Kisah Kesetiaan Anjing Korban Tsunami

Kisah Kesetiaan Anjing Korban Tsunami
Seekor anjing korban tsunami dengan setia menunggui temannya yang sedang terluka. Anjing itu kemudian menarik perhatian dua reporter yang sedang meliput dampak tsunami di area Arahama dan menuntun mereka kepada temannya yang sedang terbaring.

Anjing yang setia itu, seekor anjing Spaniel berwarna putih kecoklatan tubuhnya kotor berlumpur dan menggigil kedinginan. Sorot matanya bingung.

Anjing itu lalu menggonggong ke arah kamera, lalu berjalan untuk memandu kamerawan ke seekor anjing lain yang terbaring cedera di antara puing-puing akibat gempa dan tsunami pada Jumat 11 Maret 2011. Anjing Spaniel yang memakai kalung perak ini nampak menunggui kawannya yang sedang terbaring itu. Anjing yang terbaring itu seakan tidak bergerak.



Tidak lama kemudian, anjing itu mencoba membangunkan kawannya dengan mendorong-dorong dan menguncang-guncang tubuh kawannya yang nampaknya lemah sekali. Anjing yang terluka itupun mengangkat kepalanya. Para reporter dalam rekaman ini terdengar sedang berdiskusi, dan bereaksi saat anjing itu bangun. "O, lihat dia bergerak. Dia hidup. Sangat senang melihatnya hidup"

Anjing yang terluka itu akhirnya bisa bangun. Kedua anjing ini dilaporkan selamat. Anjing yang luka menjalani perawatan dokter hewan di Mito, sementara anjing setiakawan dirawat di penampungan di kota yang sama.

Ini script percakapan dari dua reporter : (translation courtesy of Toshiyuki Kitamura):

We are in Arahama area. Looks like there is a dog. There is a dog. He looks tired and dirty. He must have been caught in the tsunami. He looks very dirty.

He has a collar. He must be someone's pet. He has a silver collar. He is shaking. He seems very afraid.

Oh, there is another dog. I wonder if he is dead.

Where?

Right there. There is another dog right next to the one sitting down. He is not moving. I wonder. I wonder if he is alright.

The dog is protecting him.

Yes. He is protecting the dog. That is why he did not want us to approach them. He was trying to keep us at bay.

I can't watch this. This is a very difficult to watch.

Oh. Look. He is moving. He is alive. I am so happy to see that he is alive.

Yes! Yes! He is alive.

He looks to be weakened. We need to them to be rescued soon. We really want them rescued soon.

Oh good. He's getting up.

 
sumber : http://au.news.yahoo.com/ 






Baca juga Kisah-Kisah Kesetiaan Anjing

Do git commits associated to hoptoad errors

We are trying to build a better development workflow by connecting all our tools together.
So, this time we tried to connect HopToad Application with git commits because sometimes it's better to just paste the link to hoptoad error rather than describe all steps to reproduce. This idea was resulted in the command line interface for hoptoad api with a little git integration - Shelltoad.

Sebagian Anggota Misi ‘Fukushima 50’ Adalah Orang Kristen

Sebagian Anggota Misi ‘Fukushima 50’ Adalah Orang Kristen
 Saat ini dunia bergantung pada upaya tim “Fukushima 50″ untuk mendinginkan sejumlah reaktor nuklir usai meledak akibat gempa dan tsunami yang melanda Jepang.

Menurut surat permintaan doa yang diterbitkan oleh Minami Chapel di Jepang, pemimpin fasilitas nuklir dan proses pendinginan Fukushima adalah seorang Kristen.
Orang  yang bertanggung jawab di reaktor nuklir Fukushima ini adalah seorang  Kristen bernama Naoyoshi Satoh. Naoyoshi Sato adalah anggota gereja Baptis .  


Sato adalah wakil menteri konstruksi dan transportasi. Sato dtempatkan untuk bertanggung jawab atas tim tanggap nuklir untuk mendinginkan reaktor yang terlalu panas di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi yang sedang terancam ini. 


Selain itu sebagian dari 50 anggota Fukushima adalah anggota gereja setempat. Menurut Surat Doa Gereja Baptis Fukushima, ada 5 anggota gereja yang bekerja di reaktor 1 dan 2. Beberapa dari antara mereka antara lain : Mr Shibuya, Mr Nakamura, Mr Kita , Mr Yazuo ,  Mr Nishimura. 

Menurut laporan, seorang pria berusia 30 tahun yang bertugas shift malam di fasilitas nuklir pada hari gempa siap untuk kembali ke reaktor, tetapi memutuskan untuk pulang  setelah istrinya menghentikannya. Seluruh keluarga mereka kemudian mencari perlindungan di pusat misi Aizu Chapel di Yonezawa, Prefektur Yamagata.

