Respon Terhadap Bencana : Belajar Dari Jepang

Respon Terhadap Bencana : Belajar Dari Jepang
Ujian karakter adalah pada saat seseorang atau suatu bangsa menghadapi suatu krisis. Inilah yang ditunjukkan oleh orang Jepang. Menghadapi krisis yang bertubi-tubi menimpa mereka sikap dan respon bangsa Jepang menghadapi bencana sangatlah luar biasa. Media internasional memuji-muji respon mereka yang tetap tenang dan tabah serta berani dalam menghadapi krisis. Respon Jepang terhadap bencana membuat negeri yang kecil ini justru semakin bersinar di mata dunia.

Ada dua  kata yang menggambarkan mentalitas mulia orang Jepang yaitu “gaman” dan “gambaru”. Gaman dalah suatu suatu karakter yang menunjukkan kesabaran, ketenangan, ketekunan  dan ketabahan.  

Hal ini langsung terlihat pasca bencana. Orang-orang menunjukkan ketenangan, tidak adanya penjarahan, tidak ada yang mengambil keuntungan di tengah bencana, orang-orang antri dengan teratur menunjukkan sifat khas mereka ini.

Apa yang diekspos media Jepang juga menunjukkan hal ini. Walaupun gambar-gambar kerusakan karena gempa dan tsunami ditampilkan tapi tidak mengekspos kesedihan dan penderitaan. Tidak nampak jejeran atau tumpukan mayat, tangisan yang berkepanjangan. Tidak ada lagu-lagu kesedihan atau balada di televisi plus dompet bencana dan nomor rekening.  

Seorang ibu diwawancara bagaimana dia bisa tetap tegar, dia mengatakan,”Saya harus  berani, saya tidak boleh menunjukkan ketakutan dan  kesedihan, kalau saya takut dan sedih bagaimana nanti bila kedua anak saya mengetahuinya? Jadi saya harus kuat”. 

Seorang wanita tua yang kesakitan karena tertimpa perabot rumah pada saat diangkat dari reruntuhan perabot, meminta maaf kepada penyelamatnya karena merasa sudah merepotkan dan membuat tidak nyaman dan malah meminta pemyelamat yang lainnya untk menyelamatkan oranbg lain terlebih dahulu.
Surat kabar menceritakan seorang pemilik mesin yang membagi-bagikan minuman dan seorang wanita bua yang membawa makanan hangat kepada orang-orang yng dalam pengungsian.
Penjaga bahan bakar meminta maaf karena kehabisan stok bahan bakar kepada orang-orang yang berkendaraan yang sedang antri sementara dalam antrian tidak ada yang memotong jalur dan tidak ada yang nampak marah-marah atau frustrasi. Antrian orang menanti makanan dan air juga tenang. Tidak ada yang menyerobot atau mengantri air membawa galon yang banyak dan besar. Ukurannya kecil dan cukup untuk mereka.



Sedangkan yang kedua adalah  “gambaru” menunjukkan sikap yang terus bertahan dan pantang menyerah. 

Ada sebuah laporan di area  Minamisanriku, seorang tua yang diselamatkan tiga hari setelah tsunami. Dia menunjukkan senyum yang lebar di wajahnya. Dia mengatakan,”Semua akan baik-baik saja, Kita akan kembali membangun semuanya.”

Ada tulisan seorang mahasiswa Indonesia bernama Rouli yang menyaksikan semangat orang Jepang dalam menyemngati satu sama lain. Tulisnya, “Ada yang nyari istrinya, belum ketemu-ketemu, mukanya galau banget. Tapi tetap tenang dan nggak emosional. Dia disemangati seorang nenek di tempat pengungsian, “’Gambatte sagasoo! kitto mit-sukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah).” Inilah potret gambaru yang menunjukkan optimism dan harapan di tengah kesulitan.

Dari pemimpinnya sendiri menunjukkan semangat yang sama. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengakui gempa yang menimpa Jepang adalah salah satu krisis terburuk setelah perang dunia II. Tetapi dia langsung memberikan dorongan dan semangat "This is the biggest crisis we have faced in our 65-year post-war history. I am confident that we can work together to overcome these difficulties," Nampak spirit gaman dan gambaru dia kobarkan bagi rakyatnya. 

 
Saya juga melihat peran pemimpin yang sangat besar di sini. Belajar dari kesalahan perdana menteri Tomiichi Murayama sebelumnya yang menangani gempa di Kobe tahun 1995, perdana menteri Naoko Kan langsung merespon dengan cepat. Dia langsung memimpin membentuk tim darurat  yang langsung diketuainya sendiri. Perdana menteri ini juga tanpa menunggu lama langsung turun ke lokasi bencana. Perdana menterinya malah membungkukan badan untuk menghormati para tim penyelamat dan petugas pemadam kebakaran. Inilah cermin pemimpin yang responsif dan rendah hati. 

Teladan pemimpin dan kisah rakyatnya yang luar biasa akan terekam sebagai bukti betapa kuatnya bangsa Jepang dalam menghadapi bencana. Banyak kisah-kisah kepedulian dan  perhatian yang dialami oleh orang asing saat berada di Jepang. Juga kisah kerja sama dan spirit untuk saling menolong terus nampak dan media-media menjadi saksi akan sikap dan karakter mereka ini. 

Akhirnya : Simpati dan salut buat warga Jepang yang memberi kita pelajaran berharga. Mungkin kita baru menghadapi krisis dan bencana kecil tapi kita langsung menyerah. Ingat, bagaimana orang Jepang meghadapi kesulitan yang jauhhhh lebih besar tapi spirit mereka tidak luntur.
Never givvvvvvvvvvvvvvv up, be strong and good courage.

 sumber kutipan perdana menteri  Jepang :
 http://online.wsj.com/article/SB10001424052748704893604576198121566267028.html

Anugerah Allah Di Tengah Air Bah dan Bahtera

Anugerah Allah Di Tengah Air Bah dan Bahtera
Salah satu kisah favorit anak saya adalah kisah Nuh dan air bah. Anak saya antusias dengan kisah ini. Dia tertarik dengan gambar ekpresi orang jahat yang dilihatnya di Bible Story, binatang-binatang yang beraneka macam dari yang kecil sampai gede dan gambar air bah menenggelamkan orang-orang dan bagaimana  ikan hiu memangsa orang-orang. Tapi kisah Nuh itu sebenarnya bukan cuma kisah yang diperuntukkan  buat anak-anak .

Kisah Nuh adalah kisah nyata yang amat mengerikan. Dalam suatu lukisan tentang air bah, Gustave Dore menggambarkan orang-orang yang berjuang untuk tidak tengelam berusaha bertahan, ada yang sudah terhanyut air dan berusaha menggapai-gapai dan ada juga yang telah terlepas pegangannya. Yang memilukan adalah bayi-bayi yang diselamatkan malah dimakan singa raksasa dan burung-burung pemakan bangkai terus terbang menanti mangsanya dan siap menukik untuk menikmati pesta daging.  Jadi sesungguhnya gambaran  ini menunjukkan betapa penghukuman di zaman  Nuh itu sebenarnya mengerikan dan betapa jahatnya manusia sehingga Allah harus menumpahkan murkanya yang dahsyat.

Kisah Nuh dengan air bah bukan hanya kisah mitos atau legenda. Ada yang menanggap air bah zaman Nuh hanya bersifat local bukan memenuhi seluruh bumi. Saya percaya air bah itu memenuhi seluruh bumi. Ada bukti secara sains tentang peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi ini yang dilanda banjir global. Salah satunya adalah penemuan rangka hiu di Negara Amerika Latin. Bagaimana bisa menjelaskan bahwa hiu itu bisa berada di puncak gunung? Apakah dia ngesot dan iseng untuk mendaki gunung? Atau apakah hiunya berlomba untuk loncat ke udara sehinga dia nyasar? Atau apakah dia dilempar sama Hancock yang superhero di film Will Smith? Rasanya mustahil. Kemungkinan lebih masuk akal adalah saat air bah surut hiu ini keasyikan bermain-main di permukaan air hingga akhirnya terdampar deh di puncak gunung. Lalu pelajaran apa yang kita bisa pelajari dari Nuh dan air bah?

