Apa Bedanya Rasa Percaya Diri Dengan Sifat Takabur?

Apa Bedanya Rasa Percaya Diri Dengan Sifat Takabur?

Kita percaya bahwa rasa percaya diri itu sangat penting artinya bagi keberhasilan seseorang. Masuk akal memang, karena orang-orang yang tidak percaya diri tidak mungkin bisa secara leluasa berekspresi agar seluruh potensi dirinya tergali. Sayangnya, tidaklah mudah untuk membedakan’rasa percaya diri’ itu dengan ’sikap takabur’. Sehingga, kita sering tidak menyadari telah tergelincir kadalam sifat ’takabur’ itu. Lantas, bagaimana caranya supaya kita bisa terhindar dari sifat takabur ?
Belum lama ini saya menyaksikan tayangan The Biggest Loser disebuah televisi international. Program reality show itu mengajarkan arti kerja keras, bukan hanya kepada mereka yang ingin membebaskan diri dari obesitas; tapi juga kepada kita semua. Bahwa, menjadi langsing dapat dicapai bukan dengan berbaring beberapa jam dimeja operasi. Tidak pula membiarkan diri kelaparan hingga mengalami anoreksia. Melainkan dengan melatih diri melalui tantangan fisik dan mental yang tidak kenal menyerah. Dengan kata lain, perjuangan dalam hidup kita sangatlah berharga. Maka orang-orang yang bersedia untuk terus berjuang, adalah pribadi-pribadi yang berharga.



Dalam episode kali ini, setiap anggota Team Merah dan Team Biru berlomba mengayuh becak sejauh 200 meter bolak balik secara estafet, sementara trainer mereka duduk manis didalamnya. Seperti biasa, sebelum bertanding setiap peserta menyampaikan komentarnya masing-masing. Dan salah satu peserta, Rahmi, mengatakan bahwa dia sangat percaya diri karena dinegaranya dia mengayuh sepeda sejauh 7 kilometer setiap hari. Dia mungkin akan menjadi andalan Team Merah.
Pertandingan baru saja dimulai. Namun, pemenangnya sudah hampir bisa dipastikan, yaitu Team Merah yang setiap invidu didalamnya ternyata lebih terampil mengayuh becak. Team Biru tertinggal jauh di belakang. Dan kini peserta terakhir, Rahmi, mendapat giliran. Disaat kritis itulah keajaiban terjadi. Rahmi yang tadi begitu percaya diri itu panik, sehingga becaknya terperosok keluar jalur. Ketika Rahmi menarik becak itu dari rerumputan, becak Team Biru yang tertinggal jauh sudah berhasil melewatinya. Rahmi semakin panik, sehingga tanpa disadari dia menginjak rantai pengayuh sampai putus. Bisa anda bayangkan betapa berat beban moral yang harus ditanggung oleh Rahmi karena Team Merah akhirnya kalah.
Team Merah, mengingatkan kita untuk menjaga diri dari sifat takabur. Terlebih lagi karena antara rasa percaya diri dan sifat takabur itu seolah hanya dipisahkan oleh sebuah batas yang sangat tipis dan samar-samar. Sehingga kita sering tidak sadar kalau sudah menyeberang dari ranah kepercayaan diri yang positif, ke wilayah sifat takabur yang destruktif. Guru mengaji saya menjelaskan bahwa ketika Tuhan memerintahkan malaikat untuk mengakui kesempurnaan penciptaan manusia, para Iblis membantah-Nya. Iblis berkata; ”Kami lebih baik dari Adam. Engkau menciptakan kami dari api. Sementara Adam Engkau ciptakan dari tanah”.
Rupanya, ada dua aspek mendasar yang membentuk sifat takabur. Pertama, membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan kedua, mengklaim diri sendiri lebih baik dari orang itu. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai kesombongan. Sampai disini, kita bisa mengenali 2 jenis kesombongan, yaitu; kesombongan dihadapan Tuhan, dan kesombongan dihadapan sesama manusia. Dan dari kedua jenis kesombongan itulah sifat takabur muncul. Dengan kata lain kesombongan adalah benih kelahiran sifat takabur.
Bagaimana dengan ’rasa percaya diri’? Dasarnya sama, yaitu; Tuhan telah menciptakan manusia dengan sesempurna-sempurnanya penciptaan. Ketika kita meyakini kesempuranaan penciptaan Tuhan atas diri kita, maka kita tahu bahwa didalam diri kita sudah Tuhan ’lekatkan’ apapun yang kita butuhkan untuk menjalani hidup. Jadi, ketika kita berhadapan dengan apapun, kita selalu yakin untuk dapat menjalaninya dengan baik. Tugas kita hanyalah berupaya menggunakan anugerah Tuhan itu sebaik-baiknya. Dengan kata lain, keyakinan atas firman Tuhan itulah yang menjadi benih lahirnya ’rasa percaya diri’.
Ketika memiliki sikap seperti itu, tiba-tiba saja kita kehilangan hasrat untuk takabur. Karena, saya dan anda, juga mereka; - semua orang - telah diciptakan Tuhan dengan sempurna. Sehingga, masing-masing kita memiliki kesempurnaan dalam definisi Tuhan. Maka, tidak ada lagi ruang untuk mengagung-agungkan diri sendiri sambil menistakan orang lain. Sebaliknya, kita bisa saling mengisi dan berfokus untuk berkarya dengan masing-masing kelebihan yang kita miliki. Dengan begitu, mudah-mudahan kita diijinkan Tuhan untuk mengatakan kepada-Nya: ”Tuhan, sudah kutunaikan tugas yang menjadi bagian ikhtiarku. Sekarang, kugantungkan segenap harapku kepada-Mu.”