Pada tanggal 17 Maret, orang ini menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat di gereja di mana ia mencari perlindungan. Setelah itu, dia mempertanyakan dirinya sendiri tentang mengapa dia tidak berada  di reaktor  nuklir sementara semua rekannya mempertahankan hidup mereka di posnya sampai akhir.

Keesokan harinya, ia mengucapkan selamat tinggal sambil menangis untuk semua orang di gereja dan kembali ke reaktor Nuklir di Fukushima.

Istrinya berkata, "Meskipun saya mengatakan pada suami saya bahwa saya percaya Tuhan pasti menuntun kita, saya masih sangat khawatir.Rasanya hati saya seperti dipotong dengan pisau dan ditusuk oleh jarum. Saya satu-satunya yang tersisa untuk mengurus anak-anak sekarang. 20 Maret adalah ulang tahun suami saya, dan dia menghabiskan hari ulang tahunnya tahun ini di dalam pembangkit tenaga nuklir. "

Pdt Akira Sato, pendeta senior dari Fukushima First Bible Baptist Church, mengatakan dalam surat yang diposting di halaman bencana gempa Jaringan Misi Kristen Hokkaido bahwa dia sangat khawatir tentang mereka yang sudah berusia lanjut dan sakit dan meminta dukungan doa.

Sato meminta dukungan doa yang kuat dan sungguh-sungguh agar gereja dapat bertahan menghadapi krisis dan karya misi tidak akan berhenti, bahwa mereka akan pulang kembali dengan selamat dan kebocoran radiasi akan dihentikan.

"Skenario terburuk adalah bahwa orang tidak akan pernah bisa kembali ke kota mereka dan rumah-rumah, dan bahwa gereja akan ditutup dan sejarah misi di daerah ini akan berakhir. Tolong berdoa agar hal  ini tidak akan terjadi. Tolong berdoa bahwa orang akan bisa datang kembali ke kota dan gereja akan dibuka lagi dan kita bisa memuji dan menyembah Tuhan di sana lagi. "

Apa itu EKG?

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: “elektro”, karena berkaitan dengan elektronika, “kardio”, kata Yunani untuk jantung, “gram”, sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
* Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
* EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
* EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
* EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
* EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
* EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas

Sejarah

Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien selama kuliah untuk DSc-nya (dalam listrik) pada tahun 1872 di St. Bartholomew’s Hospital.Aktivitas ini direkam secara langsung dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog Britania bernama John Burdon Sanderson.

Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary’s Hospital di Paddington, London. Mesin elektrokardiografnya terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke sebuah proyektor. Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam dalam waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih jarang diterapkan secara klinis.

Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang, Hindia Belanda (kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda, menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller.[10]

Einthoven menuliskan huruf P, Q, R, S dan T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-sifat elektrokardiografi sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuannya.

Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk interpretasi elektrokardiogram yang dikomputerisasikan.


Gelombang dan interval

Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1 gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang T dan mendahului gelombang P berikutnya.

Gambaran skematik EKG normal

Gambaran Skematik EKG Normal


Sumber: R.S. Bina Waluya

Kevin Sorbo - Hercules Kristen di Holywood

Kevin Sorbo - Hercules Kristen di Holywood
Kevin Sorbo, aktor mantan pemeran "Hercules" aktor, sedang berada dalam petualangan baru - di ranah terkenal - Hollywood. 
 
Mungkin anda masih ingat sewaktu menonton Sorbo sebagai Hercules di TV di tahun 1990-an, tapi sangat sedikit dari kita yang menyadari bahwa dia secara pribadi mencoba untuk mengajarkan kita sesuatu hal, yang didasarkan tidak hanya pada pandangan moralnya, tapi yang paling penting, nilai-nilai keKristenan-nya. 


Sorbo, yang baru-baru ini menjadi pembawa acara
Penghargaan Movieguide Tahunan ke-19 dan membawa pulang Award Grace untuk "The Most Inspiring Performance in Movies in 2010," Dia mengatakan, "Jika Anda pernah menonton 'Hercules,' Anda dapat melihat bahwa film itu seebagian besar dibuat dengan cara komikal. Aku ingat mendapatkan banyak surat dari anak-anak di seluruh dunia mengatakan bahwa serial film itu membantu mereka untuk mengendalikan diri saat mereka marah mereka dan tidak mencari masalah dan menjauhi hal itu karena itu adalah hal yang terbaik untuk dilakukan. " 

Ia dibesarkan dalam keluarga Lutheran dan di kemudian hari memutuskan untuk menghadiri sebuah gereja nondenominasi. Latar belakang nya yang kuat mungkin salah satu alasan mengapa ia memutuskan untuk membawa imannya saat dia  bekerja di Hollywood. 