Air bah mengingatkan tentang anugerah Allah dan murka serta  penghukuman Allah.
Pertama, anugerah Tuhan. Pada zaman Nuh manusia diberi kesempatan selama 120 tahun untuk bertobat. Ini namanya periode anugerah atau ‘grace period’. Perbedaannya adalah Nuh merespon anugerah Tuhan itu sedangkan orang-orang pada zamannya terus menolak anugerah Tuhan. Pada akhirnya Nuh mendapatkan “kasih karunia” (anugeah) di hadapan Tuhan karena Nuh merespon anugerah dengan hidup beriman dan berjalan bersama Tuhan. Anugerah di tengah air bah? Ya, Nuh mendapatkan anugerah karena dia selamat dan berada di dalam bahtera.
Masa anugerah Tuhan itu ada masanya dan kita tidak akan tahu pasti masa anugerah itu bagi masing-masing orang. Anugerah Tuhan itu berlaku bagi mereka yang merespon dengan benar dan tidak menolak anugerah-Nya.

Kedua, Penghukuman itu terjadi karena Allah melihat manusia yang terus menerus menolak anugerah Allah. Murka dan penghukuman Tuhan itu pastiwalaupun seakan-akan lambat tapi pasti terjadi.  
Manusia di zaman Nuh sudah diberi kesempatan yang cukup panjang tetapi ironisnya tidak ada yang mau bertobat dan  tidak ada yang merespons anugerah Tuhan itu. Manusia menjalani hidup yang penuh kekerasan dan hidup yang rusak tanpa mau berubah. Selain sifat hidupnya yang  penuh ‘kekerasan’ mereka juga ‘keras hati’ dan ’keras’ kepala. Akhirnya ‘grace period “ itu berakhir dan akibat manusia harus menghadapi murka dan penghukuman Tuhan yang ‘keras’ dan dahsyat.

Tuhan sesungguhnya tidak menghendaki manusia dihukum. Tuhan bukan Oknum yang senang membinasakan manusia dan bersukacita melihat kehancuran manusia. Alkitab hanya menjelaskan sekilas dan tidak memberi detail penghukuman itu. Bahkan Nuh sendiri tidak melihat penghukuman itu karena bahteranya tertutup dan hanya ada celah kecil di atas untuk tempat masuknya cahaya. Allah sudah menunjukkan kesabaran dan anugerah-Nya kepada manusia. Bukan hanya itu peringatan yang keras juga sudah disampaikan. Tapi akibat kekerasan sifat manusia ang tidak mau berubah, bertobat dan merespon anugerah Tuhan maka Allah akhirnya menunjukkan murka dan penghukumannya.

Sudahkah kita merespon anugerah Allah itu? Sudahkah kita mengalami anugerah Tuhan? Jangan mengulangi lagi tragedi manusia pada jaman Nuh yang hidupnya penuh kekerasan. Keras hati dan kepala terhadap suara Tuhan dan anugerah Tuhan. Saat kita mengeraskan hati secara terus menerus maka kisa sudah membuang-buang “anugerah Tuhan” dan kita merencanakan kehancuran atas diri kita sendiri. Kalau ada orang lain yang belum merespon anugerah Tuhan maka kita harus mengingatkan mereka seperti yang dilakukan Nuh pada zamanya.

Keselamatan bagi manusia itu seperti gambaran bahtera. Hanya satu cara untuk selamat yaitu masuk di dalam bahtera dan hanya satu pintu masuk untuk beroleh keselamatan. Pintu itu adalah Tuhan Yesus. Dia berkata “Akulah Pintu” Barang siapa masuk melalui Aku maka dia akan beroleh hidup yang kekal.

Debug ajax requests in more easy way

When I have to debug ajax requests, I always feel pain in the ass accessing the exception message and backtrace. It require at least 3 clicks to get them and only in the plain html format, that web framework use to generate. Is it better to see it at once in the browser popup?

Eric Liddell :

Eric Liddell :
Sesaat sebelum final 400 meter Olimpiade 1924 di Paris, Eric Liddell menerima selembar kertas yang bertuliskan,” " He who honors me, I will honor."( Siapa yang menghormati Aku (Tuhan) akan Kuhormati)). Tulisan itu diterimanya karena dia memilih untuk lebih menghormati Tuhan daripada bertanding di nomor spesialisasinya. Baginya hari Minggu adalah milik Tuhan dan hari yang harus dikuduskan bagi Dia . Nampaknya sepele tapi dia berkomitmen untuk menunjukkan ketaatan kepada Tuhan. 
Tuhan memberikan ganjaran yang luar biasa bagi Eric. Tuhan memberikannya kemenangan mutlak atas lawan—lawannya sehingga dia meraih medali emas. Pada hari wisudanya, Eric dimahkotai dengan karangan bunga zaitun sebagai lambang kejayaannya di arena Olimpiade dan diarak sepanjang jalan Edinburgh. Setahun kemudian, ketika Eric memutuskan untuk melayani di China sebagai misionaris, kembali ia diarak ke stasiun kereta api. Di Jepang dan China, walaupun jauh dari publikasi kesuksesannya, Eric acapkali diminta untuk tampil di arena olahraga. Kepopuleran Eric yang mencapai belahan dunia bagian timur terlihat dari sanjungan penonton setiap kali Eric tampil.


Menariknya adalah setelah dia tiada, apresiasi dan penghormatan tidak kunjung henti mengalir terhadap dirinya . Kehidupan Eric Liddell telah menjadi inspirasi bagi jutaan orang tidak hanya di dunia Barat yang mengangkat kisahnya menjadi sebuah film “Chariots of Fire”. Bahkan dia menerima penghormatan yang luar biasa dari pemerintah Cina. Hanya sedikit orang Barat yang sangat dihormati oleh orang Cina, termasuk pemerintah Cina modern, seperti Eric Liddell. Dia dihargai sebagai pahlawan baik dalam olahraga (dia adalah orang pertama yang lahir di Cina untuk memenangkan medali Olimpiade) dan dalam kehidupan, dia dihormati karena cinta dan  pengorbanannya bagi orang-orang Cina. 

Bentuk penghormatannya adalah :
  • Dia dihormati sebagai pahlawan perang. Di Tianjin, rumah Eric dilindungi sebagai bangunan yang bersejarah.
  • Pada situs dari pengasingan Weihsien Camp, sebuah monumen batu didirikan untuk menghormatinya.
  • Banyak jaringan TV di Cina telah menghasilkan film dokumenter dalam hidupnya.
  • Sebuah saluran film 24 jam di China membeli hak siar untuk Chariots of Fire pada tahun 1990 dan telah menayangkan filmnya berulang kali. Para penonton telah diperkirakan mencapai 850 juta. Pihak stasiun TV menerima respons yang sangat antusias - - orang Cina dari setiap sudut negara ini telah mengirim ratusan ribu surat dan e-mail kepada manajer chanel TV, meminta filmnya diputar kembali.
  • Sebuah buku berjudul "Running the  Race" oleh John Keddie, biografi yang menggambarkan prestasi olahraga Liddell dalam konteks rohani di mana ia hidup, baru-baru ini diterbitkan dalam bahasa Mandarin dan didistribusikan di Cina. Ini adalah kehormatan yang sangat langka dan direkomendasikan pemerintah Komunis-suatu bukti lebih lanjut dari apa  yang diberikan Eric Liddell untuk negera Cina yang tetap bertahan dan diakui hingga kini.
  • Film baru tentang Eric berjudul The Flying Man akan diproduksi. Film itu produksi bersama Cina Amerika dan disutradari oleh orang Cina. Para produsen dari The Flying Man berharap bahwa film ini akan diterima dengan baik di Cina dan di luar Cina. 
  
