Cerita Motivasi Tentang Monyet....

Seorang profesor sedang mengadakan penelitian terhadap beberapa ekor monyet.
Monyet A dan monyet B dimasukkan kesebuah ruangan tertutup yang didalamnya diletakkan sebatang tiang, dimana pada puncak tiang itu terdapat satan dan pisang.
Monyet A mulai memanjat tiang itu, pada saat yg bersamaan sang profesor menyiramkan air sehingga terpelesetlah monyet A dan jatuh.
Monyet A berusaha untuk memanjat lagi, tapi krn licin, kembali dia terjatuh, begitu seterusnya, sehingga monyet A menyerah.
Kemudian giliran monyet B, melakukan hal yg sama dengan monyet A, berulang kali mencoba dan jatuh, menyerah jugalah monyet B.
Kemudian, sang profesor memasukkan monyet C kedalam ruangan tersebut.
Monyet C ingin memanjat tiang tsb, sebelum hal itu terjadi, monyet A dan monyet B dengan semangat menasehati monyet C untuk tidak mengalami hal yang konyol yaitu terpeleset dan jatuh.
"Percuma kamu memanjat tiang itu, kami berdua sudah mencoba berulang kali tetapi selalu gagal"
Akhirnya monyet C menuruti nasehat kedua monyet itu, dia tidak berusaha mencoba memanjat lebih dahulu.


Kemudian sang profesor mengeluarkan monyet A dan B, dimasukkannyalah monyet D dan monyet E.
Monyet D dan monyet E ingin sekali memanjat tiang itu, tetapi monyet C mencoba menasehati mereka untuk tidak sekali-kali memanjatnya kalau tidak ingin terpeleset dan jatuh.
Monyet D mendengar dan mematuhi nasehat tsb, dia tidak berusaha untuk memanjat.
Tapi lain halnya dengan monyet E, dia tidak mendengarkan nasehat itu, dia tidak terpengaruh dengan nasehat itu, dia mulai mencoba untuk memanjat.
"Apa salahnya mencoba" pikir monyet E Karena sang profesor tidak memberi air lagi pada tiang itu, monyet E akhirnya dapat mencapai puncak dan mendapatkan pisang.

Apa moral cerita ini?

Ada beberapa karakter yang dapat kita jumpai.
Monyet A dan monyet B:
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter dengan mudahnya menyerah kalah dan dengan mudahnya mempengaruhi orang lain untuk tidak berusaha, menanamkan input-2 negatif kepada orang lain.

Padahal : 99% kita-2 yang merasa gagal sebetulnya belum tentu gagal hanya saja kita cepat menyerah.

Sangat disayangkan bahwa dunia ini sebenarnya dipenuhi oleh orang-2 hebat yang potensial tetapi terlalu cepat menyerah.
Banyak dari kita yang keburu sudah mati sebelum mencoba menggali seluruh potensi yang ada pada diri kita.

Monyet C dan monyet D :
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter mudah sekali percaya dengan input-2 negatif yang dia terima, tanpa mau bersudah-susah untuk meraih kesuksesan, orang-2 yang takut gagal, padahal belum mencoba.
Kita cenderung mengikuti falsafah Jan Spoelman "Kalau ragu, lebih baik tidak usah dilakukan"
Jika kita tidak pernah mencoba, kita sudah pasti tidak akan pernah berhasil. Kita berjuang bukan dengan kepandaian, tetapi dengan kegigihan.

Monyet E:
Ibaratnya adalah orang yang mempunyai karakter tidak mudah terpengaruh dengan input-2 negatif, orang yang selalu berjuang untuk mendapatkan kesuksesan, berani mencoba, tidak takut gagal Tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan. Orang yang sukses selalu bangkit kembali meskipun sudah jatuh. Kalau kita ingin berhasil, kita harus berani mengambil RESIKO.
Have a positive day!

Mohamad Yunus, CHt, MNLP




Kisah Alkitab Terlihat di Google Earth!

Kisah Alkitab Terlihat di Google Earth!
Banyak kisah yang menarik di Alkitab menginspirasi para seniman untuk memvisualisasikannya dengan berbagai bentuk. Salah satunya adalah James Dive, seniman muda yang berasal dari Sydney itu menggunakan kemampuan desain grafis 3D dan menggabungkannya dengan image asli dari Google Earth. Sebelumnya dia menghabiskan waktu tiga bulan untuk melakukan riset guna mencari lokasi-lokasi yang sesuai dengan peristiwa dalam Alkitab. Dia mengatakan,"Teknologi kini memungkinkan kita untuk memvisualisasi apa yang terjadi dan bisa membuatnya nampak seolah-olah nyata.

