Make Over Blog

Make Over Blog

Kalo buat kulit atau wajah kita ada yang namanya revitalisasi ato peremajaan kulit gitu (tapi saya nggak pernah nyoba) nah kalo buat blog namanya 'make over blog' apa reparasi ya... nGgak begitu penting sih istilahnya yang penting hasilnya. Saya share aja beberapa yang saya tahu dan yang ditampilkan di blog ini (bagi-bagi rahasia yang Anda tidak akan temukan di toko-toko buku kesayangan Anda = lebay:, ha ha) So, if you really want to redesign your blog, check here:

Pertama, yang pengen ganti template, ganti dengan template yang lebih modis atau yang lagi ngetrend (ini cara instant). Silakan kunjungi :
Cahaya Biru, di sini anda pasti akan tergiur dengan berbagai template yang menarik hasil convert dari WP Template. Cahaya Biru adalah seorang converter WP template to blogger yang luar biasa, saya memakai beberapa templatenya termasuk yang di blog ini. Sesuai dengan namanya Cahaya Biru (nick name) adalah orang Indonesia juga ( ya iyalah dari namanya...), template blognya terus bercahaya.....

Bloggertricks bagi yang nggak menyukai slider di sini menawarkan koleksi template yang simpel juga trendy dan nggak ribet diinstall karena sebagian besar nggak pake javascript.

Bloggerstyles Collection of the Best Blogger Templates, pilihannya buanyak sekaleee.

Kedua, kalo masih belum puas dengan tampilan blognya, Anda bisa menambahkan slider dengan javascript. Buat yang suka ngoprek, silakan mencoba beberapa slider javascript yang populer.
Vivalogo menampilkan Top 30 koleksi javascript slideshow, bisa dijadiin referensi. Ada slider BarackSlideshow (karena dipake di situsnya Mr Barack Obama,...:)

Dynamic Drive the #1 place on the net to obtain free, original DHTML & Javascripts to enhance your web site. Salah satu penyedia jasa javascript secara free. Anda akan melihat variasi slider javascript yang menarik dan dinamis. Tempat saya mengenal dan belajar mengutak atik javascript...

Mau buat slider seperti yang di atas blog ini, yang ada koleksi filmnya, cek di :
Blogspot blog Web dari India ini menyajikan banyak tips, trick, dan hacks buat blog.


Ketiga, buat menu tab yang menarik dan dinamis. Anda bisa bereksperimen dengan memilih berbagai variasi tab navigation yang sesuai dengan template Anda. Cek di sini:
Hongkiat Online tips for tech users, designers, bloggers.

Mau nampilin side menu kayak yang ada di samping kiri blog ini, cek di:
side menu


Keempat, tambahkan toolbar horizontal di bagian bawah blog Anda
Wibiya Toolbar horizontal di bagian bawah ini bisa nampilin link ke FB, Twitter, keren khan?. Toolbar ini keren abis, buatan orang Israel. Tadinya mau dipasang di blog ini tapi sayang javascriptnya bentrok...:(

Kelima, buat tombol arah panah ke atas(back to top) dan tombol feedback, cek di:
Mybloggertricks.com kreasi dari Pakistan...

Keenam, buat kursornya kayak bertaburan bintang gitu alias sparkling cursor buat blog Anda::
carnine9 efek kursornya nggak cuma putih, ada yang merah, kuning, hijau, pink juga ada (blognya from Malaysia).

Ketujuh, tampilkan AutoHiding Social Bookmark, cek di:
Bloggerstop.net pemilik webnya dari India. Anda bisa temukan beberapa tips yang menarik di web ini.

Kedelapan, tampilkan Twitter di blog Anda hanya denghan empat klik saja,...
Add Twitter to blog Silakan mengeksplore aneka tips dan trik dari Blogdoctor.

Kesembilan, tampilkan teks scroller dengan efek typing, berguna untuk menampilkan pesan bla bla bla
Javascriptkits Menampilkan koleksi javascript yang menarik

Kesepuluh, tampilkan tagcloud animasi flash alias tagcloud blogumulus untuk label posting blog Anda, cek di :
Bloggerbuster Blogger Buster is a resource blog for bloggers, offering hints, hacks, tips and tricks .

Mau mencoba tampilan animasi flash tagcloud foto Anda?, coba aja di
Roytanck Anda perlu upload foto dulu ke Flickr setelah itu masukkan feed Flickr Anda dan enjoy :)

Indahnya Berbagi

Indahnya Berbagi



Saya pernah mendengar bahwa anak kecil itu egois. Kalau punya makanan maka dia akan makan sendiri dan nggak mau berbagi. Kalau dimintai, dia nggak akan menghiraukan dan terus menikmati saja apa yang dia makan. Tapi anak saya dari umur 1 tahun sudah belajar berbagi. Kalo lagi makan kue atau biscuit saat diminta maka dia akan langsung berbagi. Aku pikir karena aku adalah Papanya. Suatu kali pas minggu siang kami makan di Mal Artha Gading dan anak saya juga dibawa serta. Selesai makan, saya gendong anak saya untuk membeli roti kesukaannya. Ketika kembali, Mamanya minta si Darrel untuk menawarkan roti ke seorang anak yang sebaya dia yang duduk dekat meja kami.bersama orang tuanya. Spontan anak saya mengambil roti dan memberikan langsng rotinya ke anak tersebut. Saya ingat rotinya, Jesslyn Cakes.

Tindakan yang sederhana itu sebenarnya menunjukkan bahwa anak ini lebih dewasa dan dia langsung menunjukkan tindakan yang nyata. Dalam kepolosannya dia mampu memberi dan berbagi dengan orang lain. Waktu saya lihat muka anak saya ketika memberi, wajahnya sumringah. Ada keceriaan yang tulus, tanpa rekayasa atau pura-pura. Tindakannya memberi ini melampaui prediksi saya sebagai orang dewasa dan juga selaku Papanya.

Saya lalu memikirkan lebih jaunh tindakan anak saya ini. Pertama, pada dasarnya kita diberi kemampuan untuk memberi oleh Tuhan. Anak kecilpun sudah memiliki kemampuan memberi, jadi potensi untuk berbagi itu sudah ada sejak kecil. Tapi potensi dan kemampuan memberi itu itu bisa mengalami perubahan atau pergeseran. Manusia cenderung menggenggam erat dengan jari jemari apa yang yang dimilikinya. Menggenggam erat itu menggambarkan bahwa kita hanya ingin menguasai dengan kuat apa yang kita miliki dan tidak mudah untuk melepaskan atau membagikannya. Nggak cuma itu hatinya juga udah tertambat di situ. Dalam proses hiduplah kita belajar untuk membuka jari-jari tangan kita untuk melepaskan dan hati kita belajar untuk mengihklaskan..