Kisah Hidupnya :
Eric Liddell lahir pada tahun 1902 di kota Tianjin, Cina (sekitar 50 mil sebelah tenggara Beijing). Orang tuanya adalah misionaris Presbyterian. Tidak lama setelah kelahirannya, keluarganya pindah ke Siaochang, sekitar 100 mil barat laut Beijing. Eric kembali ke Inggris dan pada usia enam ia  masuk sekolah.  Bakatnya dalam olah raga sangat menonjol dan dia mulai terkenal sebagai atlit rugby dan pelari atletik. Tapi karena sempitnya waktu Eric memilih berkonsentrasi di atletik.


Staminanya yang tinggi, kegigihan dan sportivitas membuat Eric Lidell semakin terkenal ditambah dengan prestasinya yang terus bersinar. Puncaknya adalah kemenangannya di Olimpiade Paris dengan sebuah medali emas dan medali perak.  Eric ibaratnya Usain Bolt pada masa itu  dan dia dijuluki “Flying Scotsman”. Tapi Eric tetaplah Eric yang penuh kepolosan dan kerendahan hati.  Dengan ketenarannya, segala macam pintu keberhasilan duniawi sangat terbuka baginya, tetapi ia menyatakan bahwa ia akan kembali ke China, mengikuti jejak ayahnya dan kakaknya yang tertua, Rob untuk menjadi misionaris. 

Saat kembali ke China Eric menyaksikan dampak penderitaan akibat perang, kelaparan dan tragedi lainnya. Dia bekerja di College Anglo-Cina di Tianjin sebagai guru ilmu pengetahuan dan menjadi favorit mahasiswa China. Saat mengajar dia menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan kabar baik tentang Kristus kepada murid-muridnya. Setelah kembali ke Tianjin dari cuti pertama pada tahun 1932, ia menikah dengan Florence Mackenzie, putri misionaris Kanada.
Pasangan itu memiliki tiga anak perempuan, Patricia, Heather dan Maureen.

Pada tahun 1937, pasukan Jepang melakukan invasi ke Cina Utara. Selama pendudukan Jepang, ia menyaksikan kebrutalan tentara Jepang. Dia membantu para korban dengan segala daya upayanya, termasuk mengajar mereka lagu-lagu rohani (himne). Dalam satu peristiwa dramatis, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seorang tentara Cina terluka.

Pada tahun 1941, kehidupan di China telah menjadi begitu berbahaya sehingga pemerintah Inggris menyarankan warga negara Inggris untuk pergi dari negara itu. Eric menghadapi keputusan yang sulit dan menghadapi pilihan untuk tinggal di China untuk melanjutkan pekerjaannya meskipun penuh resiko. Ia menyuruh istrinya yang sedang hamil dan dua putrinya berangkat ke Kanada, namun ia tidak menyadari bahwa pada akhirnya  ia tidak akan pernah melihat mereka lagi. 

Di Siao Chang dia bergabung dengan saudaranya Rob yang menjadi dokter dan Eric melayani orang-orang miskin. 

Setelah AS terlibat perang di Asia, tentara Jepang semakin terdesak lebih jauh ke Cina. Ketika pertempuran mencapai Siaochang tahun 1943, Jepang mengirim tahanan Barat ke Weihsien Interniran Camp, kamp interniran terbesar di Asia selama Perang Dunia II, terletak hampir di tengah antara Beijing dan Shanghai.

Saat berada  di kamp, ​​Eric terus melakukan  pelayanan untuk semua orang yang membutuhkan di sekelilingnya. Ia membantu orang sakit dan lanjut usia dan berbagi makanan dengan mereka yang lebih membutuhkan. Dia mengatur pertandingan sepak bola dan menjadi wasit bagi anak-anak muda. Ketika ia menemukan anak laki-laki tanpa sepatu di musim dingin, Eric memberinya sepatu lari nya - yang ia digunakan dalam Olimpiade. 

Ia sendiri tinggal di asrama pria yang sesak. Bersama teman sekamarnya, dan dengan bantuan cahaya lampu minyak kelapa yang berkedip-kedip, ia bangun jam lima setiap dini hari ia mempelajari Alkitab dan bersekutu dengan Tuhan selama satu jam. Kesan salah seorang rekannya di kamp bernama Norman Cliff menggambarkan Liddell sebagai "the finest Christian gentleman it has been my pleasure to meet. In all the time in the camp, I never heard him say a bad word about anybody".

Eric menunjukkan karakter yang sangat agung ketika ia memerintahkan rekan-rekannya sesama tahanan untuk tidak membenci orang Jepang, tetapi untuk mengampuni mereka dan berdoa bagi mereka.

Kehidupan di kamp semakin parah dan bahan makanan menjadi sangat langka. Sebuah kesempatan datang buat  Eric saat namanya muncul di bagian atas daftar untuk pertukaran POW (prisoner of war)  yang dinegosiasikan atas namanya oleh Winston Churchill. Ia menolak untuk dipertukarkan, sebaliknya ia menyerahkan tempatnya kepada wanita hamil dan memilih untuk tetap terus melayani para tahanan lainnya. Alasan penolakan Eric itu sendiri baru dibuka oleh Pemerintah Cina tahun 2008 yang mengungkapkan betapa heroiknya sang misionaris ini yang mau mengorbankan nyawanya untuk keselamatan orang lain. 


Kesehatan Eric mulai bermasalah, ada tumor otak yang muncul dan tidak disadarinya, diperburuk oleh kelelahan dan gizi, mempercepat kematiannya. Eric meninggal di kamp pada 21 Februari 1945, lima bulan sebelum pembebasan. Saat dia meninggal dia mengatakan," "It's complete surrender", dia menyerahkan hidupnya secara total kepada Tuhan. Dia mengakhiri pertandingan dengan baik dan meraih mahkota kemenangan tidak hanya di mata dunia tapi di hadapan Tuhan.

Eric, sebagai pelari dia telah berlari dalam pertandingan iman hingga finish. "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." (I Tim 6:12).  Dia kini menerima mahkota surgawi karena iman dan kesetiaannya yang sungguh, komitmen kepada Tuhan dalam pelayanan yang luar biasa sampai akhir hidupnya. 
 
Liddell pernah berkata, “Kita semua adalah misionaris. Ke manapun kita pergi, kita entah sedang membawa orang lebih dekat kepada Kristus, atau kita sedang mendorong mereka menjauhi Kristus.”


“We are all missionaries. Wherever we go, we either bring people nearer to Christ, or we repel them from Christ.”

14 Orang Terkaya di Indonesia

Tahun ini, dua bersaudara pewaris perusahaan Djarum masih menjadi orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan 2011 Billionaires List yang dikeluarkan Forbes, Rabu (9/3/2011) waktu setempat, posisi ke-1 dan ke-2 orang terkaya di Indonesia ditempati Budi Hartono dan Michael Hartono. Mereka sama-sama memiliki harta senilai 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 45 triliun (kurs Rp 9.000 per dollar AS). Keduanya berada di posisi ke-208 dari 1.210 orang terkaya sejagat.

Dibanding dari kepulan asap rokok Djarum, pundi-pundi kekayaan mereka sebagian besar berasal dari Bank Central Asia. Selain itu, mereka juga menguasai perkebunan sawit seluas 65.000 hektar di Kalimantan Barat sejak tahun 2008. Keduanya juga memiliki properti Grand Indonesia. Djarum yang sudah dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama sejumlah rokok kretek lainnya meluncurkan Dos Hermanos, sebuah cerutu premium hasil racikan tembakau Indonesia dan Brasil.