Visualisasi yang dia buat antara lain Edam dan Hawa sedang beristirahat di Taman Eden.
Musa dan bangsa Israel menyeberangi Laut Merah sementara mereka dikejar-kejar tentara Firaun,
Bahtera Nuh yang kandas di pegunungan Ararat sementara air bah mulai surut.
Gambar yang terakhir adalah Yesus bersama kedua penjahat yang disalibkan di atas bukit.














Populate database pattern - why is it so cool?

Once my co-worker propose an idea to fill database with some fake data because we didn't have a gui forms yet and we have to show something that works to customer. That was a start for great pattern - populator.

Dethroning Jesus

Dethroning Jesus

Siapakah Yesus Kristus itu yang sesungguhnya?

Jawaban atas pertanyaan yang sangat esensi di atas sesungguhnya tidak hanya mencerminkan pandangan kita tetapi menyatakan kredo iman dan keyakinan kita. Kekristenan menyatakan dan menyembah Dia sebagai Allah tapi tetapi bagaimana pandangan moderen mengenai Yesus saat ini? Banyak sekali. Dan Brown dalam The Da Vinci Code menyatakan bahwa Yesus adalah seorang tokoh yang besar yang keilahiannya ditemukan oleh Gereja abad keempat...E.P. sanders dalam bukunya Jesus and Judaism menyatakan bahwa Yesus hanya sebagai nabi. Ditambah lagi dengan buku Jesus Dynasty, Yesus menurut Injil Yudas, Injil Thomas dan lain-lain.

Media terutama internet dan buku-buku berperan besar dalam mempopulerkan pandangan-pandangan mengenai Yesus ini. Tetapi sayangnya pandangan-pandangan mengenai Yesus dalam buku-buku populer tersebut sangat kontroversial dan ngawur. Dalam menanggapi berbagai pandangan modern mengenai Yesus yang muncul di media, Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace mengulas tentang gambaran Yesus dalam buku Mendongkel Yesus dari Tahtanya. Bersyukur, buku ini diterbitkan penerbit Gramedia yang selama ini menerbitkan buku-buku yang justru kontroversial. Dalam launching buku ini, wakil dari Gramedia menyatakan minta maaf atas penerbitan buku-buku sebelumnya dan penerbitan buku Mendongkel Yesus dari tahtanya ini katanya merupakan 'penebusan dosa'. Kalau begitu, mudah-mudahan banyak buku bermutu dan benar tentang Tuhan Yesus bakal menyusul dari Gramedia.

Dalam bukunya, Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace mengulas tentang klaim Tuhan Yesus dari dua kubu. Dunia masa kini mengenal dua pandangan utama tentang Yesus. Pertama adalah Kristianitas yaitu pandangan yang berpusat pada iman bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Kristianitas mengklaim bahwa Yesus diurapi Allah untuk mewakili Allah dan manusia dalam pemulihan relasi yang rusak antar Pencipta dan ciptaan-Nya.

Sedangkan Yesusanitas adalah potret Yesus dari Nazaret yang hanya dipandang sebagai nabi, guru agama, tokoh politik radikal, pembela keadilan sosial. Yesus dalam pandangan Yesusanitas berperan utama sebagai guru, penunjuk jalan dan teladan. Ideologi Yesusanitas ini mengemuka di berbagai media massa dan banyak dibahas di kalangan akademis. Ideologi ini menolak secara eksplisit semua dasar sejarah bagi Yesus dalam iman dan kredo Kristen
Baik Kristianitas maupun Yesusanitas sama-sama memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada Yesus tetapi jelas ada perbedaannya.
Dalam Kristianitas Yesus disembah, Dia diasosiasikan dekat dengan Allah dan Dia adalah Jalan.
Dalam Yesusanitas Dia hanya dihormati, Dia hanya menunjuk kepada Allah dan hanya menunjukkan jalan.