Tentu saja, Sorbo tidak menolak untuk berperan sebagai orang jahat tetapi ia akan menolak untuk berperan sebagai" pria yang yang memukul wajah dari seorang gadis 13 tahun" seperti yang diminta kepadanya untuk satu peran. 


Pria 52 tahun ini  jelas mengatakan, "Aku bilang 'sama sekali tidak," Aku tidak akan melakukan hal seperti itu.
Saya berperan dalam sebuah film Western yang akan datang sebagai seorang pria jahat; itu adalah pertarungan antara yang baik vs jahat dimana di akhir film peran saya harus membayar kejahatan-kejahatannya. Ada pelunasan keras untuk menunjukkan apa yang salah dan apa yang benar."


Sorbo telah membintangi film-film Kristiani seperti di "What if …" dan "Soul Surfer" namun juga menyisakan ruang untuk film-film sekuler, harapan satu-satunya adalah merubah wajah Hollywood seperti yang kita kenal saat ini.


Kekuatiran pribadinya adalah, apa yang akan dianggap normal oleh publik saat kebanyakan hal-hal yang digambarkan itu memberitahu kita kalau pandangan moral kita bisa saja salah.


"Hollywood kebanyakan suka menaruh pesan mereka sendiri, dan pesan itu bukan yang terbaik untuk semua orang," katanya. "Jika anda terus mengatakan dua tambah dua sama dengan lima berulang-ulang kali, ini yang akan dipikirkan orang. Mungkin jadi lima jika terus merubah definisi normal dan apa yang benar dan yang salah."

Melalui peran barunya, ia berharap tidak hanya menghentikan pengejek yang memukuli ke-Kristenan namun juga mentransformasi Hollywood dengan memperbaiki definisi mereka tentang apa yang benar dan apa yang baik.


"What If…," yang saat ini tersedia DVDnya, memberikan Sorbo kesempatan untuk pertamakalinya berkotbah sebagai pendeta. Film itu membolehkan dia menunjukkan bahwa meskipun keputusan-keputusan salah, keputusan-keputusan jasmani adalah jalan yang paling sering diambil orang, Tuhan akan selalu memberikan semua orang kesempatan kedua - dan tentu saja di film ini, dengan bantuan seorang malaikat canggung sebagai pembimbing dalam prosesnya.


"Hollywood masih berada dalam bisnis dari bisnis pertunjukkan," katanya. "Jika kita memberikan mereka pesan yang cukup keras dan jelas dan jika banyak orang mulai mendukung film-film seperti ini, film yang memiliki pesan yang baik, film yang bisa disimak keluarga namun tidak murahan, yang memiliki jalan cerita baik, akting yang baik, tulisan yang baik, sutradara yang baik dan sinematografi yang baik, maka film-film ini akan mereka dukung."


Dia menyimpulkan keprihatinannya dengan mengingatkan pemirsa Kristiani untuk memilih apa yang benar.
 
"Tergantung keputusan anda untuk memberi pesan ke Hollywood dan mulai mendukung film-film seperti ini yang berkebalikan dengan film-film lain yang hanya menunjukkan sisi kehidupan yang gelap dan negatif."

http://www.christianpost.com

Penemu Aplikasi 'Note to God' Sadar Dari Koma

Penemu Aplikasi 'Note to God' Sadar Dari Koma
Remaja penemu aplikasi Iphone, "Notes to God",  telah bangkit dari koma setelah terluka parah oleh kecelakaan  mobil pekan lalu. .


Allen Wright, 18, membuka matanya pada hari Senin dan pada hari Selasa ia mampu menanggapi pertanyaan dan perintah. Dia telah menderita kejang dan jatuh ke dalam koma setelah insiden tabrak lari pada tanggal 13 Maret lalu. 

Teman Wright, saat itu berada di telepon dengan dia ketika kecelakaan itu terjadi, dia hanya mendengar suara lalu lintas tetapi tidak ada kata atau suara dari remaja Sacramento itu. Beberapa menit kemudian, sepupu Wright melihatnya berbaring tak sadarkan diri di jalan. 


Ketika Wright diangkut ke San Juan Mercy Medical Center di Carmichael, California, dokter menemukan dia mengalami memar paru-paru, tulang leher patah dan kaki memar. Dokter sempat memperkirakan peluangnya untuk sadar kembali hanya 30 sampai 40 persen dan kini dokter senang melaporkan ia mampu bangun setelah delapan hari.

Aplikasi Wright "Note to God" telah diunduh lebih dari 9.000 kali sejak berita kecelakaan tentang penciptanya
tersebar . Aplikasi  iPhone itu  memungkinkan pengguna untuk mengirim doa dan membaca doa-doa dari user yang lain.