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman

Malu Mengeluh

Malu Mengeluh

Pernahkah anda mendengar seseorang mengatakan bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka berkeluh kesah? Saya mendengar itu sudah sangat lama. Mungkin ketika saya masih kecil. Dan sekarang setelah memasuki usia dewasa, saya mendapati bahwa hal itu benar adanya. Kenyataannya, sangat mudah bagi kita untuk mengeluhkan tentang ini dan itu. Kita bisa mengeluh tentang penghasilan. Kita bisa mengeluh tentang pekerjaan. Tentang kesehatan. Tentang atap rumah yang bocor. Tentang jerawat yang membandel. Tentang sariawan akibat bibir tergigit secara tidak sengaja. Bahkan, kita mengeluh karena terlalu banyak hal yang harus kita keluhkan. Lantas, kapan kita akan berhenti mengeluh?
Belum lama ini saya bertemu dengan seseorang yang saya kagumi. Sebenarnya, pertemuan itu dijadwalkan untuk melakukan wawancara supaya saya bisa memahami kebutuhan perusahaan itu akan program pelatihan yang saya fasilitasi. Selama proses wawancara itu, kami merasa mulai akrab satu sama lain, sehingga kami tidak menyadari bahwa sebelumnya kami sama sekali tidak saling mengenal. Oleh karena itu, setelah semua hal yang saya agendakan untuk didiskusikan dalam wawancara itu selesai, ada perasaan aneh yang kami rasakan, yaitu; kami seolah belum ingin berhenti berdiskusi. Walhasil, pembicaraan kami memasuki ’topik’ yang sifatnya lebih personal. Tepatnya, tentang ’konsep diri’ masing-masing. Lebih tepatnya lagi; saya mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan konsep diri beliau. Sebab, saya lebih banyak mengeksplorasi dan mendengar daripada mengemukan pandangan saya sendiri.