Analogi ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi kita untuk melepaskan apa yang telah kita pegang, yang telah kita rengkuh dan tergenggam erat dalam genggaman kita. Faktor yang memperkuat genggaman jari-jemari itu adalah karena kita selalu melihat bahwa apa yang ada dalam genggaman kita adalah hasil jerih payah kita, hasil usaha kita sendiri. Apa yang kita pegang dan kita miliki adalah hak mutlak kita dan siapapun tida punya andil di dalamnya. Benar dong?

Benar. Tapi sebelum kita ‘menghasilkan sesuatu’, maka sebenarnya kita tidak memulai dari kekosongan atau kehampaan. Kita nggak memulai dari nol. Kita sebenarnya diberi pinjaman modal. Modal? Ya modal dasar alias modal usaha. Modal usaha dan berusaha itu mencakup tenaga, waktu, kesempatan, kesehatan, pikiran, skill, bakat, inspirasi, dan sebagainya. Coba saja kita punya bakat atau skill tapi nggak punya waktu atau kesempatan, tau-tau langsung ke akhirat, pasti kita tidak akan bisa berkarya lagi khan? Kalau begitu sebenarnya apa yang kita raih itu adalah ‘pemberian’ juga. Mobil mengkilap, harta berlimpah, simpanan (duit ya, jangan orang) yang berlimpah jelas adalah karunia-Nya. Walaupun kita mengklaim bahwa keberhasilan atau sukses itu adalah karena hasil usaha kita tetapi ada andil dari sang Pencipta baik langsung maupun tidak langsung. Seperti anak kecil yang mendapat kue yang enak di tangannya atau memegang duit di tangannya bukan karena dia sudah kerja keras tapi itu adalah pemberian Papa Mamanya. Kita yang udah dewasa, apa yang ada pada kita dan yang mau kita bagikan ke orang lain jelas adalah pemberian Tuhan.

Jadi poinnya yang kedua di sini adalah kalau kita bisa memberi karena Tuhan sudah memberi terlebih dahulu bagi kita. Mengapa kita bisa memberi, karena kita sudah menerima lebih dahulu berkat dan anugerah dari Tuhan. Berkat Tuhan itu sangat luar biasa sehingga setiap manusia menikmatinya walaupun orang tersebut tidak pernah memberi tapi Tuhan nggak hitung-hitungan dalam memberi berkat-Nya.

Ketiga, Pemberian yang dilakukan dengan ‘sungguh’ akan membawa sukacita. Anak saya waktu membagian roti atau kue, sorot matanya memancarkan kesenangan dan senyumanpun menghiasi wajahnya. Waktu dia melihat saya memakannya diapun penuh kegirangan dan saya pun jadi turut senang. Kendati makanan yang dibag hanya crackers, jagung rebus bukan hamburger atau pizza tapi kesenangan itu tak terkira. Sukacita karena pemberian ini akan muncul baik di pihak pemberi maupun penerima. Pemberian yang sejati membawa kesenangan yang sejati pula. Ini bertolak belakang dengan semangat hedonisme, paham yang mengajarkan untuk mengejar kesengan semata, kesenangan yang semu karena berpusat pada keegoisan dan pelampiasan hawa nafsu individu.

Keempat, pemberian itu hendaknya disertai dengan ketulusan. Sama seperti kepolosan seorang anak yang memberikan tanpa ada motif ada kepiting di balik bakwan, ada kepentingan, kawan…. Anak kecil memberikan dengan tulus dan apa adanya. Pemberian yang disertai ketulusan itu sungguh jauh lebih bernilai dan pemberian inilah yang ideal. Pemberian seperti inilah yang ‘suci’ artinya bersih dari segala maksud-maksud terselubung atau maksud untuk mencari keuntungan, nama, menarik pemberian yang lainnya, dan sebagainya. Pemberian yang terbaik dan disertai ketulusan adalah kombinasi pemberian yang sangat ideal tentunya. Dan ini bukan hal yang mustahil karena kita dimungkinkan untuk memberikan pemberian semacam ini. Tuhan terus menanti orang-orang yang memberi dengan style seperti ini. Pemberian inilah yang nantinya akan berbau harum baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan sesama.

Keajaiban Apresiasi


Seorang anak pulang dengan membawa hasil ulangan dan menunjukkannya pada Mamanya,”Ma, ini aku dapat nilai 90,” ungkapnya dengan nada riang. “Cuma 90 aja bangga, kenapa nggak cepek (maksudnya 100)”? kata Mamanya. Dia akhirnya belajar keras dan ternyata berhasil, dia mendapat nilai 100. Apa reaksi Mamanya? “Nggak salah tuh nilainya. Jangan-jangan gurumu salah periksa tuh. Atau soalnya terlalu gampang. Jaman Mama sekolah dulu nggak ada yang nilai 100.” Ada lagi kisah anak yang lainnya. Di akhir semester untuk pertama kalinya dia meraih peringkat II di kelas, dia mengabarkan kabar prestasinya kepada Papanya dengan gembira,”Pa, saya juara II loh Pa”. “Apa?, juara II? Tuh liat Kakakmu rangking I terus , jangan kalah ma dia.” Papanya kembali berkomentar,”Kamu ma Kakakmu aja masih kalah ma Papa. Jaman Papa dulu soalnya lebih susah loh, tapi Papa selalu juara kelas bahkan juara umum dari SD samppe SMA, juara lari, juara catur, juara ping pong. Hmmm kalian masih payah dibanding Papa….”

Ini memang bukan kisah nyata tapi jamak dijumpai kemiripannya dalam realita hidup keluarga di dalam kultur Timur. Kisah malang anak yang mengharapkan apresiasi tapi bukan itu yang didapat hanya tanggapan dingin, membandingkan, mengecilkan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa. Bayangkan betapa kecwanya si anak setelah belajar dan bekerja keras tetapi tak ada pujian dan pengakuan sama sekali.
Apresiasi yang minim atau langka memang bisa jadi diturunkan dan ini berkaitan dengan budaya dan pola pengasuhan dalam keluarga. Bahkan dalam budaya kita harus diakui apresiasi itu diminimalisasi dan dicegah dengan ungkapan,"Jangan dipuji, nanti besar kepala. Tu jangan dipuji nanti dia cepat puas.” Reaksi semacam ini akhirnya menjadi penghambat bagi orang untuk mengembangkan apresiasi lebih lanjut. Di sisi lainya juga timbul penyangkalan atau penolakan terhadap apresiasi. Bahkan ada yang menjadi alergi dengan apresasi atau pujian. Padahal apresiasi itu wajar dan perlu. Tidak hanya itu, apresiasi memiliki dampak luar biasa.

