Mendongkel Yesus dari salib-Nya!

ADSENSE HERE!
Kekristenan mengimani dan meyakini secara historis bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, mati di salib dan bangkit pada hari yang ketiga. Tetapi ada saja pandangan-pandangan baik dari dalam maupun luar Kekristenan yang meragukan hal ini. Dalam hal kematian Yesus sendiri, ada yang menganggap bahwa bukan Yesus yang disalib tetapi Simon orang Kirene. Ada pula yang mengatakan Barabas atau Yudas Iskariot dan ada yang menawarkan alternatif lain yaitu saudara Yesus sendiri karena katanya mirip baik muka maupun jenggotnya sehingga prajurit Romawi salah sangka lalu menyalibkannya. Pandangan lain mengatakan bahwa memang Yesus disalib tetapi Dia tidak sampai mengalami kematian karena langsung diangkat oleh Allah. Ada lagi yang namanya teori pingsan atau "Swoon theory", teori ini menyatakan bahwa Yesus hanya pingsan di salib. Pandangan ini telah muncul pada abad II oleh Celsus, filsuf Romawi. Pandangan ini terus berkembang sampai saat ini. Seorang theolog seperti Karl Friedrich Bahrdt, sekitar abad 17 mendukung pandangan ini! Beberapa buku yang mendukung teori ini antara lain, Hugh J. Schonfield (1965, The Passover Plot), Holger Kersten (1994, Jesus lived in India). Pandangan-pandangan inilah yang saya simpulkan dengan istilah “mendongkel Yesus dari salib-Nya”.
Benarkah bukan Yesus di salib? Apakah Dia hanya pingsan saja? Alkitab mencatat fakta bahwa Yesus mengalami kematian dengan disaksikan bukan hanya oleh pengikut-Nya tetapi oleh tentara Romawi beserta Imam Kepala dan orang Farisi. Dokumen di luar Alkitab juga uniknya memberikan kesaksian seputar kematian Yesus. Tokoh sejarawan dunia termasuk Cornelius Tacitus seorang sejarawan Roma menyatakan bahwa Yesus mati di salib pada masa pemerintahan Pontius Pilatus. Josephus , sejarawan Yahudi mengakui kematian Yesus dalam bukunya yang tersohor, Antiquities. Talmud Yahudi juga memuatnya. Kesaksian Bapa-Bapa Gereja mulai dari Tertullian sampai Justinus Martyr juga menuliskan tentang kematian Yesus.
Melalui tulisan ini, saya akan memaparkan kembali kesengsaraan Tuhan Yesus yang dikenal sebagai The Passion of the Christ. Deskripsi tentang kesengsaraan Tuhan ini untuk menunjukkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar disalibkan dan mati di salib, dan akumulasi kesengsaraan yang Dia derita dalam pengadilan, pencambukan serta penyaliban sesungguhnya telah menyebabkan kematian-Nya secara mendadak. Penelitian secara historis, arkeologis dan medis mendukung fakta tentang hal ini.


Awal Penderitaan
Penderitaan Yesus sesungguhnya telah dimulai di taman Getsemani. Lukas mencatat fenomena yang dialami Tuhan Yesus,"peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." Fenomena ini dikenal dengan nama"hematidrosis". Fenomena ini terjadi di tengah tekanan batin yang sangat tinggi. Secara medis dijelaskan bahwa pembuluh darah yang kecil di bawah kulit menjadi rapuh dan kemudian pecah lalu mengeluarkan darah. Karena tidak ada jalan keluar maka keluarnya melalui pori-pori keringat.
Dalam kesendirian-Nya Dia bergumul dan berdoa. Kegentaran dan ketakutan Yesus jelas bukan hanya penderitaan fisik tapi penderitaan secara rohani karena Dia akan menanggung segala dosa dan kutuk manusia dan Allah Bapa akan berpaling dari Anak-Nya karena Allah terlalu suci untuk memandang dosa dan kejahatan manusia.