Di posisi ketiga orang terkaya di Indonesia atau urutan ke-304 dunia ada Low Tuck Kwong dengan kekayaaan senilai 3,6 miliar dollar AS. Mesin uang pria berusia 62 tahun ini berasal dari Bayan Resources. Saham perusahaan tambang ini sudah meningkat tiga kali lipat dibanding saat IPO tahun 2008. Belum lama ini Bayan mengeluarkan 270 juta dollar AS untuk mengakuisisi tambang Australia. Pria kelahiran Singapura ini pindah ke Indonesia tahun 1972. Ia juga memiliki saham di Manhattan Resources dan Singapore HealthPartners.

Tempat keempat (ke-420 dunia) diduduki Martua Sitorus dengan kekayaan 2,7 miliar dollar AS. Pria yang bertempat tinggal di Singapura ini memiliki Wilmar International, perusahaan penghasil minyak sawit nomor satu dunia.

Berikut urutan lengkap WNI yang masuk ke dalam daftar orang terkaya 2011 versi Forbes:

5. (488) Peter Sondakh (Grup Rajawali), kekayaan 2,4 miliar dollar AS.
6. (564) Sri Prakash Lohia (Indorama), kekayaan 2,1 miliar dollar AS.
7. (595) Kiki Barki (Harum Energy), kekayaan 2 miliar dollar AS.
8. (651) Sukanto Tanoto (Raja Garuda Emas), kekayaan 1,9 dollar AS.
9. (782) Edwin Soeryadjaya (Saratoga), kekayaan 1,6 miliar dollar AS.
10. (833) Garibaldi Thohir (Adaro Energy), kekayaan 1,5 miliar dollar AS.
11. (938) Theodore Rachmat (Adaro Energy), kekayaan 1,3 miliar dollar AS.
12. (1057) Chairul Tanjung (Para Group), kekayaan 1,1 miliar dollar AS.
13. (1057) Murdaya Poo (Metropolitan Kentjana), kekayaan 1,1 miliar dollar AS.
14. (1140) Benny Subianto (Adaro Energy), kekayaan 1 miliar dollar AS.

Sumber: Kompas

Eric Liddell : The Chariots of Fire

Eric Liddell : The Chariots of Fire
Chariots of Fire adalah kisah nyata tentang iman, keberanian dan pengorbanan diri dari seorang pelari Skotlandia yang saleh, Eric Liddell yang berlomba untuk kemuliaan Tuhan. Skenarionya ditulis oleh  Colin Welland disutradarai oleh Hugh Hudson. Tahun 1981 filmnya mendapat 7 nominasi Academy Awards dan akhirnya meraih empat Oscar termasuk film terbaik. Berbujet rendah dan tidak diunggulkan, film ini (seperti kisah nyata Eric Liddell) mengalahkan The Reds yang dibintangi aktor terkenal Warren Beatty. Chariots of Fire adalah film tentang olah raga kedua yang meraih Oscar setelah Rocky.  Setting dari film ini adalah pada peristiwa sebelum Olimpiade dan puncaknya Olimpiade tahun 1924 di Paris. 

Kisah filmnya berfokus pada Eric Liddell dari Skotlandia dan rekannya Harold Abrahams dari Inggris,  dua pelari top di Inggris pada awal 1920-an..  Eric dan Harold adalah dua pelari yang  berlawanan kutub. Abramson sangat kaya, sombong, kasar, dan terfokus pada ketenaran pribadi dan kemuliaan diri.  Eric berasal dari kelas menengah, outgoing, ramah, suka berteman, dan terfokus pada sukacita berjalan dan melayani Tuhan. 

Dalam pertandingan terakhir mereka untuk lari 100 meter, Eric meninggalkan Abramson dalam kekalahan dan debu - kekalahan menyakitkan yang mendorong Abramson untuk menyewa pelatih khusus dan berupaya untuk memperbaiki prestasinya. Eric sendiri  tidak menyewa pelatih khusus karena pelatihnya adalah Allah sendiri.


Eric adalah atlit yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Eric, sebagai seorang atlit sejati tidak pernah menyalahkan lawannya atau keadaan saat menghadapi tantangan dan rintangan dalam pertandingan. Dalam sebuah adegan ada perlombaan persahabatan lari 400 meter antara atlit Prancis dan Skotlandia. Liddell memulai startnya dengan baik bersama para sprinter lainnya dan persaingannnya sangat ketat. Mereka saling menempel satu dengan yang lain.  Tapi tiba-tiba dengan sengaja dia didorong oleh salah satu pelari dari Prancis. Eric langsung terjungkal dan jatuh ke luar lintasan. Tanpa menunggu lama dan komplain, dia langsung bangkit. Dengan mengerahkan segenap energinya yang ada dia pun mengejar para pelari yang sudah berada jauh di depannya. Dan dia berhasil. Dia berhasil mendahului para pelari terdepan dengan perbedaan jarak yang sangat jauh yaitu 20 meter dan dia menjadi juara tetapi langsung ambruk begitu menembus pita garis finis. Aslinya peristiwa itu terjadi pada bulan Juli 1923 dalam pertandingan antara Skotlandia, Inggris dan Irlandia. Kemenangannya sangat luar biasa karena pada hari yang sama dia memenangkan lomba untuk lari 100 yard dan 220 yard!


Puncak karirnya adalah Olimpiade 1924 di Paris. Eric berada dalam tim yang sama dengan Abramson – membela bendera Inggris. Saat sedang berada dalam kapal menuju Paris, Eric mendapat kabar bahwa lomba  lari 100 meter akan diadakan pada hari Minggu. Dia langsung  memutuskan untuk membatalkan keikutsertaannya pada lomba yang merupakan spesialisasinya karena berkeyakinan bahwa hari Minggu adalah Hari Sabat. Keyakinan iman Presbyteriannya sangat kuat sehingga dia tidak ragu sedikitpun atau menyesal dengan keputusannya. Menjelang hari H lomba 100 meter, bujukan pun datang dari pihak keluarga Kerajaan dan Komite Olimpiade Inggris yang membujuknya dengan  mengatakan bahwa dia seharusnya mengutamakan untuk membela Raja baru kemudian Tuhan. Berikut petikan dialog Eric Lidell dengan Prince of Wales :

HRH Edward, Prince of Wales: There are times when we are asked to make sacrifices in the name of that loyalty. And without them our allegiance is worthless. As I see it, for you, this is such a time.
 

Eric Liddell: Sir, God knows I love my country. But I can't make that sacrifice.

Dia bersikukuh dan mengatakan bahwa Sabat adalah milik Tuhan. Akibat keputusannya itu dia dikecam media Inggris, dicemooh di jalanan karena dianggap tidak patriotis dan nasionalis. Dia dikritik sebagi pengkhianat karena mengutamakan Tuhan daripada negara. Perlombaan 100 meter itupun  akhirnya dimenangkan Abramson. 


Pada hari Minggu, hari perlombaan itu, Eric memilih untuk berkhotbah di sebuah gereja di Paris. Teksnya diambil dari  Isaiah 40:31: "But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and be not weary; and they shall walk, and not faint." "Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." 