Ada begitu banyak pelajaran yang saya dapatkan. Namun, satu hal yang bisa saya paparkan disini adalah tentang pandangan beliau mengenai rasa malu. Rasa malu? Ya, rasa malu. Tetapi, ini bukan rasa malu kita dihadapan sesama manusia. Melainkan rasa malu kepada Tuhan. Hebatnya lagi, orang yang saya kagumi ini mampu menggambarkan pelajaran penting itu dalam sebuah kalimat sederhana. Maaf, bukan kalimat, melainkan sebuah frase yang dibangun oleh dua kata, yaitu;’Malu Mengeluh’.
Jika kita merasa malu untuk berlari-lari dijalanan dengan tubuh tanpa busana, maka kita tidak akan melakukannya. Itu pasti. Kecuali jika kita sudah kehilangan akal sehat; maka apapun tidak akan membuat kita malu. Bayangkan, apa yang terjadi jika seseorang merasa malu untuk mengeluh. Dia malu kepada Tuhan jika harus mengeluh. Lho, bukankah orang bijak menyarankan agar kita mengadukan segala permasalahan yang kita hadapi itu kepada Tuhan? Benar. Namun, mengeluh bukanlah istilah lain dari frase ’mengadukan setiap permasalahan kepada Tuhan’.
Ketika kita mengadukan persoalan hidup kepada Tuhan, kita mengakui bahwa diri ini memang lemah. Dan kita berharap agar Tuhan berkenan untuk memberikan bantuan. Sedangkan mengeluh? Ini beda. Sebab, ketika kita mengeluh kita merasa ada sesuatu yang salah dengan takdir ini. Sehingga, ketika mengeluh sesungguhnya kita seperti menyalahkan nasib atas semua hal yang kita alami. Padahal, ada banyak bukti bahwa keluhan yang kita lontarkan selalu bersumber kepada kurangnya rasa syukur kita atas semua pencapaian yang sudah kita raih. Itulah sebabnya, mengapa ’mengeluh’ itu bukan monopoli orang susah. Orang yang sukses pun sangat terampil mengeluh. Ibaratnya, si A mengeluhkan nasibnya yang tidak sebaik si B. Sebaliknya, si B mengeluhkan takdirnya yang tidak senyaman si A. Anehnya, jika saja si A dan si B saling bertukar posisi; belum tentu mereka akan berhenti mengeluh.
Sahabat baru saya itu bercerita tentang berbagai pencapaian yang pernah diraihnya. Baik pencapaian karir profesionalnya, maupun pencapaian dalam bidang kehidupan lain. Semua itu cukup untuk membuat saya mengagumi semua pencapaian beliau. Tidak banyak orang yang bisa seperti dirinya. Tentu saya tidak bermaksud melebih-lebihkan. Karena kenyataannya manusia memang tidak sempurna. Namun, diantara ketidaksempurnaan itu; ada orang-orang yang amat diberkati. Lalu dia berkata; ”Itulah sebabnya, saya merasa malu untuk mengeluh……”
Saya tersentak mendengar itu. Sebab, kalimat itu benar-benar menohok jantung saya. Memang, tidak ada satu manusia pun yang kehidupannya selalu indah. Sebab, kita percaya bahwa kehidupan itu seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah. Tetapi, orang-orang yang senantiasa berterimakasih atas semua pengalaman diri ketika roda kehidupannya tengah berada diatas; adalah mereka yang tidak hendak menghapus semua keindahan itu dengan kesulitan yang dia hadapi saat roda kehidupan tengah menekannya dibawah.
Ketika kita sungguh-sungguh berterimakasih atas sebuah berkat, maka kita tidak akan mengeluh ketika tengah diuji dengan sebuah situasi sulit. Sebaliknya, kita semakin berterimakasih karena ternyata nikmat yang dulu pernah didapat itu begitu bernilai. Dan ketika kita begitu khusyuknya bersyukur, kita lupa untuk mengeluh. Bahkan, sekalipun kita ingat; kita tidak jadi mengeluh. Karena, kita malu untuk mengeluh. Oleh karenanya, yang terucap dan tertindak tiada lain adalah ungkapan penghargaan atas semua kenikmatan yang telah Tuhan anugerahkan. Sekalipun Tuhan tengah mengujinya, tetapi kita merasa malu mengeluh. Lalu kembali berterima kasih. Duh, betapa santunnya seorang hamba ketika terus berterimakasih, bahkan ketika tengah berada dalam ujian. Pantaslah jika semakin hari, dia semakin disayang oleh Tuhan.
Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman
Natural Intelligence Learning Facilitator

Advanced SQL and named scopes stack with ActiveRecord

If you ever work with rails application that is a little bit more complex then a simple CRUD you would know that some of the ActiveRecord magic doesn't work for complex SQL queries. I am primary talking about named scopes stack feature.

"A New Year, A New Beginning"

"A New Year, A New Beginning"
The old year ends, a new begins
With pages clean and new;
And what is written on each page
will now depend on you.



You can't relive the year that's past,
Erasing every wrong;
For once a year - or day - is spent,
It is forever gone.

But don't give up in dark despair
If you have failed some test;
Seek God's forgiveness and resolve
Henceforth to do your best.

Resolve each precious day to do
Things good and kind and pure;
Though days and years may pass away,
These things shall still endure.

You know not where your path may lead
Nor what's beyond the hill;
But know that God walks at your side,
If you will do His will.

All things are possible with God,
Though days be bright or dim;
So do your best and know that you
Can leave the rest to Him.
- Author Unknown