Sebelum kecelakaan itu, Wright telah menunjukkan minat dalam penegakan hukum dan telah mendaftar untuk bergabung dengan Korps Marinir setelah lulus SMA. Dokter mengatakan bahwa untuk saat ini dia perlu fokus pada penyembuhan. 


Dr Kavian Shahi kepada The Sacramento Bee mengatakan "Perlahan-lahan, mudah-mudahan, ia akan mampu menggerakkan tangan dan kakinya di bawah kendali sendiri." 


Sgt. Lee Herrington of Citrus Heights mengatakan polisi sedang mencari video kamera keamanan berharap untuk menangkap kendaraan dan mengidentifikasi pelakunya di tabrak lari.

Respon Terhadap Bencana : Belajar Dari Jepang

Respon Terhadap Bencana : Belajar Dari Jepang
Ujian karakter adalah pada saat seseorang atau suatu bangsa menghadapi suatu krisis. Inilah yang ditunjukkan oleh orang Jepang. Menghadapi krisis yang bertubi-tubi menimpa mereka sikap dan respon bangsa Jepang menghadapi bencana sangatlah luar biasa. Media internasional memuji-muji respon mereka yang tetap tenang dan tabah serta berani dalam menghadapi krisis. Respon Jepang terhadap bencana membuat negeri yang kecil ini justru semakin bersinar di mata dunia.

Ada dua  kata yang menggambarkan mentalitas mulia orang Jepang yaitu “gaman” dan “gambaru”. Gaman dalah suatu suatu karakter yang menunjukkan kesabaran, ketenangan, ketekunan  dan ketabahan.  

Hal ini langsung terlihat pasca bencana. Orang-orang menunjukkan ketenangan, tidak adanya penjarahan, tidak ada yang mengambil keuntungan di tengah bencana, orang-orang antri dengan teratur menunjukkan sifat khas mereka ini.

Apa yang diekspos media Jepang juga menunjukkan hal ini. Walaupun gambar-gambar kerusakan karena gempa dan tsunami ditampilkan tapi tidak mengekspos kesedihan dan penderitaan. Tidak nampak jejeran atau tumpukan mayat, tangisan yang berkepanjangan. Tidak ada lagu-lagu kesedihan atau balada di televisi plus dompet bencana dan nomor rekening.  

Seorang ibu diwawancara bagaimana dia bisa tetap tegar, dia mengatakan,”Saya harus  berani, saya tidak boleh menunjukkan ketakutan dan  kesedihan, kalau saya takut dan sedih bagaimana nanti bila kedua anak saya mengetahuinya? Jadi saya harus kuat”. 

Seorang wanita tua yang kesakitan karena tertimpa perabot rumah pada saat diangkat dari reruntuhan perabot, meminta maaf kepada penyelamatnya karena merasa sudah merepotkan dan membuat tidak nyaman dan malah meminta pemyelamat yang lainnya untk menyelamatkan oranbg lain terlebih dahulu.
Surat kabar menceritakan seorang pemilik mesin yang membagi-bagikan minuman dan seorang wanita bua yang membawa makanan hangat kepada orang-orang yng dalam pengungsian.
Penjaga bahan bakar meminta maaf karena kehabisan stok bahan bakar kepada orang-orang yang berkendaraan yang sedang antri sementara dalam antrian tidak ada yang memotong jalur dan tidak ada yang nampak marah-marah atau frustrasi. Antrian orang menanti makanan dan air juga tenang. Tidak ada yang menyerobot atau mengantri air membawa galon yang banyak dan besar. Ukurannya kecil dan cukup untuk mereka.



Sedangkan yang kedua adalah  “gambaru” menunjukkan sikap yang terus bertahan dan pantang menyerah. 

Ada sebuah laporan di area  Minamisanriku, seorang tua yang diselamatkan tiga hari setelah tsunami. Dia menunjukkan senyum yang lebar di wajahnya. Dia mengatakan,”Semua akan baik-baik saja, Kita akan kembali membangun semuanya.”

Ada tulisan seorang mahasiswa Indonesia bernama Rouli yang menyaksikan semangat orang Jepang dalam menyemngati satu sama lain. Tulisnya, “Ada yang nyari istrinya, belum ketemu-ketemu, mukanya galau banget. Tapi tetap tenang dan nggak emosional. Dia disemangati seorang nenek di tempat pengungsian, “’Gambatte sagasoo! kitto mit-sukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah).” Inilah potret gambaru yang menunjukkan optimism dan harapan di tengah kesulitan.

