lagi di lading tiba-tiba mengaduh,”Aduh kepalaku”, tidak lama kemudian ank ini meninggal. Ini adalah suatu pukulan berat bagi wanita Sunem ini. Walaupun akhirnya anak itu  hidup kemabali bukan berarti persoalannya sudah selesai.

Kedua, dia kehilangan suaminya. Dalam pasal 8 hanya disinggung wanita ini dengan anaknya. Artinya statusnya adalah janda. Dia kini seorang diri harus membesarkan anaknya.

Ketiga, ada bahaya kelaparan. Ini adalah bencana yang serius karena jangka waktunya cukup lama yaitu tujuh tahun.

Keempat, mereka harus meninggalkan rumah tempat tinggal mereka, tanah dan segala usaha mereka, serta keluarga dan sahabat-sahabat mereka. Ini bukan hal yang mudah. Ditambah mereka belum tahu tempat dan tujuan mereka akan pindah. Mereka harus keluara dari zona nyaman mereka.

Kelima, saat mereka pulang, masalah menanti : property mereka telah diambil orang dan mereka kini tidak punya apa-apa lagi.
Bagaimana respon kita menghadapi penderitaan  seperti ini? Philip Yancey pernah  bercerita tentang seorang teman Billy Graham yang menjadi atheis. Orang ini memulai pelayanan pada waktu yang sama dengan Billy Graham dan sama-sama sebagai penginjil. Pelayanan keduanya tumbuh sampai pada satu titik orang ini mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan karena dia melihat foto seorang anak di Afrika yang kelaparan. Tidak bisa menerima Allah yang mengijinkan penderitaan,orang ini memilih untuk menolak Allah dan menjadi atheis.

Respon dunia yang positif terhadap penderitaan bisa kita lihat dari orang Jepang dengan spirit yang mereka miliki membuat mereka tabah dan tenang. Kita bisa memetik pelajaran yang positif di sini tapi pertanyaannya adalah apa yang membuat respon orang percaya berbeda dengan respon orang yang belum percaya?

Respon kita adalah :

Pertama, kita yakin bahwa Tuhan mendampingi kita  di tengah penderitaan. Inilah sumber ketenangan dan kedamaian yang kita bisa miliki karena ada Tuhan bersama dengan kita. Sebagai orang percaya kita harus yakin bahwa mengikut Tuhan bukan berarti kita tidak akan mengalami penderitaan atau masalah tetapi justru di tengah masalah inilah Tuhan tetap hadir. Tuhan tetap menyertai anak-anak-Nya.
Inilah respon wanita Sunem ketika kehilangan anaknya dia masih bisa menjawab:”It it well”, semuanya selamat. Dia tahu bahwa anaknya dan keluaraganya selamat di dalam Tuhan. Ungkapan ini lahir dari keyakinan bahwa apapun kondisi hidupnya dan keluarganya, semuanya ada dalam tangan Tuhan.

Respon inilah yang ditunjukkan Horatio Spafford, saat kehilangan anaknya di lautan karena kapal yang di tumpanginya tenggelam, dia menulis,”It it well with my soul”.  Mampukah kita dengan tegar dan tenang menjawab seperti ini?

Kedua, Tuhan tidak akan  membiarkan anak-anak-Nya. Wanita Sunem ini harus meninggalkan negerinya dan pergi ke negeri asing. Saat pulang kampong, propertinya sudah tidak ada lagi, sudah diambil orang. Tapi Tuhan tidak membiarkan wanita dan anaknya ini terlantar. Mellaui seorang Raja yang sebenarnya jahat Tuhan memakainya untuk membantu wanita ini.

Sewaktu Bethany Hamilton seorang peselancar harus  kehilangan lengan kirinya karena digigit ikan hiu dan kehilangan darah 60% dia tetap tenang dan tabah. Saat hendak dibawa ke rumah sakit seorang perawat membisikkan kata-kata ini,”God will never leave you nor forsake you”. Tuhan sekali kali tidak akan meninggalkan engkau atau membiarkan engkau. Inilah yang harus menjadi kekuatan bagi kita, Tuhan tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita. Percaya dan taat kepada kehendak Tuhan walaupun di tengah situasi sulit akan membuat kita melihat penyertaan Tuhan.

Ketiga, Tuhan bisa mengubah tragedy untuk mendatangkan kebaikan. Tuhan bisa mengubah penderitaan untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya. Iman perempuan Sunem ini dan perbuatan Tuhan yang dilakukan-Nya kepada perempuan Sunem ini membuat seorang raja yang lalim akhirnya mengakui kebesaran Tuhan. Membuat seorang raja yang jahat melihat kekuasaan Tuhan.

Kisah Bethany Hamilton membuat banyak orang melihat kemuliaan Tuhan. Bethany berkata bahwa dia bisa bangkit kembali karena Tuhan mengasihinya dan Tuhan yang menguatkanya. Dia mampu mengatasi trauma, keterbatasan fisik dan tantangan hidupnya karena dia percaya Tuhan yang menyertainya. Dia menyimpulkan dalam kesaksiannya lewat video bahwa,”Tuhan bisa mengubah suatu tragedi yang mengerikan menjadi sesuatu yang mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya”.

Tidak mudah melihat tujuan penderitaan dari setiap apa yang kita alami. Tapi mari kita memiliki iman seperti perempuan Sunem ini yang tetap berpegang dan bersandar kepada Tuhan. Tuhan bekerja dengan diam-diam dan suatu saat Dia akan menunjukkan bagian yang telahDia rajut dalam hidup kita sehingga tidak hanya kita dibentuk semakin indah tetapi hidup kita menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.


ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design