Showing posts with label The Masker. Show all posts
Showing posts with label The Masker. Show all posts

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

Ada lagi versi pahlawan yang sebenarnya tidak pake topeng apa-apa, tapi dalam aksinya justru jadi pahlawan bertopeng. Nah, bingung khan? Anda pernah ketemu pahlawan jenis ini? Dia wajahnya nggak ada topeng atau nggak pake topeng sama sekali, asli loh. Tapi kenapa jadi pahlawan bertopeng ya? Sekilas penampilannya sangat meyakinkan dengan tampilan bak pahlawan baik ekpresi maupun aksinya, wuih pokoknya penampilannya keren. Dia berlagak pahlawan atau lebih tepatnya bertopengkan pahlawan tetapi sejatinya bukan pahlawan.


Pahlawan bertopeng ini aktingnya sangat ciamik. Dia seolah-olah hadir tepat pada saat dibutuhkan. Dia selalu menawarkan pertolongan dan seakan-akan hadir untuk menjadi ‘jawaban’ atau ‘solusi’. Dengan senyum dan ekspresi,”Ada yang perlu saya Bantu? Jangan kuatir, ada saya”, dia mencari-cari orang yang sekiranya akan membutuhkan bantuannya. Dengan sigap dan cepat dia menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan kemampuannya untuk membuat kagum atau mengesankan orang. Empati dan simpati selalu mengalir dari dirinya untuk sesama.

Pahlawan bertopeng ini juga pandai mencari-cari dan menciptakan kesempatan. Dia pandai menciptakan event di mana dia akan memainkan peranannya. Dia selalu muncul dalam project berskala besar karena menurutnya hanya dialah yang kompeten dan orang pasti akan membutuhkannya. Sekilas nampaknya benar, dia teramat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dia akan nampak sibuk dengan berbagai agenda yang diciptkannya dan mengesankan dia adalah orang yan sibuk dan pekerja keras. Sampai di sini orang berdecak kagum, ck, ck ck, ruar biaza. Dahsyat deh pokognya. Dia lalu menjadi objek atau sorotan media lokal dan pujian serta sanjunganpun mengalir. Dia menikmati semua popularitas dan kesenangan serta sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Dia puas dan bangga karena dia merasa bahwa dialah yang menjadi tokoh kunci atau yang menjadi pahlawan sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan sukses.

Tapi tunggu dulu, saat kedoknya terbuka ternyata senyum itu mengandung muatan kelicikan. Ada udang di balik senyum.... Penampilannya sih baik tapi ternyata dalamnya siapa tahu? Senyuman itu memerangkap mangsanya agar mereka terjebak dan masuk ke dalam project dan agenda dari sang pahlawan bertopeng. Loh, bukannya dia siap menolong? Ya dia sih nampaknya selalu jadi pionir tapi hanya mengawali saja karena setelah itu dia langsung mengalihkan kepada orang lain. Dia akan menolong dengan melimpahkan beban dan tugas yang ajubila, luar biasa dan dahsyat kepada orang lain. Dia akan menolong agar orang lain tidak kelihatan menganggur atau kehilangan aktifitas. Dia akan menambah dengan aktifitas ekstra sehingga aktifitaspun akan semakin padat dan merayap. Pahlawan bertopeng ini juga seolah-olah sibuk dengan segala sesuatunya. Ya betul, dia sok sibuk atau sibuk mendelegasikan segala sesuatu kepada orang lain dan tinggal menunggu laporan : “Mana? Mana?”. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasinya akan sangat berbahaya, dia bisa murka bak singa ompong yang kelaparan.

Motif pahlawan seperti ini pada akhirnya akan tersingkapkan. Motifnya bukanlah motif yang murni dan benar tapi dilandasi kelicikan, kemunafikan dan penuh tipu daya. Motifnya bukanlah untuk menolong dan berkorban tapi merongrong dan mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai. Popularitas dan nama baik serta pujian publik dan pujian atasan itulah yang mau diraihnya. Metode klasiknya seperti ini, ujung-ujungnya kalau orang lain sudah mengerjakan dengan baik maka dia akan dengan bangganya mengklaim, siapa dulu? Saya, githu loh. Pada akhirnya dialah yang menerima sanjungan (atau mencari sanjungan?). Dia menebarkan senyum kemenangan, senyum seorang pahlawan tapi bertopeng. Mengaku-ngaku pahlawan tapi sesungguhnya pahlawan bertopeng. Pahlawan bertopeng itu ibarat serigala berbulu domba. Ibarat muka domba tapi buntut buaya….Begh.....

