Showing posts with label Self esteem. Show all posts
Showing posts with label Self esteem. Show all posts

Self Esteem

Citra diri adalah keyakinan-keyakinan dalam diri seseorang mengenai dirinya. Singkatnya citra diri adalah gambaran diri atau potret diri. Penting nggak sih sih self esteem itu? Wah penting banget karena self esteem tidak hanya menentukan bagaimana kita melihat dan membawakan diri kita tetapi self esteem juga ikut menentukan pencapaian-pencapaian yang akan kita capai dalam hidup kita.

Citra diri yang positif pasti akan membuat diri kita berkembang dan dapat membuat kita meraih pencapaian-pencapaian yang baik dan luar biasa dalam hidup. Tetapi citra diri yang negatif akan membuat diri kita tidak berkembang atau malah menghambat pencapaian-pencapaian kita. Maka penting sekali kita memperhatikan fondasi yang kita pakai untuk membangun citra diri kita. Citra diri yang dibangun di atas fondasi yang salah mungkin sementara akan membuat orang tersebut PD dan berkembang tapi fondasinya itu akan sangat rapuh. Sayang sekali ada saja orang yang terjebak dan membangun citra dirinya di atas fondasi yang salah.

Seringkali dasar citra diri yang dipakai banyak orang adalah penampilan. Penampilan memang penting tapi bukan segala-galanya. Sangatlah rapuh apabila kita mendasarkan citra diri berdasarkan penampilan belaka. Media, iklan, film, televisi dan sebagainya mencitrakan penampilan yang harus dimiliki agar orang dapat memiliki citra diri, diterima dan dihargai dengan cara yang jelas menyesatkan. Memang siapa sih yang nggak kepingin ideal atau punya penampilan yang baik. Tetapi pesan lewat iklan dan televisi mencitrakan bahwa :
- kulit yang nggak putih itu kusam,
- jerawat satu aja sampe dizoom, atau
- jerawat satu dianggap udah kiamat,
- bodi yang sedikit lebar sedikit nggak bisa lewat celah sempit, atau
- bodi yang sama nggak bisa masuk lift yang sudah ada beberapa orang,
- muka cantik tapi kulit nggak putih nggak bakal ada cowok yang ngelirik,
Pesan-pesan seperti ini jelas diskriminasi dan amat tidak memadai. Alhasil banyak orang yang merasa jadi minder dan tidak PD kalau memiliki kekurangan-kekurangan seperti di atas. Media, iklan dan televisi justru semakin menyorot atau memperlihatkan kekurangan-kekurangan kita dan mendorong pemirsa untuk segera memperbaiki diri dengan memakai produk yang mereka tawarkan. Iklan-iklan yang membombardir pemirsa dengan tiada hentinya itu menjadikan orang-orang akhirnya memiliki citra diri yang salah.

Sebagai contoh, sewaktu di Jawa Timur, saya pernah diceritakan sahabat saya bahwa anak tetangganya berendam di deterjen agar katanya kulitnya bisa putih. Ini adalah salah satu contoh saja. Ada banyak kisah yang malah berakhir menyedihkan dan tragis.

Di Surabaya, ada seorang ibu yang tinggal di daerah pinggiran. Dia kepingin pipinya montok atau mulus. Makanya ketika ada tukang suntik keliling lewat di dekat rumahnya dia langsung tertarik. Satu suntikan berharga Rp 20.000, suatu jumlah yang sangat terjangkau olehnya. Alhasil, ketika disuntik hasilnya terlihat meyakinkan. Pipinya yang disuntik kiri kanan menjadi mulus dan berisi. tetapi sayangnya hanya bertahan dua minggu. Minggu berikutnya, pipinya m,ulai molor dan jatuh. Tambah lama tambah turun dan akahirnya menggelantung. Dia menjadi ketakutan dan pergi ke dokter, Dokternya menyedot cairan dari pipinya dan ternyata setelah dicekl, cairtan yang disuntikkan adalah levertran, sejenis minyak ikan. Mungkin terkena panasnya tubuh jadi lama-kelamaan mencair.

Ada lagi kisah dari kota Malang. Ada seorang ibu yang kepingin diperbaiki dagunya. Tetapi malah dagunya bergeser agak ke kanan dan wajahnya sebagian besar menjadi rusak. wajahnya yang berubah itu dipajang di sebuah koran lokal dan dia menyatakan bahwa dia tidak keberatan orang melihat dan mengetahui wajahnya seperti itu. Dia mengatakan agar orang bisa belajar dari kesalahan yang dia buat. Menurutnya dia kurang bersyukur dan tidak menerima wajahnya yang sudah diberikan oleh Tuhan.