Dari pemimpinnya sendiri menunjukkan semangat yang sama. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengakui gempa yang menimpa Jepang adalah salah satu krisis terburuk setelah perang dunia II. Tetapi dia langsung memberikan dorongan dan semangat "This is the biggest crisis we have faced in our 65-year post-war history. I am confident that we can work together to overcome these difficulties," Nampak spirit gaman dan gambaru dia kobarkan bagi rakyatnya. 

 
Saya juga melihat peran pemimpin yang sangat besar di sini. Belajar dari kesalahan perdana menteri Tomiichi Murayama sebelumnya yang menangani gempa di Kobe tahun 1995, perdana menteri Naoko Kan langsung merespon dengan cepat. Dia langsung memimpin membentuk tim darurat  yang langsung diketuainya sendiri. Perdana menteri ini juga tanpa menunggu lama langsung turun ke lokasi bencana. Perdana menterinya malah membungkukan badan untuk menghormati para tim penyelamat dan petugas pemadam kebakaran. Inilah cermin pemimpin yang responsif dan rendah hati. 

Teladan pemimpin dan kisah rakyatnya yang luar biasa akan terekam sebagai bukti betapa kuatnya bangsa Jepang dalam menghadapi bencana. Banyak kisah-kisah kepedulian dan  perhatian yang dialami oleh orang asing saat berada di Jepang. Juga kisah kerja sama dan spirit untuk saling menolong terus nampak dan media-media menjadi saksi akan sikap dan karakter mereka ini. 

Akhirnya : Simpati dan salut buat warga Jepang yang memberi kita pelajaran berharga. Mungkin kita baru menghadapi krisis dan bencana kecil tapi kita langsung menyerah. Ingat, bagaimana orang Jepang meghadapi kesulitan yang jauhhhh lebih besar tapi spirit mereka tidak luntur.
Never givvvvvvvvvvvvvvv up, be strong and good courage.

 sumber kutipan perdana menteri  Jepang :
 http://online.wsj.com/article/SB10001424052748704893604576198121566267028.html

Anugerah Allah Di Tengah Air Bah dan Bahtera

Anugerah Allah Di Tengah Air Bah dan Bahtera
Salah satu kisah favorit anak saya adalah kisah Nuh dan air bah. Anak saya antusias dengan kisah ini. Dia tertarik dengan gambar ekpresi orang jahat yang dilihatnya di Bible Story, binatang-binatang yang beraneka macam dari yang kecil sampai gede dan gambar air bah menenggelamkan orang-orang dan bagaimana  ikan hiu memangsa orang-orang. Tapi kisah Nuh itu sebenarnya bukan cuma kisah yang diperuntukkan  buat anak-anak .

Kisah Nuh adalah kisah nyata yang amat mengerikan. Dalam suatu lukisan tentang air bah, Gustave Dore menggambarkan orang-orang yang berjuang untuk tidak tengelam berusaha bertahan, ada yang sudah terhanyut air dan berusaha menggapai-gapai dan ada juga yang telah terlepas pegangannya. Yang memilukan adalah bayi-bayi yang diselamatkan malah dimakan singa raksasa dan burung-burung pemakan bangkai terus terbang menanti mangsanya dan siap menukik untuk menikmati pesta daging.  Jadi sesungguhnya gambaran  ini menunjukkan betapa penghukuman di zaman  Nuh itu sebenarnya mengerikan dan betapa jahatnya manusia sehingga Allah harus menumpahkan murkanya yang dahsyat.

Kisah Nuh dengan air bah bukan hanya kisah mitos atau legenda. Ada yang menanggap air bah zaman Nuh hanya bersifat local bukan memenuhi seluruh bumi. Saya percaya air bah itu memenuhi seluruh bumi. Ada bukti secara sains tentang peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi ini yang dilanda banjir global. Salah satunya adalah penemuan rangka hiu di Negara Amerika Latin. Bagaimana bisa menjelaskan bahwa hiu itu bisa berada di puncak gunung? Apakah dia ngesot dan iseng untuk mendaki gunung? Atau apakah hiunya berlomba untuk loncat ke udara sehinga dia nyasar? Atau apakah dia dilempar sama Hancock yang superhero di film Will Smith? Rasanya mustahil. Kemungkinan lebih masuk akal adalah saat air bah surut hiu ini keasyikan bermain-main di permukaan air hingga akhirnya terdampar deh di puncak gunung. Lalu pelajaran apa yang kita bisa pelajari dari Nuh dan air bah?