The Masker : Pahlawan Bertopeng

The Masker : Pahlawan Bertopeng

Pahlawan bertopeng, adalah sosok pahlawan yang pake topeng dalam menjalankan aksinya (ya iyalah). Mereka adalah penolong sesama dan pembela kebenaran. Lalu kenapa pake topeng? Biasanya untuk menutupi dirinya agar terkesan misterius dan membuat penasaran. Ada lagi yang pake topeng untuk membuat penampilan semakin keren dan cool. Tetapi sejatinya pahlawan bertopeng adalah pahlawan yang sengaja menyembunyikan identitas dirinya atau menutupi dirinya karena dia tidak ingin menonjolkan dirinya sendiri. Dia tidak mau pamer atau menunjukkan sosok sesungguhnya.
     Kecenderungan orang pada masa kini dalam melakukan aksinya ingin dilihat dan diketahui orang banyak. Bahkan dalam kegiatan sosial dibuat sedemikian rupa agar sosok pahlawan itu benar-benar menjadi sorotan. Lalu apa yang dicari pahlawan seperti ini? Publisitas media dan popularitaslah yang menjadi tujuan. Aksi kemanusiaan itu hanya sarana agar mendapat nama dan pujian serta simpati publik. Inilah yang namanya pahlawan kesiangan. Mereka mungkin punya media sendiri, punya web sendiri, punya juro kamera dan wartawan sendiri yang mengekor ke mana sang pahlawan itu beraksi. Hal seperti ini marak terjadi pada waktu pemilihan caleg dan kampanyenya juga amat menyolok. Tetapi setelah terpilih dan nggak terpilih, ke mana gerangan para pahlawan ini?
     Pahlawan bertopeng tidaklah demikian. Sosoknya seringkali tidak terdeteksi. Dia menghindari publisitas murahan. Dia berusaha menolong dan membantu dengan tulus hati tanpa ada embel-embel tertentu dan keinginan untuk mendongkrak popularitas. Nama dan ketenaran tidak dicarinya. Yang dicarinya adalah orang-orang yang membutuhkan pertolongan, bukan berita utama, wartawan elektronik dan video klip yang menonjolkan dirinya. Pahlawan bertopeng itu tidak mau pamer dirinya, kekayaannya atau popularitasnya. Dia tidak mau pamer cincinnya, kedudukannya, gelarnya atau pangkatnya.
     Pahlawan bertopeng ini sangatlah langka karena mereka menolak kalau diekspos di media. Makanya jumlah mereka sangat sedikit. Mereka memberi secara diam-diam dan seringkali mereka dislahpahami. Kelihatan mereka tidak mau menonjolkan dirinya makanya dianggap tidak mau menolong dan membantu. tapi mereka punya agenda dan aksi yang jelas. Mereka punya target dan mereka bukan tipe pahlawan yang banyak bicara. Mereka tidak pamer berapa jumlah sumbangan mereka. Mereka tidak pamer segala aksi dan kegiatan kemanusiaan yang mereka sudah lakukan. Mereka menutup diri terhadap publikasi atas segala kegiatannya tetapi mereka sangat tyerbuka kalau dimintai tolong. Mereka selalu sedia dan mengulurkan tangan tanpa prosedur yang berbelit-belit. Tak pandang bulu, tempat dan golongan, dan tanpa sorotan kamerapun mereka ttepa menjalankan aksinya.
     Pahlawan ini antara ada dan tiada. Seolah hanya fiksi belaka tetapi eksistensi mereka sebenarnya ada. Hanya mereka lagi-lagi tidak mau menonjolkan diri. Mereka diam-diam beraksi tapi aksi mereka nyata. Mereka bersembunyi dan menyembunyikan identitas karena yang mereka utamakan adalah orang yang membutuhkan pertolongan. Bagi mereka pelayanan bukanlah entertainment diri mereka dan akhirnya mengeksploitasi aksi itu untuk mendongkrak popularitas. Tujuan mereka hanyalah menolong. Itu saja.

The Masker : Pakai Dulu Maskermu (lut)

The Masker : Pakai Dulu Maskermu (lut)


Nah, pemandangan orang mengenakan masker mulut seperti ini sudah tidak asing lagi bagi kita karena semenjak wabah swine flu, tadinya bird flu, membuat orang menjadi makin berjaga-jaga alias waspada. Sebagian besar orang mungkin mau pake tapi merasa kurang nyaman atau nggak mau keluar duit seperti saya. (Bayangkan masker berkualitas saja, yang benar-benar anti swine flu harganya 15.000 rupiah). Wah bisa bangkrut nih hanya gara-gara masker. Bisa makan masker saya, ha-ha-ha. Jadinya karena tidak ada masker, kalau pas ada orang batuk-batuk atau bersin di depan saya, saya pakai jaket buat nutupin mulut. Sebenarnya masker itu ada fungsi lain loh, untuk menutupi sesuatu dari mulut kita. Itu tuh, kalau belum gosok gigi atau ada bau mulut yang menyengat ( bau pete, bau duren dll) maka tidak akan ketahuan, tapi kalau dibuka, bisa bikin orang pingsan…..