Kesan saya, buku ini sebenarnya merupakan apologetik populer dan Darrel L. Bock dan Daniel Wallace untuk mengcounter klaim-klaim Yesusanitas dengan jujur, theologis dan ilmiah. Mereka berdua juga mampu memaparkan dan menjernihkan berbagai pandangan yang mempertanyakan tentang kebenaran dan keakuratan Alkitab, kebenaran tentang Yesus yang terdistorsi oleh penganut Yesusanitas. Banyak hal-hal teknis dalam theologi mampu dibahasakan dengan lebih sederhana dalam buku ini. Pembahasan dengan gaya bahasa yang populer akan membuat pembaca mudah memahami dan makin mengerti hal-hal yang selama ini tidak tersampaikan oleh media dan buku-buku Yesuanita. Soli Deo Gloria

Adam

Adam


Sewaktu kuliah, teman saya mengatakan bahwa hawalah yang bertanggung jawab atas jatuhnya dosa manusia. Gara-gara Hawa mendengar godaan Iblis, gara-gara Hawa memberi buah kepada Adam. Semua gara-gara Hawa. Ibaratnya semua jari telunjuk mengarah kepada Hawa yang menjadi penyebab bencana terbesar bagi manusia. Lalu muncul pertanyaan, benarkah Hawa yang bertanggung jawab?
Menurut Anda, di manakah Adam ketika Hawa seang digoda oleh Iblis? Pertanyan ini saya pernah ajukan kepada anak-anak SMP? Mereka menjawab: lagi jalan-jalan, lagi berenang, lagi kasih nama binatang-binatang. Intinya adalah Adam tidak bersama-sama dngan Hawa. Bebrapa jawaban itu mewakili pandangan saya sejak dari Sekolah Minggu. Apalagi ditegaskan sengan berbagai lukisan menggambarkan Hawa sendirian digoda oleh ular dan Hawanya dilukiskan berada di tenpat yang agak jauh. Benarkah demikan? Ternyata Adam berdiri tidak jauh dari Hawa. Dalam Kejadian dikatakan bahwa Hawa memberikan buah itu kepada suaminya yang berada di sisinya. Di sisinya berarti dekat, di samping, sangat dekat sekal bukan?
Fakta Hawa melihat dan mengingini buah itu belum membuatnya berdosa. Tetap saat ia megambil buah dan memakan buah yang dilarang Alalh barulah dia berdosa. Bagaiaman dengan Adam? Adam sendiri belum jatuh ke dalam dosa. Masih ada harapan bagi manusia. Tapi, eh ternyata Adam juga makan, bukan karena dia lapar. Adam memakan buah itu dan seluruh manusia jatuh kedalam dosa, lagi-lagi penyebabnya bukan Hawa tapi Adam. Ini mungkin mengherankan kita, kenapa manusia dalam hal ini Adam dikatakan sebagai yang membawa manusia jatuh ke dalam dosa-bukan Hawa, perempuan yag pertama kali memakan buah terlarang itu?
Dalam 1 Timotius 2:14 dikatakan “Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.” Adam tidak tergoda tapi jatuh ke dalam dosa sedangkan Hawa tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Adam tidak tergoda tetapi melanggar. Kenapa hanya Hawa yang tergoda? Karena Adam tahu apa yang dia lakukan. DEangan kata lain Adam melakukan PEMBERONTAKAN atau menunjukkan KETIDAKTAATAN.
Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (Roma 5:15)
Karena pelanggaran atau ketidaktaatan Adam maka semua orang jatuh ke dalam maut. Dalam bahasa Yunani ketaatan itu adalah "para + akouo". Kata ini bisa diartikan secara literal to"hear - aside" atau mengeyanmpinfkan atau mengabaikan. Kaa YUnani untuk "ketaatan adalah to "hear + under" atau mendengarkan. Perbedaan anatara Adam adalah “mengabaikan” atau menolak untuk taat. Hawa tertgoda dan melanggar perintah Alah sedangkan Adam tidak tergoda tetapi melanggar karena dia menolak untuk taat.
Kedua tindakan mereka sama, mengambil buah itu untuk dimakan tetapi motif di balik tindakan itu menunjukkan perbedaannya. Ada dosa yang tampaknya dari luar sama tetapi motifnya berbeda. Waktu hawa berdosa, maut belum masuk dan masih ada harapan daloam diri Adam. Tetapi Adam malah ikut makan dengan sengaja, suatu tindakan yang berdampak fatal. Ketidaktaatan Hawa belum membawa pada kematian tetapi ketidaktaatan Adam membawa kematian baik jasmani maupun rohani. Kata”ketidaktaatan” itu menunjukkan pemberontakan terhadap otoritas dalam hal ini Tuhan yang berkuasa dan berdaulat atas dirinya.