Air bah mengingatkan tentang anugerah Allah dan murka serta  penghukuman Allah.
Pertama, anugerah Tuhan. Pada zaman Nuh manusia diberi kesempatan selama 120 tahun untuk bertobat. Ini namanya periode anugerah atau ‘grace period’. Perbedaannya adalah Nuh merespon anugerah Tuhan itu sedangkan orang-orang pada zamannya terus menolak anugerah Tuhan. Pada akhirnya Nuh mendapatkan “kasih karunia” (anugeah) di hadapan Tuhan karena Nuh merespon anugerah dengan hidup beriman dan berjalan bersama Tuhan. Anugerah di tengah air bah? Ya, Nuh mendapatkan anugerah karena dia selamat dan berada di dalam bahtera.
Masa anugerah Tuhan itu ada masanya dan kita tidak akan tahu pasti masa anugerah itu bagi masing-masing orang. Anugerah Tuhan itu berlaku bagi mereka yang merespon dengan benar dan tidak menolak anugerah-Nya.

Kedua, Penghukuman itu terjadi karena Allah melihat manusia yang terus menerus menolak anugerah Allah. Murka dan penghukuman Tuhan itu pastiwalaupun seakan-akan lambat tapi pasti terjadi.  
Manusia di zaman Nuh sudah diberi kesempatan yang cukup panjang tetapi ironisnya tidak ada yang mau bertobat dan  tidak ada yang merespons anugerah Tuhan itu. Manusia menjalani hidup yang penuh kekerasan dan hidup yang rusak tanpa mau berubah. Selain sifat hidupnya yang  penuh ‘kekerasan’ mereka juga ‘keras hati’ dan ’keras’ kepala. Akhirnya ‘grace period “ itu berakhir dan akibat manusia harus menghadapi murka dan penghukuman Tuhan yang ‘keras’ dan dahsyat.

Tuhan sesungguhnya tidak menghendaki manusia dihukum. Tuhan bukan Oknum yang senang membinasakan manusia dan bersukacita melihat kehancuran manusia. Alkitab hanya menjelaskan sekilas dan tidak memberi detail penghukuman itu. Bahkan Nuh sendiri tidak melihat penghukuman itu karena bahteranya tertutup dan hanya ada celah kecil di atas untuk tempat masuknya cahaya. Allah sudah menunjukkan kesabaran dan anugerah-Nya kepada manusia. Bukan hanya itu peringatan yang keras juga sudah disampaikan. Tapi akibat kekerasan sifat manusia ang tidak mau berubah, bertobat dan merespon anugerah Tuhan maka Allah akhirnya menunjukkan murka dan penghukumannya.

Sudahkah kita merespon anugerah Allah itu? Sudahkah kita mengalami anugerah Tuhan? Jangan mengulangi lagi tragedi manusia pada jaman Nuh yang hidupnya penuh kekerasan. Keras hati dan kepala terhadap suara Tuhan dan anugerah Tuhan. Saat kita mengeraskan hati secara terus menerus maka kisa sudah membuang-buang “anugerah Tuhan” dan kita merencanakan kehancuran atas diri kita sendiri. Kalau ada orang lain yang belum merespon anugerah Tuhan maka kita harus mengingatkan mereka seperti yang dilakukan Nuh pada zamanya.

Keselamatan bagi manusia itu seperti gambaran bahtera. Hanya satu cara untuk selamat yaitu masuk di dalam bahtera dan hanya satu pintu masuk untuk beroleh keselamatan. Pintu itu adalah Tuhan Yesus. Dia berkata “Akulah Pintu” Barang siapa masuk melalui Aku maka dia akan beroleh hidup yang kekal.

Debug ajax requests in more easy way

When I have to debug ajax requests, I always feel pain in the ass accessing the exception message and backtrace. It require at least 3 clicks to get them and only in the plain html format, that web framework use to generate. Is it better to see it at once in the browser popup?

Eric Liddell :

Eric Liddell :
Sesaat sebelum final 400 meter Olimpiade 1924 di Paris, Eric Liddell menerima selembar kertas yang bertuliskan,” " He who honors me, I will honor."( Siapa yang menghormati Aku (Tuhan) akan Kuhormati)). Tulisan itu diterimanya karena dia memilih untuk lebih menghormati Tuhan daripada bertanding di nomor spesialisasinya. Baginya hari Minggu adalah milik Tuhan dan hari yang harus dikuduskan bagi Dia . Nampaknya sepele tapi dia berkomitmen untuk menunjukkan ketaatan kepada Tuhan. 
Tuhan memberikan ganjaran yang luar biasa bagi Eric. Tuhan memberikannya kemenangan mutlak atas lawan—lawannya sehingga dia meraih medali emas. Pada hari wisudanya, Eric dimahkotai dengan karangan bunga zaitun sebagai lambang kejayaannya di arena Olimpiade dan diarak sepanjang jalan Edinburgh. Setahun kemudian, ketika Eric memutuskan untuk melayani di China sebagai misionaris, kembali ia diarak ke stasiun kereta api. Di Jepang dan China, walaupun jauh dari publikasi kesuksesannya, Eric acapkali diminta untuk tampil di arena olahraga. Kepopuleran Eric yang mencapai belahan dunia bagian timur terlihat dari sanjungan penonton setiap kali Eric tampil.


