Ada lagi versi pahlawan yang sebenarnya tidak pake topeng apa-apa, tapi dalam aksinya justru jadi pahlawan bertopeng. Nah, bingung khan? Anda pernah ketemu pahlawan jenis ini? Dia wajahnya nggak ada topeng atau nggak pake topeng sama sekali, asli loh. Tapi kenapa jadi pahlawan bertopeng ya? Sekilas penampilannya sangat meyakinkan dengan tampilan bak pahlawan baik ekpresi maupun aksinya, wuih pokoknya penampilannya keren. Dia berlagak pahlawan atau lebih tepatnya bertopengkan pahlawan tetapi sejatinya bukan pahlawan.
Pahlawan bertopeng ini aktingnya sangat ciamik. Dia seolah-olah hadir tepat pada saat dibutuhkan. Dia selalu menawarkan pertolongan dan seakan-akan hadir untuk menjadi ‘jawaban’ atau ‘solusi’. Dengan senyum dan ekspresi,”Ada yang perlu saya Bantu? Jangan kuatir, ada saya”, dia mencari-cari orang yang sekiranya akan membutuhkan bantuannya. Dengan sigap dan cepat dia menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan kemampuannya untuk membuat kagum atau mengesankan orang. Empati dan simpati selalu mengalir dari dirinya untuk sesama.
Pahlawan bertopeng ini juga pandai mencari-cari dan menciptakan kesempatan. Dia pandai menciptakan event di mana dia akan memainkan peranannya. Dia selalu muncul dalam project berskala besar karena menurutnya hanya dialah yang kompeten dan orang pasti akan membutuhkannya. Sekilas nampaknya benar, dia teramat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dia akan nampak sibuk dengan berbagai agenda yang diciptkannya dan mengesankan dia adalah orang yan sibuk dan pekerja keras. Sampai di sini orang berdecak kagum, ck, ck ck, ruar biaza. Dahsyat deh pokognya. Dia lalu menjadi objek atau sorotan media lokal dan pujian serta sanjunganpun mengalir. Dia menikmati semua popularitas dan kesenangan serta sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Dia puas dan bangga karena dia merasa bahwa dialah yang menjadi tokoh kunci atau yang menjadi pahlawan sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan sukses.
Tapi tunggu dulu, saat kedoknya terbuka ternyata senyum itu mengandung muatan kelicikan. Ada udang di balik senyum.... Penampilannya sih baik tapi ternyata dalamnya siapa tahu? Senyuman itu memerangkap mangsanya agar mereka terjebak dan masuk ke dalam project dan agenda dari sang pahlawan bertopeng. Loh, bukannya dia siap menolong? Ya dia sih nampaknya selalu jadi pionir tapi hanya mengawali saja karena setelah itu dia langsung mengalihkan kepada orang lain. Dia akan menolong dengan melimpahkan beban dan tugas yang ajubila, luar biasa dan dahsyat kepada orang lain. Dia akan menolong agar orang lain tidak kelihatan menganggur atau kehilangan aktifitas. Dia akan menambah dengan aktifitas ekstra sehingga aktifitaspun akan semakin padat dan merayap. Pahlawan bertopeng ini juga seolah-olah sibuk dengan segala sesuatunya. Ya betul, dia sok sibuk atau sibuk mendelegasikan segala sesuatu kepada orang lain dan tinggal menunggu laporan : “Mana? Mana?”. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasinya akan sangat berbahaya, dia bisa murka bak singa ompong yang kelaparan.
Motif pahlawan seperti ini pada akhirnya akan tersingkapkan. Motifnya bukanlah motif yang murni dan benar tapi dilandasi kelicikan, kemunafikan dan penuh tipu daya. Motifnya bukanlah untuk menolong dan berkorban tapi merongrong dan mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai. Popularitas dan nama baik serta pujian publik dan pujian atasan itulah yang mau diraihnya. Metode klasiknya seperti ini, ujung-ujungnya kalau orang lain sudah mengerjakan dengan baik maka dia akan dengan bangganya mengklaim, siapa dulu? Saya, githu loh. Pada akhirnya dialah yang menerima sanjungan (atau mencari sanjungan?). Dia menebarkan senyum kemenangan, senyum seorang pahlawan tapi bertopeng. Mengaku-ngaku pahlawan tapi sesungguhnya pahlawan bertopeng. Pahlawan bertopeng itu ibarat serigala berbulu domba. Ibarat muka domba tapi buntut buaya….Begh.....
