Berbahagialah Orang yang Miskin di Hadapan Allah

ADSENSE HERE!
Politisi berkata : Berbahagialah orang yang mampu mempengaruhi orang banyak dan meyakinkan rakyat untuk mempercayai janji-janji kampanye mereka karena merekalah yang empunya kekuasaan

Pengusaha : Berbahagialah orang yang pintar melipatgandakan modal dan menang dalam persaingan bisnis dengan segala cara karena merekalah yang empunya kekayaan

Selebritis : Berbahagialah orang yang mampu mempesona penonton dan dengan segala bakatnya membuat para produser dan penonton bertekuk lutut karena merekalah yang empunya popularitas.1

Inilah kebahagiaan yang ditawarkan dunia. Kekuasaan, kekayaan dan popularitas. Ini bicara tentang kepemilikan, jadi dengan memiliki hal-hal di atas maka akan menjamin mereka bisa bahagia. Kepemilikan bukan hanya soal itu. Ada lagi kebahagiaan yang didasarkan pada kepemilikan benda atau barang berharga atau dengan memiliki sesuatu yang bisa diandalkan dalam diri seseorang. Lihat saja para motivator-motivator yang mengajarkan bahwa resep untuk sukses dan bahagia adalah kalau memiliki sesuatu dalam diri dan kalau itu dikembangkan akan menjadi kunci sukses dan kebahagiaan. Dengan kata lain, memiliki kemampuan atau sifat-sifat yang ekselen, bakat, kepintaran dan usaha akan menjamin kebahagiaan. Tetapi pada akhirnya semua itu akan sirna. Salomo sendiri telah memiliki semuanya itu tetapi kesimpulannya adalah : kesia-siaan.

Formula Yesus tentang kebahagiaan sangat berbeda. Tuhan Yesus tidak mengatakan berbahagialah mereka yang kaya, yang punya pangkat, kekuasaan atau punya nama. Yesus menjungkirbalikkan formula kebahagiaan itu dengan kalimat sederhana : Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.(Matius 5:3).

Kata miskin di sini menggambarkan seperti seorang peminta-minta yang harus memohon atau meminta-minta untuk kebutuhan hidupnya. Ada orang yang miskin secara materi tetapi masih sanggup bekerja jadi sesungguhnya tidak bisa dikatakan miskin karena dia masih bisa mengandalkan tenaganya untuk mencari sesuap nasi. Ada orang yang miskin karena bangkrut jadi kondisi kemiskinannnya hanya sementara dan bisa bangkit lagi. Ada juga orang yang miskin tetapi tetap bangga dengan kemiskinannya sehingga dia tidak malu-malu untuk mengemis. Jadi orang ini malah menikmati kemiskinannya. Tapi benarkah itu yang disebut miskin?

Miskin di sini benar-benar miskin karena dia sendiri tidak punya apa-apa, tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa memohon belas kasihan dan pertolongan dari orang lain.Orang yang seperti ini dikatakan oleh John MacArthur adalah seperti pengemis yang hanya bisa duduk di tempat yang gelap dan tersembunyi karena untuk menunjukkan dirinya pun dia merasa malu dan tidak layak.2

Dalam terang Perjanjian Lama dijelaskan bahwa miskin itu bukan hanya tidak punya materi tapi identik dengan orang yang memiliki kebergantungan yang rendah hati kepada Allah. Dia tidak memiliki sikap bangga atau bermegah tetapi sebaliknya sikapnya yang menonjol adalah rendah hati! Selain itu miskin juga berarti orang yang tertindas dan yang tak berdaya menyelamatkan dirinya. Oleh karena itu ia menggantungkan harapannya kepada Allah sementara ia menyadari bahwa dia sebenarnya tidak memiliki hak untuk itu.3

Gambaran ini bisa kita lihat pada anak bungsu yang berfoya-foya. Setelah meminta warisan, dengan keangkuhannya meninggalkan bapanya dan menggantungkan hidupnya pada kekayaannya. Ketika kekayaannya itu habis barulah dia sadar. Dia mengesampingkan segala kesombongannya dan dengan rendah hati dan merasa tidak layak dia datang kepada bapanya. Dia datang dengan tangan hampa dan hanya bersandar pada kemurahan hati bapanya.