Pembelajar Kesalahan

Penilaian suatu pekerjaan biasanya dinilai dari hasil suatu pekerjaan. Seringkali yang dinilai adalah kesalahan yang diperbuat, sehingga berdasarkan banyaknya kesalahan maka besarnya nilai akan dipotong dengan jumlah kesalahan.
Tidak pernah kesalahan yang menjadi nilai dari performa pekerjaan. Memang bukan kesalahan yang berulang, tetapi adalah kesalahan baru yang diperbuat. Sebenarnya kesalahan baru yang diperbuat merupakan suatu pelajaran berharga. Beberapa mahasiswa yang pandai, biasanya juga melakukan kesalahan, dengan mencoba mempraktekkan, maka mahasiswa tersebut pasti lebih pandai, dari mereka yang tidak mau mencoba dan melakukan kesalahan.
Kalau kita amati anak kecil, mereka sering melakukan kesalahan. Dimana anak melakukan banyak kesalahan dalam mengucapkan kata-kata. Tetapi mereka tidak malu untuk mengucapkan walaupun salah. Anak kecil akan mendapatkan informasi apa yang benar dari orang tua dan mempraktekannya. Sehingga dengan cepat anak kecil tersebut tahu, kalimat mana yang benar dan yang harus dikatakan.
Begitu pula seorang mahasiswa yang mau melakukan percobaan, maka dia mendapatkan 1 kali pelajaran dari dosen, dan 1 kali pelajaran dari percobaannya. Mahasiswa yang melakukan kesalahan tidak akan mau melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Oleh sebab itu tugas dari dosen, harus dikerjakan sendiri oleh mahasiswa akan sangat berguna bagi mahasiswa itu sendiri. Sehingga pada saat ujian maka kesalahan yang sudah pernah diperbuat tidak akan keluar lagi. Tetapi jika tidak maka saat ujian akan melakukan kesalahan dan tentu saja nilai yang dihasilkan tidak maksimal.


Jika mahasiswa tersebut mengetahui melakukan kesalahan saat ujian maka pada saat bekerja dia akan teringat untuk menjaga agar jangan salah. Jadi yang kita lihat adalah kesalahan pertama yang akan menjadi kita mendapatkan hasil yang baik, bukan kesalahan yang kedua.
Memang semakin banyak kesalahan akan semakin menambah wawasan kita, tetapi kita tidak boleh membuat kesalahan yang sama, itu yang dinamakan pembodohan. Saya mempunyai seorang pembantu yang baru datang dari desa, sebut saja Mbak Dewi. Mbak Dewi adalah orang yang sangat rajin, jujur dan kerja keras. Orang tua Mbak Dewi berasal dari Lampung di suatu desa yang terpencil. Pada minggu pertama bekerja, Mbak Dewi meletakkan sebuah gantungan baju di atas lemari es. Karena di rumah saya, ada seorang anak yang berumur 3 tahun, maka lemari es itu akan dibuka dan ditutup oleh anak saya.
Hal ini menyebabkan lemari es tersebut tidak dapat di tutup secara rapat, karena terganjal oleh gantungan baju tersebut. Keluarga saya tidak ada yang mengetahui keadaan lemari es bahwa pintu tidak tertutup rapat. Sehingga setelah beberapa hari lemari es tidak dingin, kemudian diketahui oleh saya bahwa lemari es tersebut tidak tertutup rapat selama beberapa hari. Pada saat itu, saya marah dan jengkel, tetapi akhirnya saya bisa mengendalikan diri. Saya tidak jadi memarahi Mbak Dewi dan saya biarkan saja. Saya saat itu berpikir, bahwa saya sudah membayar gaji 2 kali pada saat itu. Satu adalah gaji bulanan, dan satu lagi adalah biaya pelatihan dengan meletakkan gantungan dan sudah merusakan lemari es dan terpaksa saya memanggil teknisi lemari es.
Dengan mendapatkan pengalaman tsb, Mbak Dewi semakin lama semakin baik, tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kali. Sehingga keluarga saya beruntung mendapatkan pembantu yang berpengalaman, rajin, jujur dan suka bekerja keras. Seandainya saya marah saat itu, kemudian menyebabkan Mbak Dewi keluar, maka kerugian ada di keluarga saya, yang pertama keluarga saya sudah memberikan pelatihan yang mahal, yang kedua keluarga lain yang menerima Mbak Dewi akan mendapatkan pembantu yang sudah berpengalaman mahal, ketiga pembantu pengganti Mbak Dewi harus saya ajari lagi, ke empat waktu pelatihan induksi terbuang percuma.
Sebenarnya di dunia pekerjaan juga sama, tetapi seorang manager jarang sekali menanyai karyawan kesalahan apa yang pernah diperbuat. Sebenarnya seorang manajer jika memperoleh masukkan mengenai kesalahan yang diperbuat oleh karyawan, maka manajer tersebut memperoleh banyak pengalaman yang tidak dialaminya, tetapi dialami oleh karyawan.
Karyawan akan semakin mau mencari dan mencoba hal-hal baru dan hasilnya karyawan akan semakin memiliki banyak inovasi. Sehingga manajer tersebut bisa memperdalam ilmunya dengan cepat, mempunyai pengalaman yang banyak, dan tidak akan mengulanginya lagi. Semakin seseorang melakukan kesalahan, maka semakin kreativ orang itu. Mereka mau belajar banyak, mau mencoba banyak hal.
Tetapi jika kita belajar jangan sampai hal ini terjadi yaitu : Kesalahan yang sama diulang untuk yang kedua atau ketiga kalinya. Ini nama yang disebut pembodohan bukan pembelajaran.