Pahlawan bertopeng ini aktingnya sangat ciamik. Dia seolah-olah hadir tepat pada saat dibutuhkan. Dia selalu menawarkan pertolongan dan seakan-akan hadir untuk menjadi ‘jawaban’ atau ‘solusi’. Dengan senyum dan ekspresi,”Ada yang perlu saya Bantu? Jangan kuatir, ada saya”, dia mencari-cari orang yang sekiranya akan membutuhkan bantuannya. Dengan sigap dan cepat dia menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan kemampuannya untuk membuat kagum atau mengesankan orang. Empati dan simpati selalu mengalir dari dirinya untuk sesama.
Pahlawan bertopeng ini juga pandai mencari-cari dan menciptakan kesempatan. Dia pandai menciptakan event di mana dia akan memainkan peranannya. Dia selalu muncul dalam project berskala besar karena menurutnya hanya dialah yang kompeten dan orang pasti akan membutuhkannya. Sekilas nampaknya benar, dia teramat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dia akan nampak sibuk dengan berbagai agenda yang diciptkannya dan mengesankan dia adalah orang yan sibuk dan pekerja keras. Sampai di sini orang berdecak kagum, ck, ck ck, ruar biaza. Dahsyat deh pokognya. Dia lalu menjadi objek atau sorotan media lokal dan pujian serta sanjunganpun mengalir. Dia menikmati semua popularitas dan kesenangan serta sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Dia puas dan bangga karena dia merasa bahwa dialah yang menjadi tokoh kunci atau yang menjadi pahlawan sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan sukses.
Tapi tunggu dulu, saat kedoknya terbuka ternyata senyum itu mengandung muatan kelicikan. Ada udang di balik senyum.... Penampilannya sih baik tapi ternyata dalamnya siapa tahu? Senyuman itu memerangkap mangsanya agar mereka terjebak dan masuk ke dalam project dan agenda dari sang pahlawan bertopeng. Loh, bukannya dia siap menolong? Ya dia sih nampaknya selalu jadi pionir tapi hanya mengawali saja karena setelah itu dia langsung mengalihkan kepada orang lain. Dia akan menolong dengan melimpahkan beban dan tugas yang ajubila, luar biasa dan dahsyat kepada orang lain. Dia akan menolong agar orang lain tidak kelihatan menganggur atau kehilangan aktifitas. Dia akan menambah dengan aktifitas ekstra sehingga aktifitaspun akan semakin padat dan merayap. Pahlawan bertopeng ini juga seolah-olah sibuk dengan segala sesuatunya. Ya betul, dia sok sibuk atau sibuk mendelegasikan segala sesuatu kepada orang lain dan tinggal menunggu laporan : “Mana? Mana?”. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasinya akan sangat berbahaya, dia bisa murka bak singa ompong yang kelaparan.
Motif pahlawan seperti ini pada akhirnya akan tersingkapkan. Motifnya bukanlah motif yang murni dan benar tapi dilandasi kelicikan, kemunafikan dan penuh tipu daya. Motifnya bukanlah untuk menolong dan berkorban tapi merongrong dan mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai. Popularitas dan nama baik serta pujian publik dan pujian atasan itulah yang mau diraihnya. Metode klasiknya seperti ini, ujung-ujungnya kalau orang lain sudah mengerjakan dengan baik maka dia akan dengan bangganya mengklaim, siapa dulu? Saya, githu loh. Pada akhirnya dialah yang menerima sanjungan (atau mencari sanjungan?). Dia menebarkan senyum kemenangan, senyum seorang pahlawan tapi bertopeng. Mengaku-ngaku pahlawan tapi sesungguhnya pahlawan bertopeng. Pahlawan bertopeng itu ibarat serigala berbulu domba. Ibarat muka domba tapi buntut buaya….Begh.....