Maria : Mission Impossible

ADSENSE HERE!
Nats: Luk.1:26-38

Lukas 1:38 : Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Lukas 1:46-47 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,

Adalah Maria, gadis Nazaret terpilih menjadi ibu yang mengandung dari Roh Kudus. Secara status Maria bukanlah seorang gadis terpandang dan memiliki kedudukan. Maria adalah gadis muda sederhana yang berasal dari kota yang juga tidak terpandang di Israel yaitu Nazaret. Maria tidak mengikuti semacam audisi yang membuat dia terpilih seperti sekarang ini. Secara fisik Alkitab juga tidak menyebutkan soal kecantikan atau kemolekannya. Dia bukan seperti Ester yang cantik dan akhirnya menjadi ratu. Dia seorang gadis muda biasa.

Secara rohani Maria juga bukan seorang yang dikenal berkecimpung dalam hal kerohanian atau memiliki  pengalaman pelayanan atau karunia rohani yang hebat seperti sebagai nabiah. Dia juga bukan seorang yang berasal dari keluarga Imam. Dia gadis muda biasa-biasa tetapi menunjukkan respon luar biasa menghadapi kehendak dan rencana Allah yang agung.

Ketika Malaikata menyatakan bahwa ia hendak mengandung dari Roh Kudus. Ia merespon :"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Inilah respon agung seorang Maria. Padahal kenyataan menerima misi Tuhan ini nampaknya mustahil. Dia bukan sekedar menerima misi menjadi nabiah atau pemberita yang mempersiapkan jalan Tuhan seperti Yohanes. Dia justru harus mengandung dan melahirkan seorang bayi yaitu Kristus dengan status dia belum menikah. Ia harus menghadapi resiko yang amat berbahaya. Konsekuensinya sangat berat.

Kemungkinan yang yang akan terjadi kepada Maria setelah dia menerima kehendak Tuhan di dalam hidupnya adalah dia diceraikan dan dipermalukan. Alkitab mencatat bagi wanita yang hamil di luar nikah, dia berhak dirajam dengan batu. Atau tradisi yang masih terjadi di Timur Tengah sampai saat ini adalah honor killing, dia bisa dibunuh oleh ayahnya untuk menjaga kehormatan keluarganya. Kemungkinan yang juga bisa terjadi adalah Yusuf melakukan PHK (putus hubungan kekasih) dengan Maria. Ada problema besar menghadang. Ada suatu dilema besar di sini. Ada ketakutan yang bisa muncul dalam situasi ini.

Kehamilan ini bisa dipandang sebagai bencana atau kutukan kalau dilihat dari pandangan manusia pada waktu itu. Sebagai seorang gadis muda, dia harus membuat respon atau keputusan karena tidak ada waktu yang diberikan buat dia berkonsultasi dengan keluarga atau  tunangannya. Ini bukan cuma soal pilihan yang sulit tapi konsekuensinya juga berat bukan hanya sesaat. Kendati mengandung dari Roh Kudus, Maria tetap harus menjalani masa kehamilan yang norma selama sembilan bulan bukan sembilan hari atau sembilan minggu! Ini bukan kehamilan ekspress atau instan. Belum lagi masa-masa panjang dia harus membesarkan bayinya. Ini bukan hal yang mudah.

Apa yang membuat Maria bisa merespon dengan agung? Iman. Imannya itu diwujudkan dengan ketaatan untuk menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Emil Brunner pernah berkata bahwa, "Iman adalah ketaatan, tidak ada yang lain. Imannya dilandasi ketaatan pada Allah. Iman Maria  bukanlah iman yang buta. Iman bukan hanya suatu tindakan, itu adalah proses untuk berkomitmen denagn setia pada apa yang Allah inginkan dari diri kita. Iman adalah dengan setia melihat terang Tuhan dan melangkah pada kehendak Allah.

Iman juga berkomitmen untuk melakukan sesuai status yang Tuhan berikan dalam hidupnya. Maria dikatakan sebagai seorang yang hamba Allah, seorang yang dikaruniai. Maria dikatakan sebagai seorang yang diberkati.  Kesadaran  akan status ini membuat Maria melihat apa yang harus dijalani bukan sesuatu yang memberatkan tetapi dia memandangnya sebagai suatu kehormatan, suatu berkat, suatu anugerah dan suatu kesempatan.