Oleh : Agus Putranto, S.Kom, MT, MSc
aputra@binus.edueXcellent Centre in E-Learning Bina Nusantara


Membuka Kunci Kekuatan Perbaikan Diri

Membuka Kunci Kekuatan Perbaikan Diri

“Setiap perubahan, meskipun untuk menuju hal yang lebih baik, selalu diiringi oleh keberatan dan kegelisahan.” Arnold Bennett (1867-1931), pujangga dan novelis asal Inggris
Pengalaman pahit menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan kita, misalnya tidak dihargai, dilecehkan, difitnah, disakiti, gagal, dan lain sebagainya. Namun pengalaman terpahit sekalipun dapat menjadi titik tolak mencapai puncak kejayaan dan kebahagiaan jika kita memiliki kekuatan memperbaiki diri terus menerus. Alangkah besar keuntungan yang dapat kita peroleh jika kita mampu membuka kunci kekuatan tersebut.
Salah satu manfaat jika kita selalu memperbaiki diri adalah mampu mengantisipasi kejadian buruk menimpa kita. Bukankah lebih menguntungkan seandainya kita terus mencoba mengurangi kebiasaan makan berlebih sebelum obesitas, berhenti merokok sebelum terserang sakit stroke, atau kebiasaan buruk lainnya sebelum sakit, dibenci orang dan bangkrut? Dengan terus memperbaiki diri, keadaan kita sudah siap atau bahkan lebih baik, ketika muncul sinyal segala sesuatu menjadi sulit.
Kekuatan memperbaiki diri akan membantu kita menyesuaikan diri dengan perubahan terkecil sekalipun, sehingga tidak sampai terjerembab dalam kesulitan yang lebih besar. Ibaratnya, seekor katak mungkin langsung melompat keluar jika dimasukkan kedalam air panas. Tetapi mungkin ia akan terjebak dalam tungku air dan mati terbunuh jika perubahan suhu dalam air naik perlahan sampai di titik didih. Artinya, kita tidak akan tergilas oleh perubahan yang terus berlangsung jika kita terus memperbaiki diri.



Memperbaiki diri akan memberi kita rasa percaya diri dan nyaman dengan keadaan diri sendiri. Mungkin bila kita melihat seorang pengusaha muda atau artis sukses berharap dapat bertukar posisi dengannya. Padahal belum tentu mereka merasa nyaman dengan keadaan mereka sendiri. Artinya kita tidak akan menderita karena kekurangan zat kepercayaan diri dan harapan, jika mempunyai kekuatan atau usaha memperbaiki diri terus menerus.
Di dalam kehidupan ini kita akan terus mengalami naik dan turun. Namun setiap perubahan itu akan terasa menyakitkan jika kita mengabaikan keharusan untuk terus berbenah. Walaupun kemampuan memperbaiki diri sulit dimiliki, tetapi beberapa tips berikut ini mungkin dapat membantu kita membuka kunci kekuatan perbaikan diri.
Pertama adalah milikilah cita-cita dan komitmen untuk mencapainya, sebab cita-cita akan menjadi daya atau semangat juang Anda. Sehingga Anda tidak segan memperbaiki kemampuan dan pengetahuan untuk dapat meraih cita-cita tersebut. Hidup tanpa visi laksana berlayar tanpa tujuan, terasa hampa dan hidup ini sama sekali tak berguna
Sementara itu Anda juga harus yakin pada visi Anda. Mengutip kata Pablo Picasso, seorang pelukis asal Spanyol, “Sesuatu yang dapat kamu bayangkan adalah nyata.” Sehingga bila Anda yakin, maka Anda tidak mudah menyerah melakukan tindakan-tindakan positif agar visi Anda segera tercapai, misalnya; ingin langsing dengan rajin olah raga, ingin pintar dengan rajin membaca, ingin lebih dermawan dan dicintai banyak orang dengan membantu lebih banyak sesama, ingin lebih sukses dengan berusaha lebih keras dan lain sebagainya.
Syarat lain untuk dapat membuka kunci perbaikan diri adalah kegigihan. Jadi jangan mudah menyerah ketika menghadapi banyak tantangan atau selalu menghadapi kegagalan. Kegigihan akan mendorong Anda untuk memperbaiki diri terus menerus. Seiring dengan kualitas personal dan profesional Anda yang lebih baik, maka suatu saat tujuan Anda pasti tercapai.
Kunci kekuatan memperbaiki diri adalah mencintai diri sendiri, sebab masing-masing diantara kita pasti memiliki kelebihan. Disamping itu masing-masing diantara kita juga memiliki keunikan tersendiri, sebab tidak seorangpun di dunia ini yang sama persis segala-galanya. Lupakanlah keinginan untuk menjadi orang lain, dengan meningkatkan kualitas, kemampuan, dan kebaikan. Dengan begitu, kekurangan kita tak akan lebih menonjol dibandingkan prestasi, kontribusi, dan kemampuan yang kita miliki.
Masih banyak lagi cara untuk membuka kunci kekuatan perbaikan diri. Namun yang terpenting adalah motivasilah diri Anda untuk terus melakukan perbaikan, sebab perubahan besar akan selalu berawal dari dalam diri sendiri. Ketika Anda sudah menikmati setiap proses memperbaiki diri, berarti Anda juga telah memiliki kemampuan menjadikan segala sesuatu indah, membanggakan, dan membahagiakan.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku bestseller. Kunjungi websitenya di: www.andrewho-uol.com