Apresiasi bermanfaat dan berdampak sangat besar dalam perkembangan diri seorang anak. Anak yang dibesarkan dengan apresiasi yang baik akan memiliki citra diri dan kepercayaan diri yang baik. Bahkan akan membentuk karakter yang positif dalam dirinya yaitu bagaimana belajar menghargai, bersyukur, serta akan memberikan pengaruh yang positif bagi orang lain yaitu bisa menjadi pendorong atau motivator bagi orang lain. Anak yang dibesarkan tanpa apresiasi cenderung sinis, kurang menghargai, pengeritik atau menjadi pencela. Bisa-bisa akan berpengaruh pada self esteemnya dan berdampak pada sosialisasinya juga jadi kurang baik. Belum lagi menyangkut ke depannya. Jadi apresiasi itu ternyata penting banget.

Apresiasi macam apa yang berdampak ? Jelas apresasi yang tidak sekedar basa basi, asala bunyi atau pepesan kosong tapi apresiasi yang tepat dan kongkrit. Ada apresiasi yang justru menjadi hambar dan nggak berdampak karena diungkapkan dengan cara yang keliru. Atau aapresasi yang nampaknya baik atau manis di depan tapi belakangnya “tak sobek-sobek”. Misalnya,”Wah, lukisanmu bagus, kalau dilihat dari Monas.” Atau,”Suaramu bagus kalo nyanyi, bikin bulu kuduk berdiri.” Apresiasi jenis ini mulanya mengangkat tinggi seseorang kemudian membanting sampai berkeping-keping atau dipuji dulu setelah itu dibantai. Ini bukanlah apresiasi yang baik, positif dan konstruktif.

Apresiasi yang baik adalah diekpresikan secara tepat dan kongkrit. Bukan hanya diungkapakan secara umum misalnya, “Kamu hebat atau kamu baik,” Hebat dalam hal apa atau baik dalam hal apa, ini harus jelas dulu. Apresiasi akan berdampak kalau diungkapkan secara spesifik. Apresiasi yang baik kalau diungkapkan dengan tepat maka bisa berdampak besar. Thomas Alfa Edison sewaktu bersekolah dianggap tidak memiliki harapan bahkan dikeluarkan dari sekolah oleh gurunya. Mamnya terus memberikan semangat dan dorongan buat dia untuk terus belajar dan berusaha. Terbukti Thomas ALfa Edison mencengangkan dunia dengan berbagai penemuannya yang sangat luar biasa. Ingat wanita besi, julukan buat Margareth Thatcher?, seorang PM Inggris yang luar biasa dan sangat disegani. Dia menyatakan bahwa pujian dan dorongan dari Papanyalah yang membuat dia berhasil dan meraih pencapaian-pencapaiam yang luar biasa.

Saya paling suka dengan kisah mengenai Johny Figaro. Johnny Figaro adalah seorang anak Italia berusia tigabelas tahun yang tinggal di New York. Sebagai siswa dia menjadi masalah besar bagi guru guru-nya. Johnny sering berkelahi dan sering mengganggu murid-murid . Anak ini juga dikenal kasar terhadap guru-gurunya dan sudah terlalu sering menerima hukuman.

Saat kelas enam, dia bertemu dengan wali kelasnya, seorang guru muda yang tenang. Suatu kali Johnny masuk ke kelas dengan sikap yan seenaknya. Guru muda itu berkata dengan tenangnya ”Johnny, hari ini kamu kelihatan baik dengan kemeja yang bersih dan rapi” Mendengar itu, Johnny langsung terkesiap, dan secara spontan merapikan posisi duduknya dengan badan yang tegak.
Siang harinya, Johnny terlihat memakai dasi dengan, dan kembali si guru muda ini memberikan pujian kepadanya. Hari berikutnya dia mengganti tali sepatu yang lusuh dengan yang lebih bersih dan sepatunya menjadi lebih mengkilap karena sudah disemirnya.

Guru muda itu mengatakan kepada guru-guru yang sebelumnya menangani Johny ”Berikan pujian padanya dan anak itu akan memberikan reaksi, puji saja..”
Johnny Figaro pada akhirnya menjadi seorang Rektor universitas negeri ternama di Amerika bagian tengah sebelah barat. Seorang anak lelaki yang sepertinya tidak punya masa depan dan kita mungkin berpikir bisa menjadi kepala geng atau preman, telah berubah seorang akademisi sukses berkat seseorang yang menyempatkan diri untuk memberikan pujian tulus kepadanya. Apresiasi ibarat air yang disiramkan ke tumbuhan yang akhirnya tumbuh mekar dan berbunga.

Kapan terakhir kali kita menyatakan apresiasi? Sudahkah Anda mengapresiasi seseorang hari ini?

Apresiasi

“Appreciation is a wonderful thing: It makes what is excellent in others belong to us as well.”
Voltaire (1694 – 1778)

Sebagai orang yang hidup dalam kultur Timur, kita memiliki dua problem dalam kaitan dengan apresiasi. Pertama, kita tidak terbiasa mengekspresikan apresiasi atau pujian. Bahkan kayaknya dan mungkin berlebihan, kita agak ‘tabu’ dalam memberikan pujian untuk sesuatu atau untuk orang lain. Jadi kalau ada seseorang yang melakukan sesuatu yang hebat, kita menghadapinya dengan dingin atau berkomentar dalam hati aja ,”biasa aja tuh, sayapun bisa”. Atau kita diam aja atau hanya bergumam, Mmm, ya!. Masalah kedua dan ini sebenarnya universal adalah kita cenderung berpikir dan melihat (baca:mencari) hal negatif dulu. Kombinasinya adalah akan meumnculkan ungkapan-ungkapan yang seperti ini, komentar tapi bukan bersifat pujian. Kalau orangnya hebat tapi kurus, komentarnya :”Orang itu kayak cacing”. (prestasinya nggak disinggung sama sekali). Kalau gede,”wah kayak bonsai.”Yang lainnya misalnya, “eh kamu imut ya” (maksudnya item mutlak). Adalagi : “Edan tenan orangnya.” Atau,”Kamu masih hidup toh?”. Hai ya…..(Maafkan, penggunaan contoh di atas tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun)…Peace.

Kalau ditelusuri lagi, hambatan lainnya adalah keengganan kita untuk mengakui prestasi atau kehebatan orang lain. Jelasnya, kita terlalu angkuh untuk merendahkan hati kita dan mengakui bahwa untuk hal tertentu ada orang yang skill dan kemampuannya di atas kita, ada orang yang lebih hebat dan luar biasa. Untuk memberikan pujian atau apresiasi kepada orang lain seolah-olah menempatkan kita di bawah orang tersebut dan ini artinya menempatkan posisi kita seolah-olah berada pada posisi kalah. (nah, udah mulai negatif khan…).Pada dasarnya kita ngga mau dan nggak suka berada di posisi di bawah. Kita jelas nggak suka juga dengan kekalahan. Dengan kondisi seperti ini amat sulit mengharapkan apresiasi bisa keluar dari hati dan mulut kita.