Menariknya adalah setelah dia tiada, apresiasi dan penghormatan tidak kunjung henti mengalir terhadap dirinya . Kehidupan Eric Liddell telah menjadi inspirasi bagi jutaan orang tidak hanya di dunia Barat yang mengangkat kisahnya menjadi sebuah film “Chariots of Fire”. Bahkan dia menerima penghormatan yang luar biasa dari pemerintah Cina. Hanya sedikit orang Barat yang sangat dihormati oleh orang Cina, termasuk pemerintah Cina modern, seperti Eric Liddell. Dia dihargai sebagai pahlawan baik dalam olahraga (dia adalah orang pertama yang lahir di Cina untuk memenangkan medali Olimpiade) dan dalam kehidupan, dia dihormati karena cinta dan  pengorbanannya bagi orang-orang Cina. 

Bentuk penghormatannya adalah :
  • Dia dihormati sebagai pahlawan perang. Di Tianjin, rumah Eric dilindungi sebagai bangunan yang bersejarah.
  • Pada situs dari pengasingan Weihsien Camp, sebuah monumen batu didirikan untuk menghormatinya.
  • Banyak jaringan TV di Cina telah menghasilkan film dokumenter dalam hidupnya.
  • Sebuah saluran film 24 jam di China membeli hak siar untuk Chariots of Fire pada tahun 1990 dan telah menayangkan filmnya berulang kali. Para penonton telah diperkirakan mencapai 850 juta. Pihak stasiun TV menerima respons yang sangat antusias - - orang Cina dari setiap sudut negara ini telah mengirim ratusan ribu surat dan e-mail kepada manajer chanel TV, meminta filmnya diputar kembali.
  • Sebuah buku berjudul "Running the  Race" oleh John Keddie, biografi yang menggambarkan prestasi olahraga Liddell dalam konteks rohani di mana ia hidup, baru-baru ini diterbitkan dalam bahasa Mandarin dan didistribusikan di Cina. Ini adalah kehormatan yang sangat langka dan direkomendasikan pemerintah Komunis-suatu bukti lebih lanjut dari apa  yang diberikan Eric Liddell untuk negera Cina yang tetap bertahan dan diakui hingga kini.
  • Film baru tentang Eric berjudul The Flying Man akan diproduksi. Film itu produksi bersama Cina Amerika dan disutradari oleh orang Cina. Para produsen dari The Flying Man berharap bahwa film ini akan diterima dengan baik di Cina dan di luar Cina. 
  
Kisah Hidupnya :
Eric Liddell lahir pada tahun 1902 di kota Tianjin, Cina (sekitar 50 mil sebelah tenggara Beijing). Orang tuanya adalah misionaris Presbyterian. Tidak lama setelah kelahirannya, keluarganya pindah ke Siaochang, sekitar 100 mil barat laut Beijing. Eric kembali ke Inggris dan pada usia enam ia  masuk sekolah.  Bakatnya dalam olah raga sangat menonjol dan dia mulai terkenal sebagai atlit rugby dan pelari atletik. Tapi karena sempitnya waktu Eric memilih berkonsentrasi di atletik.


Staminanya yang tinggi, kegigihan dan sportivitas membuat Eric Lidell semakin terkenal ditambah dengan prestasinya yang terus bersinar. Puncaknya adalah kemenangannya di Olimpiade Paris dengan sebuah medali emas dan medali perak.  Eric ibaratnya Usain Bolt pada masa itu  dan dia dijuluki “Flying Scotsman”. Tapi Eric tetaplah Eric yang penuh kepolosan dan kerendahan hati.  Dengan ketenarannya, segala macam pintu keberhasilan duniawi sangat terbuka baginya, tetapi ia menyatakan bahwa ia akan kembali ke China, mengikuti jejak ayahnya dan kakaknya yang tertua, Rob untuk menjadi misionaris. 

Saat kembali ke China Eric menyaksikan dampak penderitaan akibat perang, kelaparan dan tragedi lainnya. Dia bekerja di College Anglo-Cina di Tianjin sebagai guru ilmu pengetahuan dan menjadi favorit mahasiswa China. Saat mengajar dia menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan kabar baik tentang Kristus kepada murid-muridnya. Setelah kembali ke Tianjin dari cuti pertama pada tahun 1932, ia menikah dengan Florence Mackenzie, putri misionaris Kanada.
Pasangan itu memiliki tiga anak perempuan, Patricia, Heather dan Maureen.