Hal yang luar bisa juga kita bisa pelajari dari Maria bahwa dia menerima sepenuhnya kehendak Allah dan tidak menuntut apa-apa. Bisa saja dia melihat ini sebagai kesempatan untuk meminta campur tangan Tuhan karena status dan perannya sebagai ibu yang mengandung bayi Yesus. Tapi dia tidak menuntut kemudahan. Saat hamil, dia harus menempuh perjalanan panjang dari Nazaret ke Bethlehem. Dia tidak meminta malaikat atau Tuhan  untuk menerbangkannya secara kilat. Dia tidak menuntut fasilitas atau kenyamanan atau hal-hal spektakuler dari Tuhan. Sebelum dipilih Tuhan dan setelah dipilih , status dan kondisi hidup Maria tetaplah sederhana. Tapi dia tidak mundur. Imannya tidak goyah. Imannya bukan menuntut tapi menurut. Menuruti kehendak Allah. Banyak iman orang Kristen saat ini, baru mau melayani saja tapi sudah menuntut macem-macem dari Tuhan. Mengklaim berkat-berkat harus diterimanya sebagai upah atas jasa atau pelayanannya. Maria tidak menuntut apa-apa. Imannya tulus-hatinya tulus di hadapan Allah.

Iman Maria juga mengandung unsur keberanian, bukan hanya kepasrahan. Saat Maria berkata bahwa 'jadilah padaku', itu bukan perkataan pasrah atau tidak berdaya tetapi justru kata itu mengandung elemen keyakinan dan keberanian untuk taat pada rencana dan kehendak Allah. Dalam perkataan itu ada keyakinan yang kuat, ada kemauan yang teguh, komitmen yang kokoh untuk melakukan kehendak Allah. Sebagai hamba, dia menundukkan diri sepenuhnya pada Allah, siap menjalani semua proses yang Tuhan inginkan dalam dirinya.


Jangan gentar ketika Allah mempercayakan hal-hal yang sulit dan besar untuk kita. Tampaknya sulit dan mustahil tapi dengan keberanian untuk menerima tugas dan panggilan Allah, kita kan melihat hal-hal besar yang Allah lakukan di dalam diri kita. Maria melihat bahwa dirinya adalah alat atau instrumen di tangan Tuhan dan dia menyediakan dirinya secara penuh dan rela. Maria akhirnya melihat perkara-perkara besar dan ajaib dalam hidupnya. Sesuatu yang mustahil menjadi mungkin bukan karena kehebatannya atau kemampuannya tetapi karena Allah yang Maha Tinggi. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Jelas, Maria nanti akan menjalani hidup yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Tapi dia tidak takut. Dia percaya bahwa dia diberkati, dikaruniai Allah. Maria melihat bahwa dia dia akan berkontribusi atau berinvestasi dalam Allah yang telah datang kepadanya, dan berkata, "Jangan takut!" Maria memandang dengan iman karena ia tidak hanya mempersiapkan jalan Tuhan, ia memberikan ruang-Nya bagi Kristus!

Saat panggilan Tuhan datang pada kita, kerap kali kita menghadapi situasi yang tidak nyaman. Ada kenyamanan duniawi yang harus kita tinggalkan demi Kristus. Ada harga yang harus dibayar. Ada resiko penolakan atau tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Maukah kita memiliki iman seperti Maria? Maukah kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan bahkan memberikan ruang hidup kita untuk dipakai dalam pekerjaan Allah.

Bagaimana seandainya Maria menolak panggilan Tuhan? Dia pasti tidak akan tercatat di Alkitab secara penuh. Pasti yang akan dikenang atau dicatat adalah penolakkannya dan Allah memilih orang lain sebagai penggantinya. Kisahnya akan berbeda. Kalau dia memilih kenyamanan dirinya dan nama baiknya maka kisahnya tidak akan dicatat oleh Lukas, penulis Injil. Tetapi karena imannya kepada Tuhan membuat Maria memiliki kesempatan untuk menggenapi rencana agung Allah.




ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design