Beberapa saat kemudian diumumkan bahwa Eric akan mengikuti perlombaan 200 dan 400 meter, perlombaan yang bukan spesialisasinya. Ya, Eric memutuskan bertanding di dua nomor yang bukan spesialisasinya. Para penonton tidak memfavoritkan dia untuk menang dalam dua nomor ini. Pada perlombaan lari 200 meter kembali mempertemukannya dengan rekan satu timnya, Abramson. Abramson bermodalkan kepercayaan diri dengan kemenangan 100 meter di final sebelumnya maju dan ia yakin akan menang. Kedua pelari menghadapi empat sprinter Amerika. Eric dan Harold mengawali startnya dengan buruk dan pada akhirnya Jackson Scholz peraih medali perak 100 meter yang menjadi juara. Eric finish di urutan ketiga, meraih perunggu. Harold? Finish di urutan paling belakang (nomor 6). Kekalahan terburuk bagi Harold dan sebenarnya barulah permulaan kemenangan bagi Eric. 

Tiba pada perlombaan lari 400 meter. Dalam atletik lomba yang bergengsi adalah 100 meter tapi di Olimpiade di Paris kali ini puncaknya adalah lomba 400 meter. Eric datang sebagai pelari yang tidak diunggulkan. Tim yang diunggulkan adalah Amerika Serikat. Sayup-sayup terdengar gemuruh suara penonton,"USA, USA, USA". Sebelum lomba seperti biasa dia menunjukkan sportivitasnya dengan menyalami para lawan-lawannya. Saat bersiap-siap di belakang balok start, seorang ofisial Amerika memberikannya selembar kertas berisi tulisan  : “Those who honor me I will honorGood Luck” (kutipan dari  1 Samuel 2:30: Siapa yang menghormati Aku akan kuhormati”).


Those who honor me I will honor,” dengan menggenggam kertas ini dan berpegang pada keyakinannya, dia siap berlari. Eric sendiri berada di posisi luar lintasan, jalur yang sebenarnya tidak menguntungkan bagi seorang pelari. Berada di jalur dalam pelari bisa melihat lawannya tetapi kalau di jalur luar dia tidak bisa melihat lawan dan jarak dengan lawannya.  Dia mengatakan,”Rahasia kesuksesan saya untuk lari 400 meter adalah pada 200 meter pertama saya akan lari secepat yang saya bisa dan di 200 meter kedua, dengan pertolongan Tuhan, saya akan lari semakin cepat".

 Itulah yang dilakukannya. Pada 200 meter pertama waktu yang dibukukan Lidell adalah 22,2 detik, waktu yang sangat luar biasa dan menempatkan dia tiga meter di depan temannya sesama pelari Inggris, Guy Butler. Lidell akhirnya menembus garis finis dan membukukan waktu 47.6 detik, suatu rekor Eropa dan Olimpiade pada saat itu. Kemenangannya sangatlah tidak diduga dan tidak diharapkan.



Cara Eric berlari sendiri sangat tidak lazim, dia selalu mengangkat kepala dan memejamkan mata pada saat dia mendekati garis finish. Dia fokus ke depan dan memandang dengan sukacita ke surga. Dia tidak kuatir untuk menoleh ke belakang dan merasa terancam dengan pelari di belakangnya. Dalam final 400 meter, sambil berlari menjelang garis finis dia mendongakkan kepalanya ke belakang seperti biasa dan dengan mulut terbuka dan memejamkan mata : "I believe God made me for a purpose, but he also made me fast. And when I run I feel His pleasure." 

Eric datang dan berlari di stadion bukan demi dirinya tetapi dia berlari untuk Tuhan. Banyak pelari yang berlari demi sepatu yang menjadi sponsornya atau demi ketenaran. Banyak pelari lain berhenti untuk berpose untuk foto atau untuk membungkus diri dalam kemuliaan, namun tidak bagi Eric. Kemenangan-Nya adalah kemenangan untuk Tuhan dan bukan untuk dirinya sendiri. Eric sebenarnya dia bisa menikmati ketenaran dan kekayaan dengan mengejar kemenangan dan sponsor. Tapi dia tetap setia pada panggilan dan tujuannya. Dia justru menggunakan ketenarannya untuk berbicara tentang Kristus. 

Selepas Olimpiade, dia masih mengikuti beberapa lomba dan mengukuhkannya sebagai The Flying Scotsman. Setahun kemudian dia pergi melayani di Cina sampai akhir hidupnya. 

Abramson sendiri memuji dan mengakui kolega sekaligus saingannya. "Eric selalu menunjukkan keberanian yang luar biasa,”Kata Abramson yang akhirnya menjadi komentator dan penulis atletik yang sangat dihormati. “Eric akan diingat sebagai seorang atlit terbaik yang melakukannya dengan sepatu lari.” 

Tahun 1991, lebih dari 40 tahun setelah dia meninggal dan satu dekade setelah kisahnya difilmkan, sebuah monumen batu berukirkan tulisan yang mengenai kehidupannya dipertunjukkan di propinsi Tientsien. Ayatnya dari Yesaya 40:31: "They shall mount up with wings as eagles; they shall run and not be weary."”Mereka seumpama rajawali yang naik terbang i dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak akan menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”.

Memorable Quotes from The Chariots of Fire : 

Eric Liddell : You came to see a race today. To see someone win. It happened to be me. But I want you to do more than just watch a race. I want you to take part in it. I want to compare faith to running in a race. It's hard. It requires concentration of will, energy of soul. You experience elation when the winner breaks the tape - especially if you've got a bet on it. But how long does that last? You go home. Maybe you're dinner's burnt. Maybe you haven't got a job. So who am I to say, "Believe, have faith," in the face of life's realities? I would like to give you something more permanent, but I can only point the way. I have no formula for winning the race. Everyone runs in her own way, or his own way. And where does the power come from, to see the race to its end? From within. Jesus said, "Behold, the Kingdom of God is within you. If with all your hearts, you truly seek me, you shall ever surely find me." If you commit yourself to the love of Christ, then that is how you run a straight race. 

Eric Liddell : I believe God made me for a purpose, but he also made me fast. And when I run I feel His pleasure. 

Eric Liddell : God made countries, God makes kings, and the rules by which they govern. And those rules say that the Sabbath is His. And I for one intend to keep it that way. 

Reverend. J.D. Liddell: You can praise God by peeling a spud if you peel it to perfection. Don't compromise. Compromise is a language of the devil. Run in God's name and let the world stand back and in wonder. 

Fakta menarik tentang film ini : 

  • Ian Charleson sebagai pemeran Eric Liddell menulis sendiri pidato atau tepatnya khotbah dalam sebuah adegan di mana Liddell berpidato saat pertandingan antara Skotlandia dan Irlandia
  • Pemeran Harold Abramson yakni Ben Cross mengakui bahwa dia tersentuh dan menangis karena script film ini.
Sumber : (timesonline & wikipedia) 




Nuh : Hidup Yang Digerakkan Oleh Iman

Nuh : Hidup Yang Digerakkan Oleh Iman


Salah satu tokoh Perjanjian Lama yang  masuk dalam daftar pahlawan iman yang dicatat dalam Ibrani 11 adalah Nuh. Apa yang menjadi kelebihan atau kehebatan Nuh. Kalau mau meninjam istilah dunia, apa prestasi Nuh? Apa keberhasilan atau kesuksesan yang dia capai? Prestasinya bukan terletak pada kemampuannya membangun bahtera yang ukurannya gede secara tradisional.  Bukan pada kemampuan untuk mengumpulkan hewan dan ‘memanage’ mereka di dalam bahtera dan membuat bahteranya menjadi kebun binatang terbesar dan terkomplit di dunia (karena semua hewan darat dan udara masuk kecuali yang di dalam air). Apa rahasia dari Nuh? Rahasianya terletak pada imannya pada Tuhan.
Ibrani 11: 7 
“Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.”

 Dalam versi King James ; “By faith Noah, being warned of God of things not seen as yet, moved with fear, prepared an ark to the saving of his house; by the which he condemned the world, and became heir of the righteousness which is by faith.”