Pada tahun 1937, pasukan Jepang melakukan invasi ke Cina Utara. Selama pendudukan Jepang, ia menyaksikan kebrutalan tentara Jepang. Dia membantu para korban dengan segala daya upayanya, termasuk mengajar mereka lagu-lagu rohani (himne). Dalam satu peristiwa dramatis, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seorang tentara Cina terluka.

Pada tahun 1941, kehidupan di China telah menjadi begitu berbahaya sehingga pemerintah Inggris menyarankan warga negara Inggris untuk pergi dari negara itu. Eric menghadapi keputusan yang sulit dan menghadapi pilihan untuk tinggal di China untuk melanjutkan pekerjaannya meskipun penuh resiko. Ia menyuruh istrinya yang sedang hamil dan dua putrinya berangkat ke Kanada, namun ia tidak menyadari bahwa pada akhirnya  ia tidak akan pernah melihat mereka lagi. 

Di Siao Chang dia bergabung dengan saudaranya Rob yang menjadi dokter dan Eric melayani orang-orang miskin. 

Setelah AS terlibat perang di Asia, tentara Jepang semakin terdesak lebih jauh ke Cina. Ketika pertempuran mencapai Siaochang tahun 1943, Jepang mengirim tahanan Barat ke Weihsien Interniran Camp, kamp interniran terbesar di Asia selama Perang Dunia II, terletak hampir di tengah antara Beijing dan Shanghai.

Saat berada  di kamp, ​​Eric terus melakukan  pelayanan untuk semua orang yang membutuhkan di sekelilingnya. Ia membantu orang sakit dan lanjut usia dan berbagi makanan dengan mereka yang lebih membutuhkan. Dia mengatur pertandingan sepak bola dan menjadi wasit bagi anak-anak muda. Ketika ia menemukan anak laki-laki tanpa sepatu di musim dingin, Eric memberinya sepatu lari nya - yang ia digunakan dalam Olimpiade. 

Ia sendiri tinggal di asrama pria yang sesak. Bersama teman sekamarnya, dan dengan bantuan cahaya lampu minyak kelapa yang berkedip-kedip, ia bangun jam lima setiap dini hari ia mempelajari Alkitab dan bersekutu dengan Tuhan selama satu jam. Kesan salah seorang rekannya di kamp bernama Norman Cliff menggambarkan Liddell sebagai "the finest Christian gentleman it has been my pleasure to meet. In all the time in the camp, I never heard him say a bad word about anybody".

Eric menunjukkan karakter yang sangat agung ketika ia memerintahkan rekan-rekannya sesama tahanan untuk tidak membenci orang Jepang, tetapi untuk mengampuni mereka dan berdoa bagi mereka.

Kehidupan di kamp semakin parah dan bahan makanan menjadi sangat langka. Sebuah kesempatan datang buat  Eric saat namanya muncul di bagian atas daftar untuk pertukaran POW (prisoner of war)  yang dinegosiasikan atas namanya oleh Winston Churchill. Ia menolak untuk dipertukarkan, sebaliknya ia menyerahkan tempatnya kepada wanita hamil dan memilih untuk tetap terus melayani para tahanan lainnya. Alasan penolakan Eric itu sendiri baru dibuka oleh Pemerintah Cina tahun 2008 yang mengungkapkan betapa heroiknya sang misionaris ini yang mau mengorbankan nyawanya untuk keselamatan orang lain. 


Kesehatan Eric mulai bermasalah, ada tumor otak yang muncul dan tidak disadarinya, diperburuk oleh kelelahan dan gizi, mempercepat kematiannya. Eric meninggal di kamp pada 21 Februari 1945, lima bulan sebelum pembebasan. Saat dia meninggal dia mengatakan," "It's complete surrender", dia menyerahkan hidupnya secara total kepada Tuhan. Dia mengakhiri pertandingan dengan baik dan meraih mahkota kemenangan tidak hanya di mata dunia tapi di hadapan Tuhan.

Eric, sebagai pelari dia telah berlari dalam pertandingan iman hingga finish. "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." (I Tim 6:12).  Dia kini menerima mahkota surgawi karena iman dan kesetiaannya yang sungguh, komitmen kepada Tuhan dalam pelayanan yang luar biasa sampai akhir hidupnya. 
 
Liddell pernah berkata, “Kita semua adalah misionaris. Ke manapun kita pergi, kita entah sedang membawa orang lebih dekat kepada Kristus, atau kita sedang mendorong mereka menjauhi Kristus.”


“We are all missionaries. Wherever we go, we either bring people nearer to Christ, or we repel them from Christ.”
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design