Jadi orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang merasa dirinya tidak layak dan sadar bahwa dia tidak punya apa-apa di hadapan Tuhan. Oleh karena itu dia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Dia sadar bahwa hidupnya hanya bergantung sepenuhnya dan secara mutlak kepada Tuhan.  Dia melihat hanya Tuhanlah yang menjadi harapan dan sumber hidup yang bisa menolongnya. Orang yang sadar bahwa dia bukan siapa-siapa  dan hanya mengharapkan Tuhan saja maka orang seperti inilah yang berbahagia. Singkatnya, orang yang miskin di hadapan Allah hanya bisa mengharapkan anugerah Allah untuk hidupnya dan bukan yang lain. 

Lalu berkat atau kebahagiaan apa yang menjadi milik orang yang miskin di hadapan-Nya? Tuhan memberikan janji kepada orang seperti ini yaitu mereka akan empunya Kerajaan Sorga. Memiliki Kerajaan Allah. Itu adalah hak istimewa, suatu pemberian yang diterima oleh mereka yang tidak pantas dan tidak layak. Memiliki Kerajaan Allah bukan kondisi yang terjadi di masa yang akan datang tapi segera dan sudah dimiliki. Kerajaan Allah adalah pemerintahan Kristus di dalam segala kemuliaan dan kekuasaan-Nya. Bagi orang yang miskin di hadapan Allah, ini menjadi pengiburan, pengharapan dan jaminan dari Allah. Dari kondisi yang hina dan tidak berdaya, Tuhan memberikan suatu janji yang luar bisa. Berkat dan kebahagiaan ini sungguh tiada tara dan bernilai kekal.  Dari yang miskin dan tak memiliki apa-apa  menjadi kaya dan berpunya itu adalah suatu anugerah Allah yang luar biasa.

Tragedi dalam hidup ini adalah ketika orang melihat kebahagiaan itu adalah dengan memiliki barang yang baru atau memiliki romantisme dengan kekasihnya atau mendapatkan kekayaan dan popularitas. Semua itu akan sirna seperti rumput atau uap yang ditiupkan angin. Tragedi yang lain juga terjadi ketika manusia berpikir dan menganggap dirinya lebih hebat dan lebih tinggi dari yang lain. Hatinya dipenuhi keangkuhan dan arogansi karena kelebihan yang dimilikinya. Tuhan menentang orang yang seperti ini.
Hanya dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Lalu bagaimana cara agar kita tetap menjaga karakter ini di hadapan Allah?

Pertama, kita harus selalu datang kepada Allah. Kita harus mencari Dia setiap waktu. Seorang pengemis yang miskin akan terus mencari dan mencari serta memohon pertolongan dari orang lain karena hidupnya bergantung dari mereka. Sikap mencari Allah dan memohon kepada Allah haruslah menjadi lifestyle kita. Jangan berhenti memohon atau mencari Dia dikarenakan kita sudah sibuk, doa sudah terjawab atau Dia belum menjawab doa kita. Kita harus datang kepada Tuhan karena Dialah sumber pertolongan kita. Karena hidup kita tergantung kepada Allah dan kita hanya bisa bersandar kepada anugerah-Nya.

Kedua, kita harus menjadi orang yang rendah hati. Menyadari siapa sesungguhnya kita di hadapan Tuhan akan membuat kita tetap rendah hati dan tidak sombong. Menjadi orang yang rendah hati itu juga berarti kita berjuang untuk mengikis segala sesuatu yang mendatangkan kesombongan dan keangkuhan di dalam hati kita. Kesombongan itu membuat manusia lupa bahwa apa yang dimilikinya hanyalah pemberian Tuhan semata. Ingat, Tuhan menentang orang yang congkak dan mengasihani orang yang rendah hati. Jadi secara rohani kita harus memiskinkan segala kedagingan atau sifat dosa yang membuat kita sombong dan merendahkan orang lain. 

Soli Deo Gloria



image credit : pbase.com

1. gsja.web.id (dengan modifikasi penulis)
2. John MacArthur, GTY
3. John Stott (Khotbah di Bukit)

ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Arsip Blog

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design