Kalau dicermati, ada tiga kali kata iman muncul dalam ayat di atas : Di awal : 'karena iman', tengah : 'digerakkan oleh iman' dan akhir : 'sesuai dengan imannya'!. Nuh adalah orang yang hidup dengan iman dan digerakkan oleh iman. Saat Tuhan memberi instruksi bahwa Nuh harus membuat bahtera, Tuhan mengatakan dengan jelas hukuman apa yang menimpa dunia yaitu air bah yang akan meliputi seluruh bumi.  Bagaimana reaksi Nuh saat mendengar penghukuman itu? Apakah panik atau ketakutan? Tidak.  Nuh tidak panik dan berfokus pada bencana itu dan dampaknya : “Wah nanti gimana Tuhan kalau bahteranya bocor, keberatan lalu tenggelam? Gimana kalau air bah itu datang, nanti kebun dan ladang saya hancur, rumah dan semua properti saya hancur???”. Nuh mempersiapkan bahteranya bukan karena dimotivasi atau didorong oleh ketakutan karena datangnya bencana. Dia digerakkan oleh kepercayaan berdasarkan ketakutan terhadap Allah yang Maha Kudus…..Ini adalah takut yang punya pengertian hormat terhadap Allah dan kepercayaan karena Allah yang Maha Kudus pasti akan bertindak dan memenuhi janji-Nya/.Hidup Nuh adalah digerakkan oleh iman!

Dari awalnya Nuh menjalani kehidupannya setiap hari dengan iman.  Dengan kata lain, hidup beriman dan berjalan  dengan Allah adalah suatu gaya hidupnya. Kejadian mencatat bahwa dia hidup bergaul dengan Allah. Bergaul dengan Allah sama artinya dengan berjalan bersam Tuhan.  Itu bukan hanya suatu kebiasaan tapi suatu lifestyle atau gaya hidup. Mengapa? Karena kebiasaan itu kalau dilakukan terus menerus akan menjadi karakter dan gaya hidup bukan? Inilah yang terjadi dengan Nuh. Dia memposisikan dirinya sebagai orang yang bergantung dan  bersandar pada Tuhan. Dampaknya adalah Nuh menjadi orang benar dan bercela.

Hidup Nuh yang dalam pandangan Tuhan benar dan tak bercela itu jelas tidak bisa dipisahkan dari iman. Karena imannya kepada Allah maka Nuh menunjukkan hidup yang berkenan kepada Allah.  Iman Nuh juga  muncul bukan karena ada warning atau punishment  dari Tuhan tetapi dalam hidupnya sehari-hari Nuh hidup dengan iman kepada TUhan.  Pertanyaannya, apakah kita memiliki iman dalam kehidupan sehari-hari? Apakah kita bergaul dengan Tuhan setiap hari dan mencari Dia setiap saat? Apakah bergaul dengan Allah itu adalah lifestyle kita?

Nuh beriman di tengah ancaman atau penghukuman yang akan datang. Saat Tuhan memberitahu Nuh dengan eksplisit jenis hukuman yang akan menimpa dunia, Nuh tetap kosisten imannya. Dia tidak memohon pada Tuhan : “Ah Tuhan mending angkat gua dari dunia ini kayak Henokh yang diangkat Tuhan hidup-hidup…Nggap apa-apa Engkau kirim air bah tapi tolong angkat saya segera hidup-hidup ke surga!” Nuh tidak meminta diangkat ke surga untuk menghindari bencana air bah. Kalau dari segi iman, Nuh sebenarnya memenuhi syarat untuk meminta dirinya diangkat Tuhan karena Henokh bergaul dengan Allah dan Nuh juga sama persis hidupnya dengan Henokh. Tapi Nuh tetap percaya dan berpegang teguh pada Tuhan di tengah ancaman hukuman yang akan menimpa seluruh dunia. Itulah iman. Ketika Tuhan mengijinkan suatu kondisi yang sulit dan nampak membahayakan terjadi, Nuh bukannya berfokus pada penghukuman tetapi berfokus pada janji Allah. Nuh percaya janji Allah dan tidak meragukan penyertaan Allah saat nanti air bah  menerjang dan memporakporandakan serta menenggelamkan bumi.

Nuh tetap percaya walaupun dia cuma seorang diri dan tetap setia menyampaikan Firman Tuhan. Hanya dia dan keluarganya yang percaya di tengah generasi yang keras kepala dan mencemooh Firman Tuhan. Nuh tetap percaya kendati teman-temannya dan tetangganya tidak percaya. Lingkungan di mana dia tinggal sangat tidak kondusif a secara rohani tetapi imannya tidak tergerus atau tererosi zaman. Imannya tidak tergantung pada situasi dan lingkungan.  Berada di situasi dan tempat di mana orang-orang tidak percaya tapi pasif masih mendingan. Apa yang dihadapi Nuh siauasinya lebih parah. Orang-orang yang hidup dan pergaulannya sangat parah dan lebih-lebih lagi mencemooh Nuh dan pemberitaannya selama 120 tahun! Dibutuhkan kepercayaan yang kuat saat menghadapi pergaulan dan cemoohan yang terus datang menyerang iman kita dan dibutuhkan iman yang kuat untuk tetap tabah memberitakan Fiman di tengah orang-orang yang tanpa henti mencemooh selama 120 tahun. Nuh tidak surut iman dan kapok memberitakan Firman walaupun terus menghadapi penolakan yang tanpa henti. Sanggupkah kita terus percaya dan bertahan melayani di tengah gempuran seranagn yang meyerang iman kita?

Nuh tetap percaya walaupun situasinya sangat mustahil.  Nuh membangun bahtera tanpa memperhitungkan geografis. Dia membangun bahtera di tempat yang kering dan gersang jauh dari laut. Berada pada situasi ini dan sementara membangun Nuh masih menghadapi ejekan orang-orang yang menganggapnya sebagai orang yang gila. Bagaiaman mungkin membangun bahtera tanpa air? Apalagi tidak ada alat berat yang bisa mengangkatnya ke laut. Dan Nuh tidak beriman agar Allah mengirim malaikat untuk mengangkat bahteranya dan menempatkannya di tempat berair. Nuh tetap beriman di tengah-tengah situasi yang dia hadapi. Apakah kita tetap punya cukup iman saat kita dihadapkan pada situasi yang sulit bahkan nampaknya mustahil. Nuh menghadapi situasi ini dengan iman, kiranya kita belajar bersandar dan percaya pada Allah kita yang Maha Kuasa yang sanggup mengubah situasi dan keadaan dari yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Karakter Nuh yang lainnya adalah Nuh memiliki ketekunan dan ketaatan kepada Tuhan.  Sebenarnya karakter itu muncul karena imannya pada Tuhan.  Iman itu menghasilkan ketaatan. Iman itu menghasilkan ketekunan. Jadi buah iman itulah ketaatan dan ketekunannya kepada Tuhan. Sudahkah iman kita aktif dan berbuah di hadapan Tuhan.  Iman Nuh bukan iman yang pasif  tetapi iman yang aktif dan itu nyata dari apa yang dilakukannya. Apakah iman kita hanya sekedar disimpan di hati dan tidak ada ketaatan kepada Tuhan. Itu bukan iman. Iman itu disertai tindakan. 

Nuh bagaimanapun dia tetap manusia biasa yang sama dengan kita. Ada satu peristiwa  setelah air bah yang sempat mencoreng sedikit hidupnya yaitu dia pernah  kebanyakan minum anggur dan tidak bisa mengontrol dirinya.  Ini untuk menunjukkan bahwa bukan usaha dan perbuatan Nuh yang membuat dia berkenan kepada Allah. Kisah Nuh sendiri dibuka dengan kalimat : Tetapi Nuh mendapat kasih karunia Allah. Iman Nuh kepada Allah dan diperhitungkan Allah  sebagai kebenaran bukan karena hidup Nuh itu sendiri tapi semata-mata kasih karunia Allah. Hidup di dalam kasih karunia Allah seharusnya menjadi pendorong bagi kita untuk hidup dengan iman karena besarnya kasih karunia Allah bagi kita. Hidup itu akan berkenan kepada Allah saat hidup digerakkan oleh iman dan kasih karunia. Sudahkah hidup kita digerakkan oleh iman dan kasih karunia?