Mengenal Nama-Nama Allah

Mengenal Nama-Nama Allah


Tahukah Anda ada berapa nama Allah di Alkitab? 10? 100? 200? Ada 211 lebih nama Allah dalam Alkitab! Mungkin kita bertanya-tanya kenapa Allah sedemikan banyaknya. Jelas Allah adalah pribadi yang Maha Kuasa, begitu luar biasabnya sehingga satu nama, 10 atau 100 tidak akan sanggup menggambarkan siapakah Dia. Bahkan kalau dihitung nama-nama Allah baik Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus di Alkitab mencakup lebih dari 700 nama! Bayangkan kebesaran Allah kita sehingga membutuhkan 700 lebih nama untuk menggambarkan Dia.
Nama sangatlah penting. Di Alkitab, nama itu bukan sekedar label atau identifikasi seseorang saja. Nama itu mengungkapan karakteristik atau kepribadian bahkan reputasi dari seseorang. Dengan kata lain setiap nama Ibrani terkandung suatu makna yang ikut menyertainya. Misalnya Hawa adalah : 'Ibu semua orang yang hidup'. Musa artinya 'ditarik keluar'. Bahkan dalam Alkitab Allah juga mengubah nama orang. Dia merngubah Abram yang berarti “bapa yang dimuliakan” menjadi Abraham “Bapa segala bangsa”. Nama itu menunjukkan bagaimana kelak jadinya Abraham sesuai dengan rencana Tuhan atas dirinya. Dalam Perjanja Baru Yesus juga mengubah nama “Simon Petrus” menjadi Petrus yang artinya adalah :"batu karang”. Perhatikan bagaimana awalnya Petrus yang moody dan lemah saat menghadapi tekanan. Yesus mengubah Simon seorang yang lemah menjadi seorang yang kuat dan pemberani.

Alkitab adalah kisah Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Serinmgkali Allah mendemonstarsikan karya-Nya kepada manusia dan kemudian memperkenalkan nama-Nya. Di sisi lain Allah memperkenalkan nama-Nya dan mendemonstrasikan karya-Nya untuk menegaskan makna nama-Nya. Dari Kejadian Allah sedikit demi sedikit menyingkapkan diri-Nya kepada kita dengan memperkenalkan nama-nama-Nya kepada kita. Dan inlah keunikan nama Allah karena setiap nama memiliki makna dan pesan yang unik tentang Allah kita.

James Montgomery Boice mengatakan bahwa nama Allah ibarat jendela di mana kita bisa melihat karakter Allah. Nama-nama itu menjelaskan kepada kita bahwea Allah itu Maha Kuasa (El Shaddai), Allah yang Kekal dan Tak Berubah (El Olam) Tuhan (Adonai) dan masih banyak lagi. Ada orang yang kukuh mempertahankan bahwa nama Allah yang benar adalah Yahweh, tetapi Allah tidak hanya menyatakan diri melalui nama itu saja. Allah menggunakan ratusan nama untuk menyatakan diri-Nya.

Kita menyembah Allah yang kita kenal. Nama-nama Allah itu adalah cara Allah untuk menyingkapkan diri-Nya. Kita tidak menyembah Allah yang tidak jelas atau Alalh tak dikenal. Allah berinisiatif untuk memperkenalkan diri-Nya kerpada kita sehingga kita boleh mengenal Dia.
Lalu untuk apa mempelajari nama-nama Allah?

Pertama, agar kita semakin belajar untuk menghormati nama-Nya. Allah memerintahakan agar kita menghormati dan menguduskan nama-Nya. Semakin mengenal Allah seharusnya membuat kita menghormati nama-Nya karena nam Allah menunjukkan karakter agung Allah atau sifat-sifat dan segala kebesaran Allah.

Kedua, nama Allah adalah tempat perlindungan bagi orang percaya. Amsal 18:10 menyatkan bahwa nama Tuhan adalah Menara Perlindungan. Mengenal nama Allah membuat kita untuk semakin menaruh percaya kepada Allah. Kita tidak akan mungkin percaya kepada seseorang yang tidak kita kenal, bukan? Semakin Allah dikenal membuat kita semakin percaya, diteguhkan dan dikuatkan.