The Blind Side: Evolution Of A Game

The Blind Side: Evolution Of A Game
Film ini baru saja menggusur New Moon dari tahta Box Office minggu ini. Ada apa dengan the Blind Side? Film ini nggak cuma ditopang oleh performance dari Sandra Bullock tetapi dengan kekuatan ceritanya mampu menarik hati para penonton.Film yang dibintangi aktris Sandra Bullock dan penyanyi Tim McGraw, menggambarkan kronikel yang membangkitkan semangat, kisah nyata dari seorang gelandangan Michael Oher dalam perjuangannya yang menyakitkan untuk menjadi orang kaya di Baltimore Raven.


Film ini (diangkat dari buku berjudul sama karangan Michael Lewis) menggambarkan kisah nyata yang luar bisa dari  Michael Oher, seorang anak keturunan African-American yang tuna wisma dan sebelumnya berasal dari  keluarga broken home. Anak ini diadopsi oleh keluarga  Touhys, pasangan keluarga yang kaya yang ingin membantu anak ini mencapai potensi hidupnya. Di saat yang sama kehadiran Oher membuat keluarga ini menjadi penasaran untuk mencari asal usulnya.  Hidup dalam lingkungan yang baru membuat anak remaja ini juga menghadapi sederetan tantangan yang harus ditaklukan. Sebagai seorang pemain football dan pelajar dia bekerja keras dan dengan bantuan pelatih dan keluarga yang mengadopsinya terutama dari Ibu angkatnya yang penuh kasihdan selalu mendorongnya untuk maju, akhirnya dia menjadi seorang pemain NFL  untuk the Baltimore Ravens.

Sandra Bullock yang berperan sebagai Leigh Anne Tuohy mengomentari bahwa perjumpaannya denganMrs. Tuohy menunjukkan bahwa masih ada orang Kristen yang benar-benar menjalani imannya. Bullock mengatakan bahwa dia berterima kasih kepada Mrs. Tuohy yang adalah anggota Grace Evangelical Church di Memphis. Mengenal Mrs. Tuohy ini kata sang aktris, menunjukan bahwa iman itu benar-benar otentik. "Dia begitu terbuka, jujur dan berpandangan ke depan". Saya merasa pada akhirnya saya bertemu seserang yang mempraktekkan kekristenan itu tapi tidak dengan berkhotbah. "


Sandra Bullock ( 'The Blind Side') Bullock mengakui bahwa pandangannya berubah semenjak dia bertemu Leigh Anne Tuohy. Dia tidak sepeerti orang Kristen yang saya kenal, yang hanya menggunakan tameng saja tetapi kemudian tidak melakukan hal yang benar.  Bullock sebelumnya sempat berpikir sebelum dia bertemu dengan Tuohys. "Jangan beri saya kuliah tentang bagaimana menjalani hidup ketika aku tahu aku cukup baik manusia," kata aktris. "Saya mungkin tidak pergi ke gereja setiap hari, tapi aku tahu aku melakukan hal yang benar atau mencoba ... apa kamu lebih baik daripada aku?" Akhirnya Bullock mengakui, "saya akhirnya bertemu dengan orang yang benar-benar menjalani imannya dengan sungguh-sungguh. "
Leigh Anne Tuohy mengatakan dia berharap The Blind Side mengilhami lebih banyak orang untuk membantu orang lain. "Anda tidak perlu pergi dan membawa anak ke rumah Anda - bukan itu yang diminta," kata Tuohy. "Tapi kau bisa melakukan sesuatu - semua orang mampu melakukan sesuatu. Jadi, apa pun itu, lakukanlah  dengan baik. Make a difference." 




Ada komentar menarik dari pengamat film yang mengatakan bahwa ketika anda menonton film ini anda tidak hanya akan menemukan Mike tapi anda juga akan menemukan keluarga Tuohy yang penuh iman  dan ketulusan.