Minggu yang lalu di deretan depan tempat duduk busway alias bisa Tranjakarta, saya melihat ada tiga wanita pakai masker, sedangkan ada satu orang lagi pakai sapu tangan. Saya lihat ada masker yang berwarna pink, nggak seperti masker lain yang ijo melulu. Saya tidak meberanikan diri bertanya kepada dia atau orang yang bermasker tersebut dengan empat alasan kuat:
1. Mereka lagi pake masker,
2. Saya nggak kenal mereka
3. Mereka lagi merem alias tidur (karena masih pagi buta dikit alias jam setengah
enam kurang).
4. Jangan-jangan mereka lagi sakit, he he he.

Nah, saat melihat pemandangan masker ini saya jadi berpikir-pikir. Sebenarnya masker itu ada manfaat lain. Belakangan ini di negara kita banyak terjadi kesimpangsiuran informasi. Beberapa kali terjadi salah statement semenjak kampanye caleg, kampanye pilpres dan cawapres sampai pemberitaan mengenai aksi Densus 88 Anti Teror belum lama ini, terjadi salah informasi alias salah ngomong dan merembet ke banyak orang. (kalau dirunut ke belakang lebih buanyyak lagi).
Salah ngomong ini melibatkan mulai dari politisi, presenter, bahkan tak luput Presiden kita pun (ini kata para pengamat loh) juga salah ngomong berkaitan dengan reaksinya atas peristiwa di Kuningan. Bahkan rakyat biasa termasuk saya pun jadi ikut salah ngomong karena jadi ikut-ikutan apa kata presenter dari chanel TV yang memberitakan tentang aksi Densus 88 Anti Teror. Saya tedinya percaya mengingat chanel TV-nya cukup bisa dipercaya dan chanelnya adalah chanel news. Ternyata nggak jadi jaminan juga dan jadi salah deh. Anda juga, bukan? Ya, kenyataannya kita semua kecele khan, karena ternyata apa yang dikatakan bertentangan dengan bukti yang ada.
Akibat dari salah ngomong jelas bisa menimbulkan dampak berikut ini : keresahan, kebingungan, demonstrasi, bahkan bisa mengarah kepada pembohongan publik.
Saya jadi melihat betapa urgennya pemakaian masker mulut ini untuk menghindari salah ngomong atau untuk mencegah hal-hal yang kotor keluar dan merusak suasana. Kalau pakai masker paling tidak akan menahan atau menyaring apa yang akan keluar dari mulut kita. Jadi kalau masker biasa, mencegah apa yang dari luar masuk. Maka masker ini justru mencegah apa yang dari dalam ke luar.

Pentingnya memakai masker dan manfaatnya berikut ini adalah:

1. Untuk menghindari salah informasi. Pemberitaan yang tidak dicek dan re-cek dulu atau tanpa bukti dan dikritisi dulu akan membuat penonton senang tapi cuma untuk sesaat. Setelah itu penonton kecewa karena infonya salah. Lama-lama penonton bisa jadi skeptis dan tidak mudah percaya lagi.

2. Untuk menghindari janji-janji palsu dan pembohongan publik. Waktu kampanye, suara-suara dari para politisi begitu merdu dan enak didengar ketika menyampaikan janji-janji politiknya. Tetapi seperti biasa, cuma sekedar obral janji yang tanpa bukti. Daripada kebanyakan janji, mending tutup mulut untuk sementara. Kalau mau dilaksanakan dan komit terhadap janjinya, baru ngomong. Begitu pula dalam pelaporan dan pertanggungjawaban kepada rakyat jangan sampai terjadi pemolesan yang menutupi keadaan sebenarnya yang masih ada borok, bolong atau kelemahan.

3. Untuk menciptakan suasana yang damai dan kondusif. Pernyataan-penyataan yang sifatnya melempar tanggung jawab, menyalahkan pihak lain dan mendiskreditkan atas nama SARA jelas akan menimbulkan suasana panas dan emosi mengejolak. So, perlun menahan diri dan kalau ngomong, hendaknya perkataannya yang membangun dan memotivasi.

4. Untuk menciptakan relasi lebih harmonis. Coba kalau ada masalah dan kita mengumbar kemarahan dan emosi dengan menyindir, mengejek, memaki-maki atau bersumpah serapah. Lebih parah lagi kalau pake kutuk. (Wah, don't try this at home and anywhere). Bisa celaka tiga belas ribu... Bisa menjadi prahara rumah tangga dan kiamat dalam keluarga. Berapa banyak aksi KDRT atau kekerasan dalam keluarga berawal dari mulut yang tidak dikendalikan?

Perkenalkan The Masker :Masker Pengendali Mulut!
Nah, sudah jelas ya betapa masker mulut dibutuhkan oleh kita apalagi negara kita jumlah penduduknya sangat banyak. Kalau salah ngomong, maka rakyat yang tertipu jumlahnya banyak. Karena itu masker mulut perlu dikenakan untuk sementara. Sekali lagi, untuk sementara. Kalau mahal, sebenarnya nggak perlu beli dan ini cara paling mudah, mudah dan meriah. Cukup dengan pengendalian mulut alias menahan diri. Masker Pengendali Mulut namanya. Pengendalian mulut diawali dengan pengendalian hati dan pikiran dulu. So, pakai dulu maskermu...
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design