Masih banyak contoh orang yang melakukan operasi baik plastik maupun silikon untuk memperbaiki penampilan dan ada juga yang berakhir dengan infeksi dan kematian. Ada seorang gadis yang sebenarnya secara penampilan sudah OK tapi tetap tidak puas, akhirnya suntikan kecantikan ke tubuhn ya berakhir dengan kematian. Yang paling terkenal adalah Michael Jackson yang terus dipermak wajahnya yang konon sampai tiga belas kali, menjalani operasi plastik.

Kalau operasi plastik untuk kepentingan medis misalnya untuk operasi bagi yang berbibir sumbing masih bisa diterima. Tetapi kalau operasi itu dilakukan agar semakin cantik dan cakep kayaknya gimana. Berarti orang tersebut tidak menerima dirinya seutuhnya. Apalagi tujuannya agar bisa lebih cantik, cakep dan percaya diri padahal kecantikannya sudah tidak orisinil lagi.

Ada lagi yang mendasarkan citra dirinya berdasarkan benda atau produk yang dikenakannya. Ada kisah seorang mahasiswa demi mengejar penampilan yang prestise, dia berhemat sedemikian rupa untuk membeli mobil Mercy. Sampai-sampai tiap hari dia cuma makan Indomie. Akhirnya dia berhasil membeli mobil impiannya tetapi tidak lama berselang dia didiagnosis terkena kanker pada levernya. Mobil mewahnya dia dapat tapi dia harus mengorbankan nyawanya.

Di jaman yang modern dan dipenuhi dengan produk-produk yang bermerek menjadikan orang tidak hanya konsumtif tetapi juga membuat orang-orang merasa bahwa dirinya barulah eksis kalau dia mengenakan benda-benda bermerek tertentu. Dengan kata lain bahwa untuk menunjukkan kelasnya atau untuk menunjukkan level di mana dia berada maka dia akan mengenakan barang-barang atau produk tertentu. Jadi barang yang dikenakan bukan karena melihat pada fungsinya tetapi lebih kepada untuk 'menunjukkan' dirinya. Dengan melekatnya benda tersebut pada dirinya, dia merasa bahwa citra dirinya pasti ikut terdongkrak, gengsi terangkat tinggi dan kepercayaan diripun ikut melambung. Tetapi kasihan sekali kalau ternyata orang-orang melihat pada diabukan karena dirinya tetapi lebih melihat pada barang-barang tersebut.

Yang lebih konyol ada lagi orang yang sangat fanatik dengan merek luar negeri. Tidak mau pakai barang lokal kecual buatan luar. Tetapi dia tidak tahu barang yang dibelinya di luar negeri ternyata bikinan dalam negeri, pabriknya ada di Bekasi atau dibuat di Tangerang...

Bagi saya, sah-sah saja orang memakai barang atau benda yang branded dan mewah tetapi jangan mendasarkan citra dirinya pada hal tersebut. Misalnya barang tersebut lupa dan ketinggalan lalu membuat kita menjadi hilang percaya diri atau merasa tidak berharga menunjukkan bahwa kita menggantungkan citra diri kita pada benda tersebut. Dengan mendasarkan citra diri pada benda atau barang, maka pada saat orang itu tidak mengenakan akan membuat dirinya menjadi tidak berarti.

Ketiga, ada juga ynag mengukur citra dirinya dari prestasi atau sukses yang digapainya. Dengan meraih sukses besar atau prestasi baik dalam belajar atau dalam pekerjaan maka dia akan merasa dirinya menjadi lebih berarti atau merasa dirinya lebih baik. Yang mereka kejar adalah bagaimana menjadi nomor satu dalam usaha atau dalam belajar. Dengan berbekal kemampuan dan kompetensi, mereka selalu yakin pasti akan sukses dan sukses. Berbagai pengalaman dan prestasi menjadi modalnya untuk meraih prestasi berikutnya. Sebenarnya, orang seperti ini paling takut kalau mengalami kegagalan. Mereka takut kalau tidak mencapai prestasi yang mereka inginkan. Jadi kalau gagal maka mereka akan merasa dirinya hancur, menyalahkan diri sendiri dan tidak bisa menerima kegagalan. Mereka yang mendasarkan citra diri dengan prestasi dan kesuksesan tidak akan menerima hasil yang tergolong 'lumayan' atau nomor dua saja. Jadi kalau tidak mencapai target seakan-akan dia tidak bisa menerima faktanya apalagi kalau sampai mengalami kegagalan.