Vim as IDE - new development era for me

I was using Vim to do the minor editing in config files for ages. Vim is advanced on basic navigation and editing operations. However I was always prefer IDE for programming because of it's specific to language navigation('go to definition' feature is awesome!), integrated debugger. But while gaining the experience I noticed that all advanced features began to be less important then basic ones. And you should try Vim if you feel the same.

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

Ada lagi versi pahlawan yang sebenarnya tidak pake topeng apa-apa, tapi dalam aksinya justru jadi pahlawan bertopeng. Nah, bingung khan? Anda pernah ketemu pahlawan jenis ini? Dia wajahnya nggak ada topeng atau nggak pake topeng sama sekali, asli loh. Tapi kenapa jadi pahlawan bertopeng ya? Sekilas penampilannya sangat meyakinkan dengan tampilan bak pahlawan baik ekpresi maupun aksinya, wuih pokoknya penampilannya keren. Dia berlagak pahlawan atau lebih tepatnya bertopengkan pahlawan tetapi sejatinya bukan pahlawan.


Pahlawan bertopeng ini aktingnya sangat ciamik. Dia seolah-olah hadir tepat pada saat dibutuhkan. Dia selalu menawarkan pertolongan dan seakan-akan hadir untuk menjadi ‘jawaban’ atau ‘solusi’. Dengan senyum dan ekspresi,”Ada yang perlu saya Bantu? Jangan kuatir, ada saya”, dia mencari-cari orang yang sekiranya akan membutuhkan bantuannya. Dengan sigap dan cepat dia menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan kemampuannya untuk membuat kagum atau mengesankan orang. Empati dan simpati selalu mengalir dari dirinya untuk sesama.

Pahlawan bertopeng ini juga pandai mencari-cari dan menciptakan kesempatan. Dia pandai menciptakan event di mana dia akan memainkan peranannya. Dia selalu muncul dalam project berskala besar karena menurutnya hanya dialah yang kompeten dan orang pasti akan membutuhkannya. Sekilas nampaknya benar, dia teramat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dia akan nampak sibuk dengan berbagai agenda yang diciptkannya dan mengesankan dia adalah orang yan sibuk dan pekerja keras. Sampai di sini orang berdecak kagum, ck, ck ck, ruar biaza. Dahsyat deh pokognya. Dia lalu menjadi objek atau sorotan media lokal dan pujian serta sanjunganpun mengalir. Dia menikmati semua popularitas dan kesenangan serta sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Dia puas dan bangga karena dia merasa bahwa dialah yang menjadi tokoh kunci atau yang menjadi pahlawan sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan sukses.

Tapi tunggu dulu, saat kedoknya terbuka ternyata senyum itu mengandung muatan kelicikan. Ada udang di balik senyum.... Penampilannya sih baik tapi ternyata dalamnya siapa tahu? Senyuman itu memerangkap mangsanya agar mereka terjebak dan masuk ke dalam project dan agenda dari sang pahlawan bertopeng. Loh, bukannya dia siap menolong? Ya dia sih nampaknya selalu jadi pionir tapi hanya mengawali saja karena setelah itu dia langsung mengalihkan kepada orang lain. Dia akan menolong dengan melimpahkan beban dan tugas yang ajubila, luar biasa dan dahsyat kepada orang lain. Dia akan menolong agar orang lain tidak kelihatan menganggur atau kehilangan aktifitas. Dia akan menambah dengan aktifitas ekstra sehingga aktifitaspun akan semakin padat dan merayap. Pahlawan bertopeng ini juga seolah-olah sibuk dengan segala sesuatunya. Ya betul, dia sok sibuk atau sibuk mendelegasikan segala sesuatu kepada orang lain dan tinggal menunggu laporan : “Mana? Mana?”. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasinya akan sangat berbahaya, dia bisa murka bak singa ompong yang kelaparan.

Motif pahlawan seperti ini pada akhirnya akan tersingkapkan. Motifnya bukanlah motif yang murni dan benar tapi dilandasi kelicikan, kemunafikan dan penuh tipu daya. Motifnya bukanlah untuk menolong dan berkorban tapi merongrong dan mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai. Popularitas dan nama baik serta pujian publik dan pujian atasan itulah yang mau diraihnya. Metode klasiknya seperti ini, ujung-ujungnya kalau orang lain sudah mengerjakan dengan baik maka dia akan dengan bangganya mengklaim, siapa dulu? Saya, githu loh. Pada akhirnya dialah yang menerima sanjungan (atau mencari sanjungan?). Dia menebarkan senyum kemenangan, senyum seorang pahlawan tapi bertopeng. Mengaku-ngaku pahlawan tapi sesungguhnya pahlawan bertopeng. Pahlawan bertopeng itu ibarat serigala berbulu domba. Ibarat muka domba tapi buntut buaya….Begh.....

Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa

Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa

    Amsal 14: 33 Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati orang bebal. Amsal 14: 34 Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.

     Ada suatu ungkapan yang mengatakan bahwa "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Dalam konteks masa kini kayaknya ungkapan yang paling relevan adalah: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menjunjung tinggi kebenaran". Kebesaran suatu bangsa bukanlah terletak pada seberapa maju teknologinya atau seberapa besar armadanya tetapi kebesaran suatu bangsa terletak pada bagaimana bangsa itu mulai dari pemimpin sampai rakyatnya menegakkan dan menjunjung kebenaran. Mungkin terlalu idealis tetapi hikmat Salomo menyatakan dengan jelas bahwa kebenaranlah yang meninggikan derajat bangsa, bukan yang lain! Terjemahan lain memakai istilah keadilan dan kebaikan. Kalau kebenaran, keadilan dan kebaikan sungguh-sungguh diupayakan maka noda atau aib itu tidak akan membesar dan menjalar. Tapi kalau dibiarkan maka noda itu akan semakin mencoreng dan membuat carut marut  wajah bangsa, mau dibawa ke mana muka bangsa seperti ini? Ke laut aja kali sambil nyanyi, nenek moyangku orang pelaut, ha ha
     Dalam tulisannya, Amsal suka membandingkan antara orang yang bijaksana dengan orang yang bodoh atau bebal. Orang bodoh dalam Amsal bukanlah bodoh secara knowledge, mereka justru pintar dan punya pengetahuan tetapi hati mereka bebal. Bebal berarti mereka sudah tumpul terhadap kebenaran. Mereka jelas tahu tapi hati mereka sudah tidak peka dan mereka meremehkan kebenaran. Ini kata Amsal merupakan aib atau noda bangsa. Berawal dari kebebalan maka hal ini akan merusak dan menodai kehidupan bangsa. Kebebalan membuat orang akan memutarbalikkan kebenaran dan keadilan bahkan menjungkirkannya. Awas...
      Sebagai bangsa yang besar secara geografis dan dari jumlah penduduk maka amatlah ironis kalau saat ini kita mengalami degradasi kebenaran yang terlihat dari penyelesaian kasus-kasus kelas kakap dan masih terus berlarut.  Ketidakpuasan terhadap penegakan hukum dan keadilan mulai didigemakan secara vokal. Masalah di negara kita memang sangat kompleks dan sulit diurai dari dulu ampe sekarang. Krisis integritas, hilangnya kepercayaan dan terlebih lagi kebenaran di tingkat elit. Kebenarannya, mana? mana? Hikmat Salomo menegaskan bahwa hanya kebenaranlah yang meninggikan derajat bangsa. Derajat bangsa kita saat ini mengalami degradasi dan semakin tercoreng karena ulah dari orang-orang yang merekayasa fakta dan memutarbalikkan kebenaran. Esensi dari semua kompleksitas masalah di negara kita adalah berakar dari pudarnya kebenaran digantikan oleh berbagai tipu daya dan sandiwara.
     Kebenaran menjadi  barang langka saat ini, dikalahkan oleh berbagai rupa-rupa rekayasa dan pemutarbalikan keadilan dan hukum. Hukum dan keadilan saat ini menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, bisa ditawar-tawar dan dinegosiasikan. Moto atau semboyan,"Mengembalikan derajat bangsa" tampaknya hanya menjadi slogan tanpa makna atau retorika politik saja kalau tidak disertai kesungguh-sungguhan untuk melaksanakannya secara konsisten. 

      Saya cuma mikir, bangsa kita saat ini sebenarnya membutuhkan pahlawan-pahlawan di tingkat atas yang berjuang membela kebenaran dan lebih tajam lagi yaitu figur pemimpin yang berani membela kebenaran.  Pahlawan kebenaran yang berada di bawahnya harus berjuang dengan susah payah dan karena itu membutuhkan dukunghan dari atas. Pemimpin yang dirindukan adalah pemimpin yang mampu meretas benang kusut rekayasa dan berbagai mafia yang terus bergentanyangan karena tak pernah terungkap.  Bangsa kita saat ini membutuhkan pahlawan-pahlawan model seperti ini. Jelas figur ini harus berasal dari atas (maksudnya dari pimpinan di negara ini) sehingga bisa menjadi teladan dan mampu melindungi pejuang-pejuang kebenaran yang kecil. Masalahnya kalau pejuang-pejuang kebenaran seperti cicak tidak dinaungi lalu mereka akan dinaungi siapa?
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design