Pengadilan
Dalam kurun waktu kurang dari 12 jam Yesus harus menghadapi kurang lebih tujuh macam pengadilan secara maraton tanpa istirahat tanpa makan dan minum. Belum pernah ada dalam sejarah seorang seperti Yesus yang diadili secara non stop seperti itu. Saya mencatat ada 7 macam pengadilan yang dihadapi Yesus. Pertama di hadapan Hanas, seorang Imam Besar senior; kedua, di hadapan Kayafas, Imam Besar yang memimpin Mahkamah Sanhedrin; ketiga, di hadapan Pontius Pilatus; keempat, di hadapan Raja Herodes; kelima, di hadapan Pilatus kembali; keenam, di hadapan massa; serta ketujuh, di hadapan serdadu Roma
Pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus itu sebenarnya licik karena memakai saksi dusta dan cacat secara hukum. Orang Yahudi tidak boleh mengadakan sidang apalagi Majelis Sanhedrin menjelang Sabat dan Paskah Yahudi. Nyatanya mereka melanggar aturan yang mereka buat sendiri!
Pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus adalah pengadilan yang penuh kelicikan, intrik, kekerasan dan provokativ. Yesus sebagai Anak Allah yang suci dan benar diadili lewat pengadilan manusia yang korup. Kalau kita pernah mengalami ketidakadilan lihatlah Yesus pernah melewati semuanya ini. Dia tahu betul apa artinya ketidakadilan. Ada ungkapan 'vox populu vox dei,' suara rakyat adalah suara Tuhan. Tapi hal ini tidak berlaku ketika massa mengadili Yesus. Suara mereka justru menghendaki kematian Yesus. Dengan kebencian yang memuncak mereka berteriak: Salibkan Dia! Salibkan Dia!

Pencambukan
Dalam pencambukan yang dialami Yesus, tipe pencambukan yang dialami-Nya adalah pencambukan jenis verberatio. Pencambukan ini adalah pencambukan yang paling brutal dan kejam. Pencambukan ini sendiri bahkan diasosiasikan dengan hukuman mati. Menurut para saksi mata, pencambukan ini menyebabkan kulit dan daging terbuka sehingga tulangpun kelihatan. Bahkan ada yang meninggal dengan cara dicambuk seperti ini. Dalam pencambukan dengan tipe verberatio ini, cambuk yang dipakai sebenarnya pendek, talinya terbuat dari kulit dan di sepanjang tali diikatkan besi runcing, tulang yang tajam dan bola besi. Bahkan talinya sendiri ada semacam gerigi-gerigi yang tajam.
Prosedurnya, Yesus bajunya dilucuti dan Dia berpegangan atau dirantai di sebuah tiang kayu. Para algojo terdiri dari dua orang berdiri di sisi kanan dan kiri Yesus melakukan pencambukan. Jadi ada dua cambuk dengan tipe yang sama yang dipakai untuk mencambuk Yesus. Pencambukan dilakukan sekuat-kuatnya dan sekencang-kencangnya. Apalagi pencambukan Romawi tidak mengenal batas jumlah pukulan seperti Yahudi.
Akibat dari pencambukan bukan hanya lebam atau bonyok tetapi tetapi menyebabkan kulit dan daging tercabik-cabik . Ungkapan kata "bilur" dalam I Petrus 2:24 artinya luka yang robek atau tercabik-cabik dan menimbulkan pendarahan. Efek dari pencambukan adalah penderitaan dan kehilangan darah yang cukup banyak (hipovolemia). Setelah dicambuk, Yesus dikenakan mahkota duri. Mahkota duri yang dikenakan pada Yesuis bukan cuma dikenakan di tepi atau di pinggir kepala-Nya tetapi menutupi seluruh kepala-Nya semacam topi. Para serdadu memukul mahkota yang di kepala Yesus, menyebabkan duri-duri semakin tertancap di kepala-Nya.