Soli Deo Gloria

The Grace Card

The Grace Card
Film yang sedang box office di Amerika ini bukanlah produksi studio Hollywood atau studio film yang sudah punya nama. Grace Card terinspirasi Facing the Giant dan Fire Proof, adalah film produksi gereja, Gracecard Pictures. Tidak peduli pendapat anda tentang film-film Kristen atau film produksi gereja,  satu hal yang pasti: Mereka menginspirasi gereja-gereja lain dan orang Kristen untuk membuat film mereka sendiri dan menceritakan kisah mereka sendiri. Sama halnya dengan Grace Card.

Grace Card Idenya Berasal Dari Seorang Aktifis Gereja

David Evans, seorang dokter mata yang juga aktifis gereja dari Gereja Calvary di Cordova, Tennessee (pinggiran Memphis), melihat Fireproof (dibuat oleh Sherwood Baptist Church) dan berpikir, "Kita bisa melakukan itu juga." Menjabat sebagai sutradara dan produser eksekutif, Evans memimpin tim kreatif seni  gereja,  pemain dan kru yang relatif pemula.  dengan merekrut seorang penulis skenario yang berpengalaman, Howard Klausner (Space Cowboys). Sebelum memproduksi "The Grace Card", David Evans hanya memiliki sedikit pengalaman sebagai pengarah dalam acara 'Passion' sebuah acara  tahunan gerejanya. Namun sebagai seorang pembuat film yang baru terlibat untuk pertama kalinya, David menunjukkan talenta yang luar biasa.

Grace Card Didukung Oleh Sukarelawan
Sebagai film produksi gereja, keterlibatan keluarga dan sahabat-sahabatnya sangatlah besar. Teman-teman gereja David terlibat dalam film ini sebagai pemain, figuran, kru film dan juga penyedia katering.  Misalnya saja sebagai pemain,  pemeran istri Mac tokoh polisi kulit putih dalam film yaitu Joy Moore  ternyata adalah anggota gereja Calvary. Teman-teman gereja David secara sukarela bekerja lebih dari 10.000 jam, bekerja siang dan malam selama pembuatan film dalam 28 hari. Usaha mereka akhirnya berhasil dan menjadikan film ini sebagai film layar lebar yang profesional dan inspirasional.

Grace Card Didukung Oleh Aktor, Penulis Skenario dan Produser Hollywood
Didukung oleh aktor veteran pemenang Academy Award  Louis Gossett, Jr, penulis skenario berpengalaman Howard Klausner (Space Cowboys filmnya Clint Eastwood) dan Produser John Saunder yang juga melahirkan film-film terkenal Master and Commander and Terminator 3. Ditambah akting yang kuat dari komedian Kristen Michael Joiner dan aktor pendatang baru Michael Higgenbottom smembuat film ini mampu menunjukkan kekuatannya.

Evans awalnya mengirim naskah untuk aktor veteran pemenang Academy Award  Louis Gossett, Jr . Aktor Louis Gossett Jr.  akhirnya bersedia menandatangani kontrak untuk berperan sebagai seorang pemimpin hak-hak warga sipil yang sudah pensiun dan juga merupakan kakek dari petugas kepolisian Sam Wright.

"David mengirimkan naskah kepadanya dan saya bahagia untuk mengatakannya bahwa di hari berikutnya Tuan Gossett sendiri yang menelepon dan mengatakan bahwa naskah tersebut sangat indah dan ia bersedia untuk terlibat di dalamnya," ujar Klausner mengenang bagaimana David berhasil mengirimkan salinan naskahnya kepada agen Gossett sampai akhirnya sampai ke tangan Gossett sendiri.  

Film ini didistribusikan oleh Samuel Goldwyn Films, yang juga mendistribusikan  FIREPROOF dan FACING THE GIANTS.

Grace Card Adalah Film Tentang Pengampunan, Anugerah dan Penebusan

Inti dari film ini  adalah Bill "Mac" McDonald (Joiner), seorang polisi yang mengalami kepahitan  karena masih  berjuang melalui rasa sakit dan penyesalan akibat kematian anak laki-lakinya 17 tahun lalu. Dia meninggalkan Tuhan dan menyalahkan diri sendiri, semua orang termasuk keluarga dan orang-orang Latin, Afrika Amerika yang dianggapnya bertanggung jawab atas kematian anaknya. Korban dari rasa sakitnya termasuk istrinya Sara dan anaknya yang  lain, Blake, yang juga membawa beban tersendiri Segala sesuatu nampaknya suram bagi Mac: karir kepolisiannya mandeg dan tidak pernah mendapat promosi, masalah dengan istrinya dan anaknya Blake yang terlibat eksperimen dengan obat-obatan dan gagal dalam studinya di SMU. Dalam pandangan Mac, kabar buruk semakin buruk ketika ia terpaksa harus bermitra dengan orang yang dipromosikan di tempatnya, Sam Wright (Higgenbottom). Bagi Mac, berbagi mobil patroli dengan partnernya sudah cukup buruk, tapi bahkan lebih buruk bagi dia adalah bahwa Sam adalah seorang berkulit hitam dan seorang Kristen yang vokal. Mac sudah memiliki sikap benci terhadap orang  Afrika-Amerika karena seorang laki-laki kulit hitam yang membunuh (dengan sengaja) anaknya bertahun-tahun yang lalu. Dan dia tentu tidak ingin dikhotbai oleh Sam, yang adalah seorang pendeta part time di sebuah gereja. 


Sam juga karirnya sedang bersinar di kepolisian dan seorang suami dan ayah yang baik. Sam sendiri tidak berharap untuk menjadi polisi. Dia sendiri merasa terpanggil untuk menjadi pelayan Tuhan. Dia  sendiri  menjadi polisi karena harus mensuport keluarganya. Ketika Sam dipromosikan jabatannya, dia bergumul apakah panggilannya adalah untuk menjadi petugas kepolisian...

Dapatkah Mac menerima anugerah dari Tuhan yang telah dia tinggalkan dan menerima partnernya sebagai sahabatnya? Dapatkah Mac dan Sam bergabung bersama dan saling menolong satu dengan yang lain tanpa melihat perbedaan di masa lalu?

website : http://www.thegracecardmovie.com/




Cerita Singkat tentang pasta

Pasta adalah makanan olahan yang berasal dari Italia. Pasta dibuat dari adonan campuran antara tepung terigu, air, telur dan garam. Dari adonan ini, pasta dibentuk menjadi banyak rupa. Pasta dapat dikatakan sebagainya ‘nasi’-nya orang Italia dan telah menjadi bagian penting dari hidup mereka. Sekarang ini, banyak sekali rumah makan baik Italia maupun bukan yang menyajikan pasta sebagai salah satu menu utamanya.

Pasta berasal dari bahasa Italia ‘pasta alimentare’ yang berarti adonan bahan makanan. Dalam arti luas, ‘pasta’ bisa berarti semua adonan seperti adonan roti, pastry, atau cake. Dalam bahasa Italia, ‘pasta’ yang khusus sebagai pasta disebut pastasciutta.