Menyebut dan memanggil nama Tuhan menjadi jaminan buat kita yang percaya, karena setiap nama Allah mengandung arti yang agung dan ajaib. Nama Allah itu adalah wujud dari kehadiran-Nya serta bukti Allah ingin menjalin hubungan yang dekat dengan anak-anak-Nya. Allah ingin memperkenalkan dirinya dengan ratusan nama. Sudahkah kita mengenalnya dan rindu untuk mempelajarinya?

y-key-e46b2bc82e3e6851

86370619098437a0

Guest Book

Silakan menulis pesan Anda di Guestbook ini:

Bagi Anda yang tidak memiliki blog atau website, silakan isi opsi Name/URL, dengan pilihan URL disi dengan alamat email Anda.

Bagi yang memiliki memiliki blog/website bisa pilih opsi yang sesuai dengan account Anda (Wordpress, Typepad, Live Journal, AIM). Atau bisa pakai opsi Name/URL, dengan URL untuk web atau blog Anda.

Guestbook ini adalah forum kunjungan dan tempat untuk memberikan kesan dan pesan untuk kami yang versinya lebih panjang. Berbeda dengan Chat Box, yang lebih ringkas dan ada limitasi jumlah pengunjung yang memberikan pesan.

Di Guestbook, pesan Anda tidak akan terhapus dan tidak ada limitasi seperti di ChatBox. Anda juga bisa mengajukan masukan atau saran yang bisa membangun dan berguna untuk kami dan pembaca blog ini. :)

Open Your Mind

SUATU ketika seorang mahasiswa tingkat undergraduate mengetuk ruang kerja saya di Bevier Hall– University of Illinois, Amerika Serikat (AS).

Sebagai teaching assistant di kampus itu, saya bertugas menggantikan seorang profesor yang mengajar mata kuliah consumer economics. Selain mengajar, saya juga membuat sebagian soal ujian dan memeriksanya. Dengan mimik penuh percaya diri, dia menyampaikan masalahnya. Dia menunjuk lembar jawaban soal yang terdiri atas pilihan berganda (multiple choice) yang baru saja dia terima.Nilai yang dia dapat tidak terlalu jelek,tetapi dia kurang puas dan mengajak saya berdiskusi, khusus pada sebuah soal yang dianggapnya terbuka untuk didiskusikan. Setelah membacanya kembali, tiba-tiba saya tersadar, soalnya memang konyol sekali.

Pertanyaannya kurang lebih seperti ini. "Berapa lama rata-rata rumah tangga menggunakan handuk mandi?" Tentu saja setiap orang punya jawaban yang berbeda-beda. Namun karena mata kuliah ini didasarkan atas hasil riset, maka mahasiswa harus menguasai dasardasar perilaku konsumen yang datanya diperoleh secara riil dari riset. Jawabannya semua ada di buku teks. Jadi kalau buku dibaca atau bahan kuliah dipelototi, pasti mereka mudah menemukan jawabannya. Di buku teks jawaban tertulis, rata-rata rumah tangga mengonsumsi handuk selama delapan tahun. Dia memilih jawaban dua tahun.Tentu saja saya mencoretnya.

Bagi seorang guru, menemukan murid seperti ini mungkin biasa saja. Namun cerita berikut ini mungkin dapat mengubah pandangan Anda tentang cara mendidik atau bahkan membimbing orang lain, karyawan,atau bahkan diri sendiri agar berhasil dalam hidup.






Kekuatan Argumentasi

Mahasiswa saya tadi mengajak saya berdiskusi, "Prof," ujarnya. "Jawaban ini salah." Saya mengernyitkan dahi.Maklum, belum pernah saya mendengar seorang mahasiswa di tingkat persiapan berani-beraninya menyalahkan soal, apalagi menyalahkan isi buku. "Maksud saya, setelah saya tanya-tanya ke kiri-kanan, tak ada orang yang menyimpan handuk mandi sampai 8 tahun,"lanjutnya.

