Integritas adalah kata yang paling dicari pada tahun 2006 menurut Kamus Merriam-Webster's online dictionary. Integritas menjadi isu penting dan terus dibicarakan dan dicari dari waktu ke waktu. Maksud saya dicari adalah baik komunitas, organisasi, rakyat atau bangsa mencari dan mendambakan orang-orang yang berintegritas. Koran-koran nasional beberapa waktu lalu menulis di headline surat kabar,”Dicari Hakim yang berintegritas”, adalagi,”Dicari Pemimpin yang berintegritas”.
Kekristenan sesungguhnya dituntut lebih dalam hal ini. Apalagi seorang pemimpin Kristen atau seorang hamba Tuhan dituntut untuk memiliki integritas karena dunia mennuntut dan menilai kita dalam hal integritas. Itulah sebabnya kalau ada seorang pemimpin Kristen atau seorang hamba Tuhan jatuh dan gagal dalam integritas maka hal ini jelas akan menjadi sorotan. Tentunya bukan mereka yang disoroti tetapi kita sebagai orang percaya juga dituntut hal yang sama baik oleh dunia dan terutama oleh Tuhan.
Lalu integritas macam apakah yang kita perlu miliki dan kita lakukan dalam hidup kita? Saya akan menjelaskan apa yang bukan dimaksud dengan integritas dulu. Ada yang mengatakan bahwa integritas adalah apa yang di dalam sama dengan yang di luar. Hal ini kalau kita cermati sesungguhnya bukan integritas. Kalau apa yang di dalam sama dengan yang di luar, sebenarnya bisa menjadi masalah. Misalnya ada seorang pemimpin yang sangat rohani dan sudah berkeluarga. Dia memiliki sekretaris yang cantik dan pintar. Suatu kali dia mengutarakan isi hatinya kepada sekretarisnya,”Kamu baik dan cantik, aku cinta sama kamu”. Gubrak! Jelas dia mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya lalu diutarakan ke luar. Apakah ini yang namanya integritas? Mungkin bos itu menambahkan dengan alasan yang sangat rohani, “Aku sudah menggumulkan hal ini. Ini adalah kehendak Tuhan. “ Wah, kalau seperti ini jelas ngawur.
Contoh kedua, misalnya ada seorang bapak yang sangat tersinggung dengan perkataan istrinya. Hatinya diliputi amarah yang dahsyat, lalu dia mengeluarkan amarahnya atau menyemprot istrinya dengan perkataan yang sangat pedas. Apa yang di dalam sama dengan yang di luar. Hal ini bukanlah integritas.
Hal kedua, Integritas bukanlah sekedar mengatakan kebenaran. Ada seorang teman baik saya menceritakan kesaksian dari tetangganya. Tetangganya dia itu seorang yang belum percaya , pernah bekerja di suatu perusahaan besar yang bosnya ternyata juga berprofesi sebagai seorang “Pengkhotbah”. Bosnya itu termasuk konglomerat papan atas di Indonesia. Dia sering menyampaikan khotbah di berbagai tempat. Suatu kali saat mau diadakan pembukaan cabang baru dari perusahaannya, rupanya ada yang belum beres, nah bosnya itu marah-marah sambil menendang pintu dan menggebrak apa saja yang di sekelilingnya. Ternyata menjadi pengkhotbah, menyampaikan kebenaran tapi tidak melakukannya, jelas menunjukkan suatu ketimpangan. Berbicara kebenaran saja tidak cukup.
Lalu apa itu integritas?
Ada tiga kata yang dipakai dalam bahasa Ibrani yaitu “tamim”, “tom” dan “tam”. Kata tamim memiliki arti "complete, whole, having integrity or true". Kata ini diaplikasikan kepada Nuh yang hidup benar dan saleh pada masanya. Kata “tom” juga berarti integritas, dikenakan juga kepada Ayub yang memiliki hidup yang saleh dan benar pada masanya. Jelas kata integritas selalu memiliki relasi dengan Allah. Standar atau tolok ukur yang dipakai untuk menilai seseorang itu berintegritas adalah seperti ungkapan Alkitab, seorang yang komplit, utuh, memiliki kebenaran dan menjaga kesalehan atau kekudusan hidup.
Pertama, integritas itu berkaitan dengan keutuhan atau kebulatan hati kita di hadapan Allah. Pertama-tama hati kita itu hendaknya utuh, tidak bercabang-cabang atau berbelit-belit di hadapan Tuhan. Dalam ilmu matematika , ada bilangan yang namanya integer yaitu bilangan bulat tanpa pecahan, yang tidak dapat dibagi, jadi tunggal atau utuh. Hal ini sama kalau diaplikasikan dengan integritas dalam hidup, jadi hidup yang utuh di hadapan Tuhan di manapun kita berada, suatu hidup yang tidak terkotak-kotak, memisahkan hal rohani dan jasmani. Hidup berintegritas tidak hanya kudus di Gereja atau saleh saat beribadah tetapi hidup di hadapan Allah pada saat di kantor, di jalan, di mal, di karaoke, di Puncak, di Bali dan sebagainya. Sama seperti Yusuf pada saat dia digoda dengan gencar oleh istri Potifar, alasan kuat dia menolaknya bukan karena menjaga gengsi atau istri Potifar sudah tante-tante (udah tua) tetapi karena dia benar-benar hidup di hadapan Allah.