Pasta dibuat dari tepung terigu semolina yang merupakan hasil gilingan biji gandum durum dicampur telur sehingga sedikit berwarna kuning cerah, dan bila dimasak dengan benar akan menghasilkan tekstur sedikit kenyal. Pasta buatan Amerika sering dibuat dari campuran tepung terigu farina dan semolina, sehingga memiliki tekstur lebih lembut yang cocok untuk dijadikan hidangan seperti kaserol.

Di luar negara asalnya di Italia, pasta biasanya dijual di dalam kemasan dalam bentuk kering. Pasta kering dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin ekstrusi yang mendorong keluar adonan pasta melalui lubang-lubang saringan. Bentuk-bentuk pasta yang lain diperoleh dengan menggiling adonan pasta menjadi lembaran yang kemudian dipotong-potong atau dicetak.



Pasta segar buatan rumah tangga dan restoran dibentuk dengan tangan beberapa saat sebelum pasta direbus. Pasta segar memerlukan waktu masak yang lebih singkat, namun tidak tahan lama disimpan karena kadar airnya yang tinggi. Sedangkan pasta kering bisa tahan disimpan hingga tiga tahun atau lebih karena kandungan airnya yang rendah, sekitar 10 persen saja. Ada juga pasta yang sudah dimasak dan tinggal dipanaskan dengan oven microwave yang sering dijumpai di bagian makanan beku pasar swalayan.

Makanan mirip pasta banyak dijumpai di berbagai tempat di dunia sejak zaman dulu, terutama di wilayah dengan penduduk yang menjadikan gandum dan serealia sebagai makanan utama. Gandum yang sudah digiling sering dimasak sebagai bubur atau dihaluskan menjadi tepung dan dibuat roti. Pasta kemungkinan besar merupakan alternatif dari bubur atau roti, karena pasta merupakan makanan awetan yang dibuat tanpa perlu dimasak.

Di Eropa, catatan tertulis paling tua tentang makanan serupa mie ditemukan pada hiasan makam orang Etruska di Italia Tengah yang berasal dari tahun 400 SM. Di Tiongkok, mie sudah dikenal sejak tahun 2000 SM berdasarkan hasil penggalian di situs Lajia (Tiongkok barat) yang terletak di tepi Sungai Kuning. Di bawah lapisan tanah yang tebal di situs penggalian yang sudah rusak akibat gempa bumi dan banjir ditemukan mie berwarna kuning dalam panci tanah liat yang terbalik. Panjang mie ini sekitar setengah meter dengan diameter 3 milimeter. Hasil analisis menunjukkan mie ini dibuat dari tepung biji milet.

Jenis pasta
Pasta terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Di Italia terdapat lebih dari 650 jenis pasta dan hampir setiap tahun tercipta bentuk yang baru. Pasta yang berbentuk panjang seperti mie disebut spaghetti, variasinya yang lebih kurus disebut vermicelli, sedangkan variasinya yang lebih panjang dan pipih (seperti kwetiau) disebut linguine. Versi tebal dari linguine adalah fettucine.

Nama jenis pasta biasanya diambil berdasarkan nama bentuknya dalam bahasa Italia. Pasta berbentuk pendek disebut penne (pena), sedangkan pasta berbentuk kupu-kupu disebut farfalle.

Sumber: Indofood

MovieGuide Faith and Values Award 2010

MovieGuide Faith and Values Award 2010
Inilah daftar nominasi dan pemenang 19th Annual Faith and Value Award, penghargaan film sekelas Oscar versi Kristen pada Jumat, 18 Februari 2011 :

The Most Inspiring Movie of 2010 :  
THE CHRONICLES OF NARNIA: THE VOYAGE OF THE DAWN TREADER from 20th Century Fox Pictures, menerima penghargaan The Ephiphany Prize


Nominasi lainnya :
THE BOOK OF ELI, Warner Bros.
GET LOW, Sony Pictures Classics
LETTERS TO GOD, Vivendi Entertainment
THE SECRET OF KELLS, GKIDs Inc.
TO SAVE A LIFE, Samuel Goldwyn Films
WHAT IF. . ., PureFlix Entertainment

The Most Inspiring TV Program of 2010: 
AMISH GRACE, telecast on Lifetime Television.
 
Nominasi lainnya:
CHRISTMAS WITH A CAPITAL C, GMC
ICE DREAMS, The Hallmark Channel
NOVEMBER CHRISTMAS, Hallmark Hall of Fame
THE WAY HOME, GMC
WHEN LOVE IS NOT ENOUGH: THE LOIS WILSON STORY, Hallmark Hall of Fame

The Most Inspiring Performance in Movies in 2010 – Kevin Sorbo for WHAT IF. . .
Nominasi yang lain :
Georgie Henley from CHRONICLES OF NARNIA: THE VOYAGE OF TREADER,
Tanner Maguire from LETTERS TO GOD,
John Ratzenberger from WHAT IF. . .,
Kristy Swanson from WHAT IF. . .,
Denzel Washington from THE BOOK OF ELI,
Randy Wayne from TO SAVE A LIFE,
Joshua Weigel from TO SAVE A LIFE.

The Most Inspiring Performance in Television in 2010 – Madison Mason from AMISH GRACE, Lifetime Television.

Nominasi lainnya:
Dean Cain from THE WAY HOME,
Matt Letscher from AMISH GRACE,
Barry Pepper from WHEN LOVE IS NOT ENOUGH: THE LOIS WILSON STORY,
Winona Ryder from WHEN LOVE IS NOT ENOUGH: THE LOIS WILSON STORY,
Sonny Shroyer from THE WAY HOME,
Nancy Stafford from CHRISTMAS WITH A CAPITAL C,
Brad Stine from CHRISTMAS WITH A CAPITAL C.

Best Movie for Families – TOY STORY 3 from Pixar and Walt Disney Pictures

** The Ten Best 2010 Movies for Families **
. 1. TOY STORY 3
. 2. DESPICABLE ME
. 3. THE CHRONICLES OF NARNIA: THE VOYAGE OF THE DAWN TREADER
. 4. LEGEND OF THE GUARDIANS: THE OWLS OF GA’HOOLE
. 5. SHREK FOREVER AFTER
. 6. TANGLED
. 7. WHAT IF. . .
. 8. HOW TO TRAIN YOUR DRAGON
. 9. LETTERS TO GOD
. 10. MEGAMIND

Best Movie for Mature Audiences – SECRETARIAT from Walt Disney Pictures

** The Ten Best 2010 Movies for Mature Audiences **
. 1. SECRETARIAT
. 2. THE BOOK OF ELI
. 3. THE KING’S SPEECH
. 4. TRUE GRIT
. 5. LETTERS TO JULIET
. 6. MAO’S LAST DANCER
. 7. IRON MAN 2
. 8. PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME
. 9. ALICE IN WONDERLAND
. 10. GET LOW


The Faith and Freedom Awards for Promoting Positive American Values in 2010 :


Winner for Movies – MAO’S LAST DANCER from Samuel Goldwyn Films
Nominasi lainnya:
HUBBLE 3D from Warner Bros. Pictures,
I WANT YOUR MONEY from RG Entertainment,
IRON MAN 2 from Paramount Pictures,
LEGEND OF THE GUARDIANS: THE OWLS OF GA’HOOLE from Warner Bros. Pictures,
TOY STORY 3 from Walt Disney Pictures,
WAITING FOR “SUPERMAN” from Paramount Vantage,
THE WAY BACK from Newmarket Films.

Winner for TV – CHRISTMAS WITH A CAPITAL C from Pure Flix and GMC
Nominasi lainnya :
AMISH GRACE from Lifetime Television,
SARAH PALIN’S ALASKA: EPISODE ONE from The Learning Channel,
THE WAY HOME from The GMC,
WWII IN HD: THE AIR WAR from The History Channel.

Special Crystal Teddy Award:
Composer AL KASHA
For communicating and living the Good News.

sumber : http://www.movieguide.org/
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design