Saya mau menegaskan bahwa diri kita dan sesungguhnya tidaklah bergantung pada penampilan, produk apalagi kesuksesan. Diri kita tetaplah berharga walaupun kita tidak mengenakan barang mewah sekalipun. Diri kita tetap akan eksis dan harga diri kita tidak akan jatuh kendati kita tidak mengikuti mode paling mutakhir. Kesuksesan juga bukan segala-galanya. Kegagalan bisa kita alami tapi itu bukan akhir, ingat hidup kita masih berlanjut. Lalu kalau begitu, bagaimana supaya bisa memiliki citra diri yang sehat? Tunggu kisah selanjutnya

Awas : Bullying/Abuse dalam keluarga

Awas : Bullying/Abuse dalam keluarga

"Self-esteem has been compared to a bucket of water. It starts out full when we're born, but whenever we develop negative beliefs about ourselves, it's like poking little holes in that bucket and our self-esteem drips out."

Menurut survei nih, anak-anak kecil memiliki self esteem atau citra diri yang positif tetapi saat beranjak besar, citra dirinya mulai rontok karena berbagai sebab. Seperti ungkapan di atas, citra diri itu seperti sebuah buket bunga yang mekar tetapi saat keyakinan negatif itu muncul dalam pikirannya, citra diri itu akan rontok abis!

Presentase remaja yang memiliki citra diri yang buruk menjadi 80-90 %, berbanding terbalik dengan masa kecilnya. Pertanyaannya, bagaimana anak-anak remaja ini bisa memiliki citra diri yang negatif? Faktornya bisa bermacam-macam. Ada pengaruh dari media, teman-teman sepergaulan, lingkungan, sekolah atau gurunya juga serta pola pengasuhan dan pendidikan yang salah dalam keluarganya. Semua faktor ini tutur memberi kontribusi negatif terhadap berkembangnya konsep diri yang negatif bagi seorang anak yang beranjak ke remaja.

Kisah nyata dari Michael Jackson di sini saya paparkan untuk mengajak kita merenungkan bahwa ucapan dan perlakuan yang negatif itu membuat orang akan mengalami dan memiliki self esteem yang negatif dan akan berpengaruh sampai dewasa. Jadi hal seperti ini tidak bisa dianggap sepele. Malah bisa berdamapak serius.

Michael Jackson dalam interview dengan Oprah mengakui bahwa dia kerap kali mendapat tindak kekerasan dari ayahnya. Tapi, yang menyakitkan Michael, ayah dan saudara-saudaranya sering memanggilnya,"si jelek" atau, "si hidung besar". "Setiap hari aku ingin menangis", katanya kepada Oprah. Ejekan tersebut ditengarai berdampak serius bagi kondisi jiwa Michael. Rasa percaya diri dan citra dirinya rontok. Kepercayaan diri yang berada di titik nadir membawa Michael ke meja operasi. Saya yakin bahwa perlakuan dan ejekan yang diterima Michael mendorongnya untuk melakukan operasi plastik. Ingat bahwa operasi pertama Michael adalah untuk menciutkan bagian hidungnya, bagian yang sering diejek oleh ayah dan saudara-saudaranya! Dan saking ingin memperbaiki wajahnya, ditengarai dia sampai melakaukan sebanyak 13 kali operasi plastik, kemungkinan untuk mengatasi apa yang sering digemakan saudara-saudaranya, : "si jelek".

Ucapan yang bernada ejekan dan melecehkan serta mengarah ke mencap atau melabel Michael dari sang ayah dan saudara-saudaranya jelas membekas dan menimbulkan guratan dalam lubuk hati dan jiwanya yang membuat Michael tidak hanya terluka tetapi merasa tidak berharga. Citra dirinya pun tercabik-cabik. Ayahnya yang seharusnya mendorong dan mengapresasi sang anak ternyata justru memojokkan dan mengejek serta merendahkan anaknya sendiri. Saudara-saudaranya pun ternyata tidak ada yang membelanya. Dari kisah masa kecil yang bukan cuma kurang bahagia tapi memilukan ini kiranya menjadi pelajaran buat kita semua. Apalagi kita yang menjadi orang tua atau kita yang memiliki ponakan, jangan sampai kita terjebak untuk bercanda tapi ternyata sudah mengeksplor kekurangan fisik anak atau ada sesuatu bagian tubuh yang dia merasa tidak nyaman lalu kita blow up.

Ketimbang melabel, atau mengejek dan merendahkan orang lain, sepatutnya kita memiliki cara pandang yang positif sehingga kita bisa memberikan kata-kata dorongan dan pujian bagi orang lain. Mulai dari orang terdekat kita, anak, istri, ponakan, murid kita, sahabat kita dan lain-lain. Dengan kata-kata positif yang kita ucapkan nantinya anak tersebut akan tumbnuh dengan citra diri yang sehat dan positif dan tidak akan memunculkan orang-orang yang nantinya setelah dewasa memiliki citra diri yang negatif. Nah, hari ini, sudah berapa kata-kata positif kita tebarkan kepada orang lain??? Mari tebarkan kata-kata positif dan membangun kepada sesama kita. Tuhan memberkati :)
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design