Apresiasi sendiri sebenarnya memiliki makna yang dalam dan berdampak positif bagi diri sendiri dan orang lain. Ok, saya mengajak kita untuk melihat sejenak apa sih arti dan makna apresiasi. Dalam kamus Webster, arti pertama kata apresiasi memiliki arti berpikir dengan baik (to think well of). Jadi apresiasi adalah suatu sikap, berpikir baik dan positif mengenai segala sesuatu. Nah inilah kuncinya. Kalau kita berpikir baik dan positif maka tidak akan sulit bagi kita untuk mencari hal-hal baik dan positif dari orang lain. Dalam memberikan apresiasi bukan hanya melihat atau memuji untuk prestasi yang spektakuler atau sensasional tapi hal kecil sekalipun kalau kita berpikir baik dan positif tidak akan sulit untuk mencarinya. Tapi kalau udah berpikir negatif, maka segala hal dilihat dengan kacamata minus. Segala hal dilihat dengan kacamata hitam, awas nabrak, euy. Apresasi adalah mampu melihat dengan cara pandang yang lebih baik, bukannya tidak melihat hal negatif tetapi mampu melihat dan menghargai hal positif sekecil apapun.

Apresiasi adalah penghargaan akan sesuatu yang berkualitas (to estimate the quality)(to recognize),pengakuan akan sesuatu. Misalnya pengakuan bahwa seseorang telah melakukan suatu pencapaian yang baik bahkan luar biasa . Makna apresiasi adalah mengakui bahwa orang lain telah menunjukkan prestasi dan kita belajar mengakui bahwa bukan hanya prestasi tapi sikap dan karakter orang tersebut juga sangat luar biasa. Ini amat tidak mudah. Saat mengungkapkan ini seolah-olah kita menundukkan diri dan mengakui kehebatan orang lain. Dan bagi sebagian orang, hal ini sulit untuk diterima. Ini butuh kerendahan hati dalam mengekspresikannya. Menunjukkan apresiasi sebenarnya menunjukkan kebesaran jiwa seseorang. Kristus pun pernah memuji orang lain karena iman yang dimiliki orang tersebut. Bahkan Tuhanpun mengakui bahwa iman kita manusia berharga dan sangat bernilai. Ini suatu teladan yang luar biasa. Kalau Tuhan bisa memuji seperti itu, apalagi kita manusia sepatutnya belajar mengapresiasi lebih lagi.

Apresiasi adalah mengangkat atau menaikkan nilai sesuatu (to raise the value). Apresiasi adalah bagaimana kita belajar menghargai sesuatu yang berkualitas dan menilai dengan tinggi sesuatu yang sesuai dengan kualitasnya tersebut. Kalau kita belajar menghargai dengan baik maka hal ini akan menambah citra positif dan menambai nilai akan sesuatu. Apresasi akan menjadi suatu motivasi bagi orang lain dan tidak hanya menambah nilai dari karya orang tersebut tapi sesungguhnya kita sedang membangun atau teknisnya mengangkat orang tersebut. Sedangkan lawannya adalah meremehkan atau merendahkan hanya akan membuat kita menjadi kehilangan sense dalam menilai sesuatu. Kita akan kehilangan rasa atau sensenya justru negatif kalau kita tidak belajar mengapresiasi oran lain.

Apresiasi juga bicara soal kepekaan(to be fully sensitively or aware of). Ini tidak hanya bicara soal indra perasa tapi kepekaan hati dan kesadaran pikiran akan sesuatu. "Rasa" ini membuat kita jadi mampu mengecap dan menilai sesuatu. Rasa kepekaan terhadap orang lain utamanya di sini adalah kepekaan melihat hal yang baik, hal yang positif dan berkualitas. Kalau kita sudah kehilangan 'rasa' dan kepekaan maka kita akan kehilangan apresiasi itu sendiri.

Apresiasi adalah membuat kita untuk belajar bersyukur (be thankful for). Ya, apresiasi seharusnya membuat kita melihat bahwa Tuhan memakai siapa saja untuk berkarya dan karya mereka bahkan dinikmati orang banyak termasuk mungkin Anda dan saya. Apresiasi harusnya membuka mata dan hati kita untuk mensyukuri kesempatan bertemu dan melihat dari orang yang berprestasi dan mungkin juga bisa belajar sesuatu darinya. Bukankah hal ini patut disyukuri dan membuat kita maju?

Keinginan dan Kemampuan

Keinginan dan Kemampuan

Beberapa orang memakai standard diri dan kemampuan sekarang untuk menentukan apa yang 'boleh' mereka inginkan di masa depan.
Ini seperti seorang anak SMA yang tidak ingin kuliah karena menggunakan ukuran diri dan kemampuan SMA, berkata, "Saya tidak akan bisa lulus kuliah!"
Ini seperti seorang anak kecil yang tidak pernah mempelajari matematika, memperhatikan seorang profesor matematika sedang berhitung dan berkata, "Saya tidak mungkin berhitung seperti itu!"
Akhirnya beberapa kita menentukan masa depan kita hanya dengan ukuran diri dan kemampuan yang jauh di luar potensi perkembangan diri.
Tentukan keinginan Anda dahulu, lalu 'proyeksi' diri dan kemampuan sesuai keinginan itu. Bangun diri dan kemampuan sesuai keinginan, bukan sebaliknya!

Have a positive day!

Hingdranata Nikolay
www.inspirasiindonesia.com
www.nlpindonesia.com

Kultur 3 M

Kultur 3 M

3M maksudnya Meledek, Mengejek dan Melecehkan. 3M ini bisa disebut sebagai kultur karena sudah membudaya. Asal muasalnya dari kebiasaan dan ini menjadi habit yang terus saja berkesinambungan dan mendapat tempatnya di tengah kondisi dan orang-orang yang mendukung. Tentunya dalam pengertian yang negatif. Dari meledek ini bisa berkembang jadi saling mengejek dan akhirnya bisa menelan korban. Baru-baru ini ada peristiwa yang memilukan dan berkaitan dengan hal ini. Sebut saja Ahsed pelajar III SMP Bekasi menjadi korban hantaman teman-temannya sehingga tewas. Pelajar dari Bekasi ini dikabarkan saling bercanda dengan teman-temannya tapi berkembang menjadi saling meledek, mengejek dan puncaknya saling sabet dan saling pukul. (Bercanda yang Berujung Maut, Kompas Minggu, 6 September).

Kultur 3M ini menemukan tempatnya mulai dari dunia nyata sampai dunia maya. Lihat saja sinetron di TV mempetontonkan mulai dari meledek sampai menghina dan melecehkan. Saya pernah sekilas melihat sinetron secara tidak disengaja, dalam sebuah adegan yang durasi waktunya satu menit saja bermunculan kata-kata 3M sekitar 5 atau 6 kata dengan pemeran yang berbeda-beda. Itu baru satu menit! Belum lagi ditambah ekspresinya itu yang serba nyolot dan muka kayak semangka Cibinong yang belum mateng. Ampyun deh. Padahal sinetron itu nggak termasuk dalam daftar sinetron yang diperingatkan Komisi Siaran di negara kita.

