Showing posts with label Character. Show all posts
Showing posts with label Character. Show all posts

Pentingnya Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pentingnya Pendidikan Karakter Di Sekolah

Indonesia baru saja meraih penghargaan dengan menjadi juara umum dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) atau Konferensi Internasional Ilmuwan Muda se-Dunia yang diikuti ratusan pelajar SMA dari 19 negara di Bali pada 12-17 April 2010. Suatu prestasi yang membanggakan tentunya. Tetapi berita dan kegemilangan Indonesia itu seakan tenggelam dengan berbagai tayangan-tayangan kekerasan (bukan film action loh) yang ironisnya berasal dari dunia pendidikan. Di Makassar para mahasiswa bertindak anarkis dengan membakar dua pos polisi dan membakar ban. Kekerasan yang kerap kali terjadi tiap tahun sampai-sampai dikomentari JK tahun yang lalu sebagai,”bikin malu”. Di Ambon akhir April lalu para mahasiswa bentrok dengan pejabat kampus Kekerasan dalam dunia pendidikan seakan menjadi tradisi di negara kita, mulai dari bullying sampai tawuran, kekerasan dari tingkat SMP, SMA sampai mahasiswa.

Persoalan yang tidak kalah seriusnya juga adalah praktek-praktek kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari nyontek di ujian sampai plagiarisme. Kalau sebagai siswa sudah terbiasa dengan tipu menipu alias manipulasi ujian, bagaimana nantinya kalau sudah lulus kuliah dan bekerja??? Bukannya akan melahirkan kembali Gayus-Gayus yang baru? Itu sebabnya korupsi menjadi tidak ada matinya dan menjadi budaya lestari yang turun-temurun di negara kita. Dunia pendidikan turut bertanggung jawab dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dari segi akademis sangat OK tetapi dari segi karakter ternyata masih bermasalah.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh dalam peringatan Hardiknas tahun ini mengatakan"Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas. Pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan," ujar Nuh. Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini menitikberatkan pada pendidikan karakter "Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa". Saya sangat setuju. Pintar tetapi karakternya buruk jelas akan sangat bermasalah. Pintar tetapi tidak bisa menghargai sesama, tidak menghargai nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan maka akan mendatangkan malapetaka bagi orang lain bahkan dalam scope yang lebih luas bagi bangsa kita ini.

Pengetahuan yang tinggi tetapi tanpa didasari oleh pemahaman tentang nilai-nilai yang benar maka hanya akan memberi kesempatan untuk bertumbuhnya benih-benih kejahatan yang akan termanifestasi dalam berbagai bentuk.

Masalah-masalah yang terjadi di negara kita sebenarnya menyangkut masalah karakter. Kekerasan, korupsi, manipulasi, tokoh atau pemimpin yang seharusnya menjadi teladan dan panutan serta menjadi penegak hukum malah memutarbalikkan hukum. Kita sebenarnya sudah terlambat dalam menerapkan pendidikan karakter ini. But better late than never. Ada yang mengatakan bahwa percuma menerapkan pendidikan karakter karena negara kita banyak korupsinya. Ini sih pemikiran yang terlalu pesimis. Masih banyak generasi muda kita yang duduk di bangku sekolah dan butuh pendidikan karakter agar di masa depannya dia menjadi orang yang tidak hanya cerdas secara intelek tapi juga karakter. Dunia pendidikan diharapkan menjadi motor penggerak seperti kata sang menteri ini untuk mengedukasi bangsa kita sehingga manusia Indonesia lebih berkarakter dan bermartabat serta mulia.

Prestasi Yes, Jujur Harus !