Penyaliban
Hukuman Penyaliban dipakai oleh tentara Romawi untuk menghasilkan kematian secara perlahan-lahan dengan intensitas kesakitan yang maksimal. Orang Romawi sendiri memandang penyaliban adalah hukuman yang paling kejam dan mengerikan. Makanya orang Romawi dilindungi dari hukuman penyaliban. Sedangkan menurut orang Yahudi, penyaliban adalah kutukan. Penyaliban adalah kematian yang terkutuk, kata Josephus, sejarawan besar Yahudi.
Penyaliban terhadap Yesus diawali dengan pemanggulan balok salib yang horizontal. Balok kayu itu cukup berat dan kedua tangan diikatkan dengan terentang di sepanjang balok salib itu. Dengan kondisi tubuh yang lemah, Yesus tidak akan kuat memanggulnya. Pada waktu terjatuh di jalan yang berbatu-batu wajah Yesus akan berbenturan dengan batu-batu di sepanjang jalan karena tangan-Nya terikat.
Sesampainya di Golgotha, Yesus dibaringkan dan kedua tangan-Nya direntangkan. Paku yang dipakai kira-kira 7-11 inci. Pemakuan dilakukan di telapak tangan. Sebelumnya ada pandangan yang menyatakan bahwa pemakuan dilakukan di pergelangan karena telapak tidak kuat. Tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa pemakuan dilakukan di telapak karena tangannya diikat dengan tali. Pemakuan itu menimbulkan kesakitan karena pergeseran paku dengan tangan akan menimbulkan pergesekan dan menghancurkan syaraf-syaraf yang teramat peka dan hal itu akan menimbulkan kesakitan yang luar biasa. Pemakuan di kedua telapak kaki juga demikian. Kemungkinan paku yang dipergunakan juga lebih panjang dan lebih besar karena kedua telapak kaki harus ditumpuk menjadi satu sebelum dilakukan pemakuan.

Pada waktu tiang salib ditegakkan, akibat gravitasi bumi maka tubuh Tuhan Yesus akan merosot ke bawah sedangkan kedua tangan-Nya terentang kuat. Hal ini semakin menambah penderitaan Yesus karena pada waktu pernafasan, pengambulan nafas harus dilakukan dengan cara mengangkat tubuh ke atas. Pergerakan naik turun untuk mengambil nafas ini menimbulkan kesakitan yang amat luar biasa karena bagian belakang tubuh Yesus yang terluka kembali berdarah. Justru di tengah pengambilan nafas yang susah payah inilah Yesus mengucapkan perkataan salib. Akumulasi dari penyiksaan yang dialami Yesus akhirnya memmpercepat kematian-Nya. Kira-kra pada jam 3 sore Yesus berseru dengan suara nyaring,"Sudah selesai." lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya,"Ya Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Untuk memastikan kematian Yesus, prajurit yang terlatih lalu menikam lambung Yesus di bagian kanan mengarah miring ke kiri atas. Penikaman itu akan mengenai organ utama yaitu sebagian paru-paru dan puncaknya menghujam ke jantung. Hal itu adalah bagian dari prosedur penyaliban untuk memastikan kematian Yesus.
Dengan adanya bukti-bukti baik dari segi historis dan arkeologis maka tidak bisa disangkal lagi bahwa Yesus benar-benar mengalami kematian di atas salib. Kematian Yesus tidak hanya merupakan fakta historis tetapi memiliki signifikansi yang amat dalam. Kematian Yesus adalah untuk menebus manusia dari dosa. Salib yang tadinya merupakan alat penghukuman dan kutukan telah menjadi tanda keselamatan dari Allah. Dengan kematian-Nya manusia memperoleh keselamatan secara cuma-cuma karena Kristus telah menanggung segala dosa dan penghukuman kekal yang seharusnya menjadi jatah kita. Salib juga membuat hidup kita berarti dan berharga karena kita telah dibeli dengan harga yang sangat mahal yaitu darah Kristus lewat pengorbanan-Nya. Terpujilah Kristus untuk pengorbanan-Nya yang telah menyelamatkan kita semua. Amin

* Renungan ini diikutsertakan di Writing Competition CIBFest 2009 *
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design