Kata-kata ejekan itu justru popular dan muncul dalam berbagai kondisi atau konteks yang ada. Mulai dari dijadikan bahan candaan alias iseng atau sebagai reaksi yang muncul untuk situasi dan nkeadan tertentu. Jadinya, udah dianggap lumrah alias ‘normal’ saja. Kata yang keluar biasanya tidak tunggal saja karena akan muncul konco-konconya yang akan menemani dan memperkuat ungkapan tersebut. Maka meluncurlah kata-kata yang seharusnya dikerangkeng di bon-bin itu, keluar secara tak terkendali dan siap meluncur ke arah korbannya.

Kalau kata-kata itu tidak bersinggungan dengan kita atau tidak ditujukan kepada kita, reaksi kita paling,”Wah, jangan ngomong kasar, ngak sopan!”. Kalau kita anggap keterlaluan, paling Cuma,”wah, parah ya, kasar sekali!”. Tapi bagaimana kalau kata-kata 3M itu ternyata dialamatkan ke kita? Pasti tensi kita naek, diikuti temperature di hati dan kepala mulai mendidih (ntar lagi mateng), mata jadi ikutan melotot, jantung debarannya sampai 4-5 skala Richter, duk…dug…dux.

Sebelum pecah perang lidah, ibarat puter video, coba dipause dulu. Pikirkan hal yang positif. Saya suka ingat analogi gelas aqua. Misalnya kita bilang atau kita maki gelas aqua itu dengan kata-kata seperti,”kamu bodoh,” “kamu kodok”, Apakah akan mengubah gelas aqua tersebut? Kita tambahkan lagi,”Kamu bukan gelas plastik tapi kaleng rusak!”, Apakah akan berpengaruh? Coba kita ngomong sambil memegang gelas tersebut lalu kta bilang di depan anak kecil,”Ini bukan aqua, ini monyet.” Saya rasa mereka akan memandang aneh ke kita atau mengaggap kita udah gila.

So, apapun kata orang tentang kita yang bernada meledek, menghina atau melecehkan, tidak akan mereduksi nilai atau harga diri kita. 3M itu tidak akan merusak dan menodai diri kita kalau kita tidak menanggapinya. Bersikap cool aja kayak gelas aqua tadi yang gak bergeming sedikitpun. 3M tidak akan membuat kita jadi turun derajat atau berkurang kadar kemanusiaannya. Misalnya dari manusia full menjadi tinggal 70% manusia karena diejek dengan kata-kata binatang. Justru mereka yang kerap ngomong 3M itu sebenarnya sedang menurunkan derajat kemanusiaannya.

Kedua, ingatlah bahwa kita ini berharga. Manusia mungkin bisa meremehkan dan memandang rendah dengan tatapan yang merendahkan serta ucapan yang membuat harga diri kita terusik dan rasanya dinjak-injak. Apapun itu sebenarnya kita nggak perlu terprovokasi dan membalas dengan kata-kata yang bernada H=hinaan.
Diri kita tetaplah berharga? Kenapa berharga? Karena kita selain makhluk langka, kita adalah makhluk Tuhan yang special. Yang menentukan harga dan nilai manusia jelas bukan manusia tapi Pencipta. Orang boleh meremehkan tapi Tuhan tetap melihat kita berharga dimata-Nya.

Keberhargaan diri kita bukan terletak pada casing atau penampilan kita. Berharga bukan karena pakai BlackBerry, tas Gucci, sepatu Italia, cincin berlian yang gede melingkar di leher, tangan, kaki, telinga (emang mau jadi gantungan berlian?). Berharga bukan karena jabatan tinggi, tajir dan naek Mercy. Kita berharga karena kita dikasihi. Dikasih siapa dulu? Yaitu dikasihi Tuhan. Kalau kita mengasihi sesuatu atau orang lain karena kita menganggap orang atau sesuatu itu berharga. Nah, Tuhan mengasihi kita karena kita memang berharga di mata-Nya. Orang laen boleh benci atau menolak dan meremehkan kita tapi Tuhan tetep mengasihi apapun kata orang tentang kita.

Berharga, berarti kita juga berarti. Mungkin ada yang nggak menghargai dan menganggap kita nggak berarti. Tapi Tuhan menghargai sekecil apapun kemampuan, dan kelebihan kita. Walaupun kita tidak sehebat orang lain tetapi Tuhan menghargai kita. Sekecil apapun dan selemah apapun diri kita, Tuhan tidak merendahkan atau mau menyingkirkan kita. Tuhan selalu memberi kita tempat di hadapan-Nya.

Di akhir posting ini, saya cuma merenung lagi, mengubah suatu kultur sangat tidak mudah. Tapi baiklah kita mulai dari diri sendiri. Dan saya cuma berpikir, bagaimana cara positif menyikapi kultur 3M ini? Mari kita hadapi dengan Menghargai, Memuji dan Membangun atau Memotivasi...

Klaim!

Klaim!


Dari kecil anak-anak sudah belajar mengklaim. Ini punyaku, itu punyaku, itu juga. Kalau diambil bisa nangis tuh, merengek-rengek, atau sambil ngesot atau loncat-loncat ditambah ekspresi cemberut tut tut plus air mata buaya langsung berderai. Bayipun demikian, dia secara spontan akan mempertahankan apa yang dia miliki. Kalau sang bayi belum bisa ngomong maka bahasa naturalnya muncul, nangis atau teriak. Hua..hua...

Ternyata kata klaim ini berhubungan dengat teriak, dari bahasa Latin clamare artinya to cry out, to shout. Dalam kamus Webster klaim adalah to ask for especially as a right, to take as the rightful owner. Jadi klaim adalah menuntut atau meminta apa yang merupakan hak/kepemilikan dari apa yang kita miliki. Maka jika ada yang mencoba mengambil apa yang kita miliki maka akan muncul self defence mechanism, mekanisme pertahanan diri. Kita akan membela atau mempertahankan mati-matian. Kalau masih belum mempan maka klaimnyapun makin vokal. Mulai dari nada suara sampai ekpresi lisan diutarakan lewat media massa atau di kolom surat pembaca. Kalau perlu pakai jasa pengacara dan pemberitahuan secara khusus di surat kabar. Kita ingin hak atau milik kita yang diambil itu dikembalikan. Mungkin mulai dari pemotongan saldo ATM yang di luar kewajaran, atau klaim harta gono gini dalam kasus perceraian, atau klaim soal status pengasuhan anak dan sebagainya.