"Prestasi Yes, Jujur Harus"
Jargon ini didengung-dengungkan jelang UN (Ujian Nasional) tahun 2010 berkaitan dengan Pakta Kejujuran. Sebagaimana diberitakan di mass media akibat maraknya tindak kecurangan dalam penyelenggaraan ujian nasional (UN) dari tahun ke tahun, Kementerian Pendidikan Nasional akan mendeklarasikan pakta kejujuran bagi semua yang terlibat dalam penyelenggaraan UN.''Pakta kejujuran bertujuan untuk berperilaku jujur terhadap semua yang akan mengikuti, mengawasi, ataupun melaksanakan UN. Semua daerah harus meneken pakta integritas kejujuran ini,'' ujar Menteri Pendidikan Nasional Mohammas Nuh pada acara Rembuk Nasional di Pusdiklat Kemendiknas, Depok, Rabu (3/3)




Pakta kejujuran ini bisa dinilai sebagai suatu langkah pemerintah untuk memperbaiki citra pendidikan khususnya dalam pelaksanaan UN yang sering diwarnai dengan berbagai pelanggaran dalam hal kejujuran. Patut disambut upaya untuk menegakkan dan menjunjung kejujuran itu dalam pelaksanaan UN. Tapi kalau jargon dan pakta kejujuran itu hanya dilihat sebagai antisipasi terhadap UN belaka maka jargon dan pakta kejujuran itu belumlah menyentuh hal yang mendasar dalam pelaksanaan pendidikan itu sendiri. 


Ujian terhadap kejujuran tidak hanya muncul pada saat UN khan? Ujian terhadap kejujuran itu sebenarnya sudah dimulai dari keseharian siswa di sekolahnya dalam menyikapi berbagai hal. Memang ukuran untuk menilai kejujuran siswa itu bisa dilihat pada saat siswa menghadapi ulangan. Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana dalam pelaksanaan ujian atau ulangan sehari-hari di sekolah, apakah guru berusaha menegakkan kejujuran dan menanamkan nila-nilai ini kepada anak didiknya. Apakah siswa dilatih secara konsisten untuk mendisiplin diri dan belajar bersikap jujur dalam ulangan atau tugas-tugasnya? Apakah kejujuran itu juga merupakan bagian yang dipromosikan penyelenggara sekolah mulai dari pimpinannya sampai kepada guru-guru dan siswa didiknya? Kejujuran itu juga ditanamkan tidak hanya pada saat ulangan tetapi bagaimana menerapkan kejujuran itu dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap orang tua, guru, sahabat dan sebagainya. 


Kalau hanya demi UN, maka penyakit kronis nyontek dan ketidakjujuran itu hanya akan berberulang lagi. Kejujuran itu hendaknya mulai ditanamkan dari level pendidikan awal dan penyadaran kejujuran itu terus digemakan bukan hanya setahun sekali tetapi secara terus menerus. Dari slogan itu jelas penekanannya adalah pada karakter kejujuran yang menjadi kunci utama dari prestasi. 


Di tengah tuntutan prestasi baik dari siswa atau dari sekolah secara umum yang menargetkan kelulusan maksimal, maka jangan dilupakan kejujuran yang maksimal juga harus diupayakan dan diusahakan dengan segenap hati. Prestasi yang dicapai tanpa kejujuran tentunya adalah prestasi semu yang sebenarnya tidak bernilai. Prestasi itu akan menjadi kebanggaan apabila diraih dengan kejujuran dan integritas. Nilai inilah yang harus ditanamkan dan dimiliki setiap peserta didik yang juga menghadapi pandangan, jujur pasti hancur....Pandangan itu harus dihadapi dengan menekankan bahwa orang yang jujur pasti bisa dan orang yang jujur...mujur. Justru orang yang mempraktekkkan ketidakjujuran suatu saat pasti akan hancur, cepat atau lambat dia pasti akan menuai buah-buahnya.


Bagaimanapun, langkah awal pemerintah itu perlu didukung dan dilestarikan pelaksanaannya dan seharusnya slogan dan pakta kejujuran itu juga diterapkan di berbagai sektor dan bidang-bidang pemerintahan, bukan hanya dalam dunia pendidikan atau untuk sekolah saja, bagaimana pendapat Anda?


Lihat juga Pembajakan PlusDalam Dunia Pendidikan
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design