"Jadi berapa tahun?" tanya saya. "Yadua tahun.Ini jawaban saya benar,"katanya lagi. Saya pun teringat dengan cara teman-teman saya sewaktu kuliah dulu mengakali dosen yang "lemah". Dosen seperti itu biasanya gampang diajak kompromi dan kalau kita pintar mengambil hatinya, angka bisa berubah.Maka,di kepala saya,berkompromi bukanlah karakter saya. Berkompromi sama dengan kelemahan, lembek, merendahkan martabat, plinplan. "Jadilah guru yang teguh." Kalimat itu terus mengalir di hati saya. Kompromi itu jelek, lemah, tidak konsisten, tidak berwibawa. "Ah, kamu ini cuma cari pembenaran saja. Ini justifikasi namanya.Pokoknya jawaban Anda salah.

Apa Anda tidak baca buku. Coba buka halaman 40," ujar saya pada mahasiswa tadi. "Betul,"katanya lagi. "Di buku memang tertulis begitu.Saya tahu." "Ah, Anda tidak baca saja…," ujar saya lagi. "Bukan, tetapi ini tidak masuk akal." Dia mencoba menjelaskan.Namun sebagai orang Indonesia yang terbiasa dididik tanpa kompromi di sekolah, saya mencoba untuk tidak mendengarkan argumentasinya. Saya khawatir wibawa saya terganggu. Dosen kokdidebat. Namun dia tetap menjelaskan panjang lebar bahwa sekarang tidak ada lagi handuk yang seawet itu.

Dua tahun sudah rusak."Dulu sabunnya tidak sekuat yang sekarang, lagipula mana ada produsen yang mau membuat handuk dengan material yang kuat dan harganya mahal? Konsumen memilih yang terjangkau dan produsen memilih barang-barang yang murah.Kalau cepat rusak tak apa-apa,setelah itu beli lagi,"katanya bersemangat. Matanya berbinar menjelaskan gagasannya dan penuh harap saya mau mengubah pendapat saya. Saya masih ingat dia menjelaskan tentang mesin cuci yang dulu tidak dipakai rumah tangga sehingga tidak merusak material. Lama kita berdebat dan sebenarnya saya suka mempunyai peserta didik yang kritis seperti itu. Namun, sebagai guru dari Indonesia, saya tidak suka ditawar-tawar.

Ini soal integritas. "Nope," jawab saya menolak permohonannya agar saya mengoreksi nilainya. Dia pun keluar dengan kecewa. Saya berpikir, urusan pun selesai. Namun, di luar dugaan, setengah jam kemudian dia kembali lagi. Kali ini dia datang diantar profesor saya.Seperti tak ada masalah sama sekali profesor itu datang dengan penuh senyum. "Rhenald,"ujarnya. "I talk to this guy, and I like his idea." Sudah tahu arahnya, saya pun segera menukas."Yes, he did talk to me, and indeed he was wrong. He didn't give the right answer," ujar saya.

"Saya mengerti," jawab profesor itu,"Tapi perhatikan ini.Saya suka cara berpikirnya. Dia memang memberi jawaban yang berbeda dengan buku, tetapi argumentasinya kuat dan dia benar." Singkat cerita, profesor itu meminta saya agar mendengarkannya dan memahami logika anak itu. Kejadian itu sekali lagi telah membuka pikiran saya. Betapa memalukannya otak reptil saya. Guru kok tertutup. Namun, saya beruntung segera menyadari kesalahan saya. Saya belajar bahwa saya menganut nilai-nilai yang salah.Tertutup, tak berkompromi, tegas, teguh, terlalu mengedepankan wibawa hanyalah merupakan bentuk defensif saya sebagai guru yang sebenarnya hanya perwujudan dari rasa takut yang berlebihan saja.

Takut dibilang lembek, kompromistis, mudah dirayu, tidak objektif,dan sebagainya.Pendapat yang semula saya tentang kini harus saya terima dan nilai anak itu saya koreksi. Bahkan seperti penjual kacang rebus yang suka menambah kacang ke dalam bungkusan pelanggannya, saya pun memberikan bonus angka kepadanya. Mendidik adalah lebih dari sekadar menjaga imej.

Mendidik adalah proses menjadikan orang lain seorang "master" dan bukan menciptakan pengikut.Yang ingin kita lahirkan adalah manusia yang mampu berpikir,terbuka terhadap logika. Bukan manusia-manusia dogmatik yang hanya mengikuti maunya kita,menulis apa yang kita diktekan, berpendapat apa yang menjadi pikiran kita, dan tak bisa menerima perbedaan pendapat. Malas berpikir.