Kalau klaim itu benar, maka tidak jadi masalah. Tapi kalau salah mengklaim, udah pasti malu besar dan bisa dituntut balik. Tapi ada yang nggak peduli, walaupun salah yang penting klaim jalan terus. Pokoke ini punyaku! Wah, ini namanya salah kaprah alias ngawur. Mungkin cuma dipinjemin sementara, tau-tau langsung diklaim bahwa itu miliknya selamanya, barangnya nggak balik-balik lagi. Mungkin cuma diberi tumpangan sementara, tau-tau langsung diklaim tempat atau barang itu miliknya. Bahkan sekitarnya pun diklaim: pohon tomat, pohon tauge, tiang listrik dan jalan tikuspun diklaim. Jadi tikuspun ngak diijinkan lewat nih, weleh-weleh.

Klaim yang salah juga termasuk mengaku-ngaku. Misalnya ada orang yang mengaku Mesias atau inilah atau itulah... Di Cirebon ada orang yang mengaku dirinya Isa Almasih. Rambutnya dipanjangin berikut jenggotnya. Di Malang lain lagi, pernah ada bapak tua yang mengaku dirinya Bung Karno. Bajunya dan atributnya sama persis tapi mukanya nggak mirip, cuma kopiah amatongkat dan bajunya yang mirip.... Masih gantengan Bung Karno juga tapi anehnya ada yang percaya. Bahkan mau aja foto-foto ama Bung Karno palsu ini. Dan orang yang mengaku Soekarno ini mengklaim bisa memulihkan krisis ekonomi bangsa. Kenyataannya orang ini palsu. Obsesi jadi presiden kali yah tapi nggak kesampaian atau nggak ada pendukungnya...Kasian.

Kita sih mungkin lebih baik artinya nggak mengklaim harta atau milik orang lain. Kita juga nggak mengklaim menjadi orang lain. Tapi kita mengklaim sesuatu yang sebenarnya bukan milik kita. Mungkin anda pernah dengar ucapan,”"This is my body.” So what?" "Ini tubuhku. Apapun yang aku lakukan adalah hakku dong." Pokoknya saya mau apain tubuh saya, itu adalah hak ekslusif saya. Mau dipermak, ditambal sulam (emangnya ban, he he) mau dioperasi plastik, mau diisi silikon, mau disuntik-suntik atau ditusuk-tusuk pake jarum narkoba, itu adalah hakku. Makanya banyak anak muda rela ditusuk jarum suntik narkoba, bahkan mengisi tubuhnya dengan drugs, alcohol, rokok karena mereka merasa bahwa : This is my body! Ada juga yang sengaja mengobral tubuhnya untuk hawa nafsu atau kesenangan karena menganggap bahwa tubuh itu adalah untuk kesenangan saja.

Emang sih tubuh ini kita punya tapi tunggu dulu. Kelihatannya seperti itu namun sebenarnya ada satu Oknum yang lebih tinggi yang lebih berhak atas tubuh kita dan lebih berhak mengklaim diri kita. Dia adalah Pencipta kita dan Pemilik diri kita yang sesungguhnya. Dia memang nggak pernah berteriak keras atau protes saat kita mengklaim ini tubuhku, ku tahu yang kumau. Dia memberi kita kesempatan. Kalau sudah tiba waktunya maka Dia akan mengklaim diri kita maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Jadi sebenarnya siapa yang lebih berhak atas tubuh kita? Jelas Tuhan. Alangkah terpuji dan terhormatnya kalau kita mau menghargai dan dan mengindahkan Tuhan sebagai pemilik tunggal atas hidup kita. Kata Salomo : Ingatlah Penciptamu pada masa mudamu. Jangan sampai kita lupa siapa yang menciptakan kita, siapa yang menghadirkan kita di dunia ini. Jangan sampai lupa status kita sebagai ciptaan . Diri kita bukanlah milik pacar, atau bos kita atau bahkan orang tua kita. Kita adalah milik Tuhan dan suatu saat akan kembali pada-Nya. Maka tugas kita adalah menjaga dan dan mempertanggungjawabkan hidup kita termasuk tubuh kita ini dihadapan Tuhan.

Yang lebih penting lagi adalah bahwa tubuh kita juga unik karena menjadi tempat kehadiran Tuhan. Your body is a temple of Holy Spirit. Temple dalam kamus artinya : a place dedicated to worship, having within it a divine presence, a place reserved for a highly valued function. Adalah suatu hal yang spesial atau suatu kehormatan kalau Tuhan mau tinggal dan berada dalam hidup kita. Memang kelihatan nggak masuk akal tapi inilah misteri Ilahi. Yang pasti Tuhan sangat menghargai diri kita termasuk tubuh kita, jadi kitapun harus turut menghargai dan menjaganya. Dia terus melihat dan memperhatikan kita dengan segala sepak terjang kita dalam menggunakan tubuh ini. Satu kali kelak kita juga akan mempertangungjawabkan di hadapan Dia yang empunya tubuh ini. Jadi, ingat, ingat! :)

3G Ultimate : Gempa-Gempa-Gempa !!!

Ini adalah puncak atau trilogy dari seri 3G sebelumnya. Namanya 3G : Gempa, gempa, gempa!!! Loh kok gak nyambung dengan sebelumnya? Justru ini tetep nyambung cuma lebih dahsyat, bisa menggoyang dan mengganyang apa saja termasuk bangunan kokoh sekalipun. Ingat dampak gempa yaitu tsunami yang mengganyang dan menelan ribuan korban jiwa di negeri kita dan manca negara. Gempa dan dampak tsunami masih menyisakan trauma bagi kita. Gempa kemaren juga sebenarnya menyisakan berbagai kisah aneka reaksi orang dalam menghadapi gempa. Sambil membaca artkel ini saya juga mengajak kita untuk berefleksi sejenak dari kejadian gempa ini.

Kalau gempa terjadi, apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda selamatkan? Lalu kalau ada orang yang perlu diselamatkan, siapa yang anda selamatkan? Jawaban atas pertanyaan sederhana ini akan menguak prioritas-prioritas atau apa yang paling kita anggap penting untuk diselamatkan pada saat situasi itu terjadi. Waktu itu saya masih berada di sekolah, di lantai empat. Ketika gempa terjadi, banyak reaksi dari teman saya menghadapi gempa. Ada yang langsung mengambil handphone. Dia mengatakan handphone itu penting untuk menghubungi suaminya yang ada di luar kota. Ada juga yang sudah sempat lari tapi balik lagi untuk mengambil kuenya di keluarganya. Ada yang langsung menyelamatkan tas karena ada barang berharga di dalamnya, ada paspor. Ada yang secara refleks menyelamatkan laptopnya dengan memasukkan ke dalam tas padahal laptopnya masih nyala, menyusul chargernya sama kitab Suci. Teman saya yang lainnya mengatakan kalau gempa terjadi dia akan menyelamatkan koreksian atau lesson plan. Wah, masih sempat-sempatnya mikirin nilai anak-anak. Ada pula yang menjawab, "Yang penting selamatkan diri". Ini orang yang nggak mau repot dan nggak mau mikirin apa-apa lagi. Yang penting gue selamat, katanya.