Waktu saya masih kuliah, dosen saya seorang Korea mengajarkan istilah “Coram Deo” artinya di hadapan Tuhan. Dia mengajarkan bahwa kamu harus hidup di hadapan Tuhan, Coram Deo. Saat kamu ujian, katanya posisi kamu tidak hanya di hadapan pengawas ujian tetapi kamu sesungguhnya di hadapan Allah. Saya pikir-pikir, benar apa yang dikatakannya. Biasanya siswa atau mahasiswa takut berbuat curang kalau diawasi dengan ketat oleh pengawas. Ada pengawaspun, tetap nekat juga kan? Dengan pemahaman Coram Deo ini kita bisa menjaga integritas di manapun, bahkan saat orang lain tidak mengawasi atau melihat kita, kita hidup di hadapan Allah dengan hormat dan takut kepada Allah. Kalau siswa-siswa diajarkan hal ini, saya percaya mereka yang mau mempraktekkannya pasti tidak akan coba-coba menyontek atau berbuat curang. Kalau generasi muda punya mentalitas seperti ini maka kita tidak perlu kuatir akan masa depan mereka dan mereka bisa diandalkan. Amin?
Kedua, Integritas berarti hidup di dalam kebenaran. Tidak hanya menyatakan kebenaran lewat perkataan atau mulut atau ‘cuma ngomong doang’ tetapi hidup di dalam kebenaran Allah. Hidup dalam kebenaran Allah membuat Ayub dikenal sebagai seorang yang berintegritas. Ayub sangat menjaga kebenaran dan kekudusan hidupnya. Dengan kata lain Ayub menetapkan standar kebenaran yang sangat tinggi dalam hidupnya. Dalam Ayub 31:1 dikatakan ,"Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?”. Ayub tidak pernah makan uang suap (Ayub 6:22). Dia mengatakan,”Pernahkah aku berkata: Berilah aku sesuatu, atau: Berilah aku uang suap dari hartamu, Ayub tidak hidup dalam dusta dan tipu daya . Dalam Ayub 31:5 dia mengatakan,” Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya, biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.” Contoh dalam kehidupan Ayub jelas menunjukkan bahwa dia tidak hanya mengakui bahwa dia benar tetapi dia sungguh sungguh menjadi pelakunya. Dia menghidupi kebenaran itu dala kehdupannya sehari-hari. Hidup dalam kebenaran ibarat makanan, itu adalah menu utamanya sehari-hari, bukan cemilan. Hidup dalam kebenaran, ibarat nafas bagi Ayub, Dia menghirup kebenaran dan menghembuskannya setiap saat, setiap waktu. Tidak ada yang bisa disanggah dari kehidupan Ayub, tidak ada kesalahan yang bisa dicari dan ditemukan untuk menjatuhkannya termasuk si Iblis yaitu pendakwa sebenarnya mengakui kesalehan dan kekudusan hidup Ayub!
Inilah keunikan integritas. Integritas menjadi kekuatan dalam diri seseorang. Ketika uang lenyap, hanya lenyap sedikit, ketika kesehatan lenyap, hanya hilang sebagian, tetapi ketika integritas hilang maka hilanglah segala-galanya. Ungkapan ini sangat bermakna. Dalam kehidupan Ayub, hartanya musnah, kesehatanya juga memburuk tapi integritasnya tetap terjaga. Maka itulah Tuhan mengupahinya atau dengan bahasa rohani, menganugerahkan kembali apa yang pernah dimabil daripadanya. Tuhan memulihkan kondisi Ayub, tidak hanya sekedar mengembalikan apa yang hilang tetapi melipagandakan berkat-Nya dalam kehidupan Ayub. Hartanya kembali melimpah, dia diberikan tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan yang cantik-cantik. Dia masih diberkati dengan kesehatan dan usia yang lanjut. Apa rahasianya? Lagi-lagi integritasnya di hadapan Tuhan.
Ketiga, integritas berarti totalitas hidup, mencakup keutuhan, atau keseluruhan (wholeness). Ini juga memiliki makna yang sangat dalam. Orang yang berintegritas adalah orang yang benar-benar menunjukkan totalitas hidupnya di hadapan Tuhan. Dia mengikut Tuhan tidak setengah-setengah. Dia melayani Tuhan tidak hanya sebagai part timer tapi benar-benar full time, waktunya dipakai untk melayani Tuhan baik di kantor, di dalam keluarganya dan saat bersama orang lain, jadi tidak hanya pada waktu-waktu tertentu saja atau hanya melayani sebagian saja. Integritas menggemakan apa yang Tuhan katakan dalam The Great Commandment atau Hukum yang Terutama yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dengan "segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatanmu serta dengan segenap akal budimu". Itulah integritas. Dalam hidup ini orang yang berintegritas menjalani hidupnya dengan sungguh-sungguh, tidak main-main atau hanya sekedar iseng. Integritas itu berarti melakukan hal kecil sama seriusnya dengan melakukan perkara yang besar. Menjalani hidup dengan maksimal atau menunjukkan ekselensi seperti ungkapan para motivator. Integritas selalu memberikan yang terbaik tidak hanya pada saat dilihat dan diamati orang tetapi bahkan tidak ada yang melihat, dia mau melakukannya dengan sungguh-sungguh. Hidup berintegritas adalah seperti ungkapan dari John Wesley
“Do all the good you can, in all the ways you can, to all the souls you can, in every place you can, at all the times you can, with all the zeal you can, as long as ever you can”
Di pengantar tadi saya menyatakan bahwa saat ini banyak dicari pemimpin yang berintegritas. Kenapa demikian? Karena mungkin hanya sedikit orang yang berintegritas saat ini atau sulit menemukan figur orang yang berkualitas demikian saat ini. Bukan hanya dunia yang mencari orang yang berintegritas tetapi Allah sesungguhnya mencari orang-orang yang berintegritas. Allah bangga kalau kita anak-anak-Nya hidup di dalam integritas di hadapan-Nya. Mari kita menghidupi integritas di dalam hidup kita untuk kemuliaan Allah. Amin
* Renungan ini diikutsertakan di Writing Competition CIBFest 2009 *