Keluar dari Buku

Kisah anak-anak yang tak mampu berpikir di luar buku teks sudah banyak kita saksikan. Salah satu film yang paling saya suka dan selalu saya pakai untuk mengajari dosen-dosen muda menjadi pendidik adalah potongan film yang dibintangi Julia Roberts berjudul Monalisa Smile. Dalam film itu dikisahkan kesulitan seorang guru yang mengajar karena setiap kali dia menampilkan slide yang diambil dari buku, selalu disambar muridmuridnya yang berebut menjelaskan.

Dia benar-benar bingung. Muridnya aktif-aktif dan pintarpintar. Mereka sudah membaca assignment sebelum pelajaran dimulai.Mereka benar-benar telah mempersiapkan diri dengan baik sebelum masuk kelas dengan membaca, membuat ringkasan, dan memiliki kepercayaan diri yang kuat dan aktif berbicara. Hari pertama mengajar dia gagal total. Namun minggu berikutnya, setelah merenungi dalam-dalam, dia mendapatkan ide. Kali ini dia mengajak muridmuridnya keluar dari buku teks. Dia menunjukkan slide yang sama sekali baru.Tak ada di buku dan bahan ajarannya sama sekali baru. "Coba lihatlah gambar ini. Apakah ini bagus?" Semua murid tertegun.

Gambar itu belum pernah mereka lihat dan tanpa referensi mereka tidak punya acuan sama sekali.Padahal, selama ini mereka hanya mengikuti perintah buku. Gambar itu bagus kalau kalimat di buku berkata gambar itu bagus. Sekarang saat gambar itu tak ada penjelasannya, mereka pun tak berani berpendapat. Mereka saling lihat kirikanan. Seorang yang mencoba menjawab kebingungan. "Apakah ada gambar yang bagus?" "Siapa yang berhak mengatakannya?" "Sesuatu yang bagus itu akan menjadi bagus tergantung siapa yang mengatakannya." Mereka terbelah. Ibu guru pun menjelaskan wisdom-nya. "Look, kalian baru saja keluar dari cara berpikir buku teks," ujarnya.

Dia mengajarkan perihal kehidupan, yaitu berani berpendapat dan membuat keputusan pribadi. Apa yang dapat dipelajari dari film Monalisa Smile dan kasus yang saya alami saat saya menjadi teaching assistant di University of Illinois dan berhadapan dengan mahasiswa yang minta agar saya mengoreksi jawaban soalnya 15 tahun yang lalu itu? Benar! Kita adalah manusia dan tugas guru adalah mendidik manusia,memerdekakannya dari segala tekanan, dari perilakuperilaku buruk, dari pikiranpikiran negatif, dari rasa sok pintarnya yang sesungguhnya belum apa-apa, dari belenggu-belenggu dogma, dan mengajaknya melihat keindahan dari apa yang diciptakan Tuhan.

Dari semua itu,yang terpenting adalah bagaimana kita hidup dengan otak yang terbuka dan mengajarkan keterbukaan. Bukankah otak kita bekerjanya seperti parasut, yang artinya dia baru bisa dipakai kalau dia mengembang dan terbuka? Itulah yang saya ajukan selama ini kepada anak-anak didik saya dan terbukti mereka mampu menjadi orang-orang yang hebat. Itu pula yang saya sharing-kan kepada para guru dan dosen. Sebagian orang cepat mengubah diri, tapi sebagian pendidik lain tidak peduli dengan cara ini. Mereka tetap ingin mengajar dengan cara-cara dogmatik. Ingin dipuja tanpa argumentasi,tak mau mendengarkan, takut dibilang lembek, dan ingin diterima bak seorang ulama besar yang tak terbantahkan. Itulah hidup, tak semua orang mau berubah. Namun Anda tak perlu cemas.

Orang-orang seperti itu sudah pernah menyurati saya dengan amarah berlembar-lembar. Mereka menembaki saya dengan ratusan peluru. Di antara suratsurat cinta mereka pun ada yang berisi ancaman, memperingatkan saya dan mengusir dari keguruan ini. Namun saya berkeyakinan, seorang pendidik sejati tak akan menyerah oleh ancaman-ancaman kosong. Dia tak berorientasi pada persaingan, melainkan pada masa depan anak-anaknya.(*)

*) Rhenald Kasali, Ketua Program MM UI



Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design