Pertanyaan berikut: Siapa yang Anda selamatkan? Wah kita pasti akan mikir-mikir. Kalau disuruh memilih dan situasinya ada orang yang perlu diselamatkan, mana yang kita akan pilih? Mungkin pertanyaan ini lebih tepat ditujukan buat kaum pria. Situasinya misalnya di gedung yang bertingkat. Pasti akan memilih siapa yang perlu atau paling butuh untuk diselamatkan, iya nggak? Atau liat-liat dulu bobotnya apa penampilannya. Wah, jangan-jangan yang dipilih hanya yang muda dan cantik. Ini namanya ada udang di balik gempa...

Gempa sebenarnya memperlihatkan sifat atau watak dan temperamen asli seseorang. Ada yang ketika gempa terjadi langsung panik, mukanya udah pucat dan mau nangis (ini tipe sanguine). Ada yang tetap cool alias tenang-tenang aja, nggak peduli padahal dia udah tau ada gempa (tipe flegmatik). Sekelilingnya uda mulai jungkir balik baru dia berasa. Ada juga yang mulai mikir yang negatif, membayangkan bahwa setelah gempa bisa muncul tsunami dahsyat, kalau gempa gedung bisa rontok dalam sekejap padahal saya belum married, baru mau, akhirnya mukanya mulai muram dan stress (ini melankolik). Ada juga yang ketika gempa terjadi langsung memberi komando (tipe , jangan lewat lift, turun lewat tangga, perhatikan barang bawaannya, jangan sampai ketinggalan (ini mah kayak di busway)…Ada juga yang nggak berasa sama sekali atau atau kebal. Wah kalau ini berarti tidak termasuk keempat temperamen sebelumnya. Ini termasuk yang gawat. Udah ada bahaya tapi nggak peka atau nggak menyadari bahaya.

Gempa untuk saat ini sudah berlalu. Tapi bukan berarti kita udah nyaman dam aman (bukan menakut-nakuti tapi faktanya khan seperti itu, he he, he). Apalagi kita berada di jalur gempa (ngeri). Gempa sebenarnya menyadarkan kita kembali betapa kecilnya dan betapa rapuhnya kita di tengah dunia ini. Gempa yang hanya beberapa menit itu bisa meluluhlantakkan bangunan-bangunan yang kokoh, rumah-rumah dan meretakkan bangunan-bangunan yang tinggi. Bangunan yang besar saja bisa roboh dan hancur apalagi kita manusia. Kita nggak akan berdaya menghadapi kekuasaan Tuhan di tengah alam ini. Gempa tidak akan ,memilih-milih korbannya. Di Tasikmalaya saja, ada pejabat di sana juga sempat tertimpa sesuatu di kepalanya karena gempa, bersyukur tidak terlalu parah. Orang-orang yang ada di gedung bertingkat, pejabat atau eksekutif dan bos sekalipun harus lari terbirit-birit melewati tangga darurat. Kita rapuh, ringkih dan nggak berdaya. Kita harus mengakui kekuasaan Tuhan tidak hanya atas alam tapi atas diri kita dan alam semesta ini yang berada dalam kekuasaan-Nya.

Gempa juga mengingatkan kita betapa pentingnya memiliki jaminan dan kepastian dalam hidup. Saat terjadi sesuatu yang nggak terduga, kita benar-benar siap. Ada teman saya ynag bercanda mengatakan bahwa kalau terjadi gempa, bercermin alias ngaca dulu biar tetap kelihatan cantik atau cakep. Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk sekalipun, misalnya meninggal katanya tetap dalam keadaan cantik atau cakep. Coba kalau gempanya lebih kuat, pasti udah nggak sempat ngaca dan penampilan pasti kacau balau. Bukan persiapan secara lahiriah seperti ini. Kemaren saya menerima email dari teman saya yang isinya menekankan pentingnya persiapan menghadapi hal tak terduga semacam bencana dan sebagainya. Dia mengingatkan perlunya jaminan baik di dunia dan di akhir hidup kita serta jaminan untuk orang-orang yang ditinggalkan (ujung-ujungnya mengingatkan perlunya punya asuransi:). Memiliki jaminan dan kepastian itu sangat penting karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi satu 1 menit ke depan, 1 jam ke depan, besok dan seterusnya. Jaminan dan kepastian tidak hanya sekedar jaminan atau asuransi untuk hidup di dunia tapi apakah kita mendapatkan jaminan untuk memiliki hidup kekal.

3G: Gemas, Geram,Ganyang (part 2)

3G: Gemas, Geram,Ganyang (part 2)

Ekspresi ganyang adalah kelanjutan dari gemas yang naik tingkat menjadi geram dan memuncak menjadi ganyang. Ganyang adalah tindakan eksekusi dari geram. Ganyang itu bagi saya adalah kata dan tindakan yang keras dan tajam. Ganyang itu kira-kira artinya libas, habisin, sikat, hajar, hancurkan dan sebagainya. Kalau diibaratkan istilah komputer berarti delete, atau cut. Kata ini lagi naik daun saat ini di negara kita, di media massa , internet, termasuk di situs-situs dan blog-blog termasuk blog ini juga. Saat ini ramai-ramai orang berteriak ganyang, entah karena mengatasnamakan nasionalisme, gengsi, emosi atau sekedar latah. Ganyang Malaysia eh muncul juga ungkapan pembalasan, Ganyang Indonesia. Akhirnya saling ganyang mengganyang.

Sebenarnya makna ganyang ini menarik untuk ditelusuri karena ternyata kata ini berasal dari bahasa Jawa yang ada hubungannya dengan makan yaitu memakan mentah-mentah, memamah, mengunyah (memakan sampai tak tersisakan barangkali). Arti keduanya adalah membinasakan, memusnahkan dan menghancurkan, mengikis habis termasuk juga mengalahkan. (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Keluaran Balai Pustaka hal 292 dan dibandingkan dengan kamus Melayu Online)

Kata ganyang ini juga menarik kalau diterapkan dalam konteks masa kini, misalnya :
Bagi seorang penggemar en pelahap makanan, ganyang itu singkatan dari garap sampai kenyang alias sikat sampai habis, sampai-sampai orang lain nggak kebagian (maruk juga nih).
Bagi seorang shopacolic, ganyang berarti borong sampai habis, lagi-lagi yang lain nggak kebagian.
Bagi seorang gamers action, ganyang itu berarti 'kill them all', seperti di Counter Strike.
Bagi seorang hacker, hajar web yang jadi sasaran atau dideface sehingga tampilannya jadi nggak keruan.
Bagi seorang kleptokrat, ganyang berarti makan abis semua uang yang ada termasuk uang rakyat dan uang pemerintah.

