ADSENSE HERE!
Royal Wedding Pangeran William dan Kate Middleton menjadi berita yang paling menarik perhatian publik baik media cetak, televisi dan berbagai situs sosial media. Diperkirakan 2 milliar penduduk dunia menyaksikan secara langsung acara penikahan itu via televisi. Saya termasuk salah satu di dalamnya.Beragam komentar muncul baik secara langsung ataupun via Facebook dan Twitter. Di Twitter sampai 67 tweet perdetik dan di Facebook 74 status per detik. Ada komentar yang berfokus pada ketampanan dan keanggunan si William dan Kate. Tapi ada juga yang fokus utamanya hanya pada gaunnya si Kate atau malah menyoroti batok kepalanya sang pangeran yang mulai botak, Ganteng tapi kok botak ya? Begitu komentar yang muncul umumnya dari para wanita.
Saya mau berkomentar di sini tentang “Wedding Vow” atau janji pernikahan kedua mempelai. Inilah janji pernikahan yang diucapkan kedua mempelai:
William : “ I, William Arthur Philip Louis, take thee, Catherine Elizabeth, to my wedded wife, to have and to hold from this day forward, for better, for worse: for richer, for poorer; in sickness and in health; to love and to cherish, till death us do part, according to God’s holy law; and thereto I give thee my troth.
Kate : I, Catherine Elizabeth, take thee, William Arthur Philip Louis, to my wedded husband, to have and to hold from this day forward, for better, for worse: for richer, for poorer; in sickness and in health; to love and to cherish, till death us do part, according to God’s holy law; and thereto I give thee my troth.
Perhatikan yang saya bold, “till death us do part”, “ “Sampai maut memisahkan”. Saya salut, ternyata kalimat ucapan kedua mempelai tersebut masih memakai kalimat yang tradisonal. Sekarang ada janji pernikahan yang berbeda sama sekali dengan janji pernikahan yang tradisional yaitu kalimat,”till death do as part”, diganti dengan,” as long as love shall last”. Jelas artinya berbeda.
Till death do us part artinya cinta yang unconditional, cinta yang tak bersyarat. Sedangkan “as long as love shall last”, adalah cinta yang bersyarat. Ikatan pernikahannya berarti tergantung cinta, kalau sudah mulai bosan, kalau sudah tidak ada cinta, bye bye, pisah atau cerai!
“Till death do us part”, sesungguhnya mengandung makna komitmen, kata kolega saya, Ev.Titus Ndoen. Komitmen itu berarti mau bayar harga, mau berkorban dalam kondisi apapun samapai maut memisahkan.
Kenapa ada orang berjanji dengan janji ,” as long as love shall last”? Karena dia tidak mau berkomitmen. Janjinya hanya sebatas ya kalau masih ada “rasa” cinta atau “rasa” sayang. Kalau sudah hilang ya sudah.
Bicara soal janji nikah, saya teringat tentang ikatan janji Tuhan yang Dia ikrarkan bagi kita. Janji itu kalau dalam bahasa teknisnya adalah “covenant”, yaitu suatu sumpah atau janji yang Tuhan buat dengan manusia. Jadi dari pihak Tuhan, Dia sendiri yang mengikat perjanjian dengan manusia. Dan janji itu tidak main-main karena Tuhan selalu menepati janjinya dengan manusia. Dengan kata lain, Tuhan selalu berkomitmen terhadap janji-Nya. Dia tidak pernah lalai atau lupa atau ingkar janji.
Tapi dalam perjalanan sejarah, baik bangsa Israel secara kolektif maupupun individu seringkali tidak berkomitmen kepada Tuhan. Bangsa Israel seringkali keras kepala dan tidak mau mendengar dan berkomitmen untuk melakukan kehendak Tuhan. Selain itu beberapa tokoh Alkitab juga sering gagal dalam komitmennya kepada Tuhan. Misalnya Abraham, Yakub, atau Raja Daud. Tokoh-tokoh ini sebenarnya banyak membuat kegagalan. Abraham beberapa kali menipu dan takut, Yakub mewarisi sifat kakeknya, Daud berzinah dan merekayasa pembunuhan. Tapi lihat, kasih setia Allah tidak berubah. Allah tetap berkomitmen untuk mengasihi mereka dan menggenapi janji-Nya kepada Abraham, Yakub dan Daud.
Kasih Yesus juga adalah kasih Agape, kasih yang tak bersyarat. Sebelum Paskah, Yohanes mencatat tentang kasih Yesus kepada murid-murid-Nya,” Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. “(Yohanes 13:1). Itulah kasih Tuhan yang unconditional dan sampai pada kesudahannya…Petrus gagal mengikut Tuhan dan malah menyangkalnya tiga kali tapi Tuhan tidak pernah berhenti mengasihinya. Setelah Yesus bangkit, Yesus tetap menerima dan mengasihi Petrus.
Renungan buat kita adalah bagaimana komitmen kita sendiri? Mulai dari komitmen terhadap pasangan hidup, komitmen dalam pelayanan, utamanya komitmen kepada Tuhan. Apakah kita masih menjaga komitmen itu seperti pada awalnya? Apakah cinta itu masih berakar dan berkobar dalam hati?
Adakah janji-janji yang dulu pernah kita lontarkan itu sudah ditepati? Ataukah kita masih berkelit dan mencari berbagai alasan untuk menepatinya atau bahkan mengubahnya untuk kepentingan diri kita sendiri? Komitmen itu berarti menepati janji dan terus berpegang pada janji yang sudah diucapkan. Kiranya Tuhan menolong kita.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment
Komen dong, tapi yang sopan dan tidak spam ya