Kalau mau diperluas, masih banyak sih. Nah sebelum ganyang-mengganyang dengan tetangga sebelah, pertanyaan yang patut kita renungkan adalah benarkah konsep dan tindakan ganyang jaman dulu itu tepat untuk konteks masa kini? Ingat, kata itu digunakan Soekarno dalam konteks zaman dulu yang jelas berbeda dengan konteks sekarang. Kalau mau pakai kata ganyang, apanya yang harus diganyang? Ganyang seperti apa? Kita berhak mengekspresikan kemarahan, kegeraman atau keganyangan kita tapi perlu dilihat dulu caranya. Apakah pantas, tepat dan sudah sesuai dengan koridor ada? Maksudnya apakah juga masih mencerminkan perilaku kita sebagai bangsa yang menjunjung keberadaban, kesopanan dan kesantunan? Ganyang, lihat masalahnya apa dulu. Kalau masalahnya adalah tarian pendet, bukan masalah pelanggaran kedaulatan atau penyerobotan wilayah, berarti harus disikapi dengan cara yang berbeda. Nggak bisa dipukul rata. Nggak asal main ganyang. Dan kalau mau ganyang pihak luar, coba simak dulu kisah berikut yang saya kutip dari Teguh Timur:

“"Sum Kuning adalah kisah nyata. Ia disebutkan sebagai seorang gadis penjual telur yang jelita dari Godean, Yogyakarta. Pada suatu hari di tahun 1970, Sum Kuning diperkosa beramai-ramai oleh anak seorang pejabat dan teman-temannya. Dia sempat disuap agar tak melaporkan pemerkosaan itu. Ketika ia mengadukan nasib sial yang diterimanya, para pelaku menyerang balik dan menuduh Sum Kuning memberi keterangan palsu. Sum Kuning yang malang itu pun dibawa ke pengadilan. Untunglah, sang hakim tak menjatuhkan hukuman pada Sum Kuning. Tahun 1978 kisah Sum Kuning diangkat ke layar lebar. Disutradarai Frangky Rorimpandey dan dibintangi Yatty Surachman.

Ya, para TKI ini diperkosa beramai-ramai oleh pemerintah Indonesia berikut aparaturnya, pemerintah Malaysia berikut aparaturnya, PJTKI, rekanan PJTKI di Malaysia, pengusaha perkebunan di Malaysia, dan seterusnya. Ini adalah peristiwa sum kuning paling massif yang terjadi di muka bumi. Tidak di tempat gelap, tetapi di pertontonkan di atas panggung, dan kita semua bisa menyaksikannya. Gila." “

Ternyata dari kisah ini ada oknum dalam bangsa kita yang justru bertindak semena-mena terhadap bangsanya sendiri. Kalau mau bicara ganyang, seharusnya oknum-oknum dalam kisah diatas juga patut diganyang! Dan mereka bukan orang asing, tapi bangsa sendiri. Ingat, kisah ini bukan cuma bagian dari kisah masa lalu. Sekarangpun ada oknum-oknum orang kita sendiri yang tega menjual wanita-wanita ke negeri tetangga bahkan ke Timur Tengah. Mereka menjanjikan para calon TKI untuk dipekerjakan di restoran tapi nyatanya begitu sampai di negara tujuan malah dipekerjakan sebagai pelacur. Ada juga banyak kisah pilu calon TKI yang sudah menyetor uang untuk biaya keberangkatan, pengurusan paspor dan visa dengan sebelumnya menjual sawah atau rumah, ngutang sana sini tapi ternyata kena tipu. Uangnya diembat sama pengurusnya.Setelah bekerja mati-matian di luar negeri masih haru melewati episode penderitaan. Kita sering mendengar kisah pilu TKI yang baru pulang dari luar negeri tetapi saat tiba di airport kebanggaan kita Soekarno Hatta justru diperas habis-habisan bahkan ada yang kena tipu, pulang dengan tangan hampa. Kalau mau ganyang jangan cuma ke orang asing.

Ganyang dalam arti yang saya mau pakai di sini bukan ganyang secara fisik atau dengan cara kekerasan alis anarkis. Ganyang di sini adalah mengganyang ( mengalahkan dan mengikis habis ) segala bentuk kelaliman dan kejahatan yang yang sudah berakar dan membudaya di negara kita. Yang perlu kita ganyang adalah mentalitas korupsi dan prakteknya yang merajalela. Yang perlu diganyang adalah sikap dan mentalitas bangsa kita yang jelek dan negatif. Yang perlu kita ganyang adalah sikap aji mumpung, tidak profesional, sikap kemalasan, berbelit-belit, dan ketidakpedulian di negara kita. Perhatikan dua pandangan dari Koentjaraningrat dan Muchtar Lubis yang hampir senada mengenai manusia Indonesia :

Muchtar Lubis (2008: 18-36) juga mendaftar mentalitas negatif orang Indonesia lainnya seperti sifat munafik (hipokrit), tidak bertanggungjawab, berjiwa feodal, percaya pada tahayul, berorientasi ke masa lampau, dan lain-lain.

Koentjaraningrat (1987: 45) mendaftar kelemahan mentalitas orang Indonesia seperti sifat yang meremehkan mutu; suka menerabas (jalan pintas); tidak percaya pada diri sendiri; tidak berdisiplin murni; dan suka mengabaikan tanggungjawab. tidak bertanggungjawab.


(Sumber : Suara Muhammadiyah)

Musuh yang sesungguhnya bukan bangsa lain, bangsa Anu atau bangsa Ana, tapi bangsa Ane alias bangsa kita sendiri.....:) Musuh laten dalam bangsa kita sebenarnya adalah diri kita sendiri yang berwujud dalam mentalitas dan sikap yang negatif dan menghambat untuk maju. Musuh itu adalah sikap mementingkan diri, bagaimana mencari kedudukan yang enak atau kursi empuk dalam pemerintahan dengan cara yang tidak etis. Musuh itu adalah sikap yang hanya mencari keuntungan di tengah penderitaan rakyat. Musuh itu adalah menghalalkan segala cara agar tetap mempertahankan kedudukan dan jabatan. Musuh itu adalah mentalitas bagaimana meraup keuntungan sepuas-puasnya selagi berkuasa. Musuh itu adalah janji-janji manis politik yang nggak terealisir. Kalau mau gemas, geram, dan ganyang dengan hal ini, silakan.

Yang menggemaskan dan membuat geram adalah kalau perilaku dan mentalitas seperti ini dilestarikan atau dipelihara. Yang bikin gemas dan geram adalah kalau tidak ada perubahan dan perbaikan. Mungkin terhadap bangsa sendiri, gemas sudah nggak cukup, geram juga nggak ngefek tapi perlu ganyang. Nah kembali lagi, ganyang di sini dengan sikap yang elegan. Jangan mengarah ke anarkis dan makis-makis (maki-maki maksudnya).
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design