Vim as IDE - new development era for me

I was using Vim to do the minor editing in config files for ages. Vim is advanced on basic navigation and editing operations. However I was always prefer IDE for programming because of it's specific to language navigation('go to definition' feature is awesome!), integrated debugger. But while gaining the experience I noticed that all advanced features began to be less important then basic ones. And you should try Vim if you feel the same.

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

The Masker : Pahlawan Bertopeng (lagi)

Ada lagi versi pahlawan yang sebenarnya tidak pake topeng apa-apa, tapi dalam aksinya justru jadi pahlawan bertopeng. Nah, bingung khan? Anda pernah ketemu pahlawan jenis ini? Dia wajahnya nggak ada topeng atau nggak pake topeng sama sekali, asli loh. Tapi kenapa jadi pahlawan bertopeng ya? Sekilas penampilannya sangat meyakinkan dengan tampilan bak pahlawan baik ekpresi maupun aksinya, wuih pokoknya penampilannya keren. Dia berlagak pahlawan atau lebih tepatnya bertopengkan pahlawan tetapi sejatinya bukan pahlawan.


Pahlawan bertopeng ini aktingnya sangat ciamik. Dia seolah-olah hadir tepat pada saat dibutuhkan. Dia selalu menawarkan pertolongan dan seakan-akan hadir untuk menjadi ‘jawaban’ atau ‘solusi’. Dengan senyum dan ekspresi,”Ada yang perlu saya Bantu? Jangan kuatir, ada saya”, dia mencari-cari orang yang sekiranya akan membutuhkan bantuannya. Dengan sigap dan cepat dia menunjukkan atau lebih tepatnya memamerkan kemampuannya untuk membuat kagum atau mengesankan orang. Empati dan simpati selalu mengalir dari dirinya untuk sesama.

Pahlawan bertopeng ini juga pandai mencari-cari dan menciptakan kesempatan. Dia pandai menciptakan event di mana dia akan memainkan peranannya. Dia selalu muncul dalam project berskala besar karena menurutnya hanya dialah yang kompeten dan orang pasti akan membutuhkannya. Sekilas nampaknya benar, dia teramat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Dia akan nampak sibuk dengan berbagai agenda yang diciptkannya dan mengesankan dia adalah orang yan sibuk dan pekerja keras. Sampai di sini orang berdecak kagum, ck, ck ck, ruar biaza. Dahsyat deh pokognya. Dia lalu menjadi objek atau sorotan media lokal dan pujian serta sanjunganpun mengalir. Dia menikmati semua popularitas dan kesenangan serta sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Dia puas dan bangga karena dia merasa bahwa dialah yang menjadi tokoh kunci atau yang menjadi pahlawan sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan sukses.

Tapi tunggu dulu, saat kedoknya terbuka ternyata senyum itu mengandung muatan kelicikan. Ada udang di balik senyum.... Penampilannya sih baik tapi ternyata dalamnya siapa tahu? Senyuman itu memerangkap mangsanya agar mereka terjebak dan masuk ke dalam project dan agenda dari sang pahlawan bertopeng. Loh, bukannya dia siap menolong? Ya dia sih nampaknya selalu jadi pionir tapi hanya mengawali saja karena setelah itu dia langsung mengalihkan kepada orang lain. Dia akan menolong dengan melimpahkan beban dan tugas yang ajubila, luar biasa dan dahsyat kepada orang lain. Dia akan menolong agar orang lain tidak kelihatan menganggur atau kehilangan aktifitas. Dia akan menambah dengan aktifitas ekstra sehingga aktifitaspun akan semakin padat dan merayap. Pahlawan bertopeng ini juga seolah-olah sibuk dengan segala sesuatunya. Ya betul, dia sok sibuk atau sibuk mendelegasikan segala sesuatu kepada orang lain dan tinggal menunggu laporan : “Mana? Mana?”. Kalau tidak sesuai dengan ekspektasinya akan sangat berbahaya, dia bisa murka bak singa ompong yang kelaparan.

Motif pahlawan seperti ini pada akhirnya akan tersingkapkan. Motifnya bukanlah motif yang murni dan benar tapi dilandasi kelicikan, kemunafikan dan penuh tipu daya. Motifnya bukanlah untuk menolong dan berkorban tapi merongrong dan mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai. Popularitas dan nama baik serta pujian publik dan pujian atasan itulah yang mau diraihnya. Metode klasiknya seperti ini, ujung-ujungnya kalau orang lain sudah mengerjakan dengan baik maka dia akan dengan bangganya mengklaim, siapa dulu? Saya, githu loh. Pada akhirnya dialah yang menerima sanjungan (atau mencari sanjungan?). Dia menebarkan senyum kemenangan, senyum seorang pahlawan tapi bertopeng. Mengaku-ngaku pahlawan tapi sesungguhnya pahlawan bertopeng. Pahlawan bertopeng itu ibarat serigala berbulu domba. Ibarat muka domba tapi buntut buaya….Begh.....

Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa

Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa

    Amsal 14: 33 Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati orang bebal. Amsal 14: 34 Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.

     Ada suatu ungkapan yang mengatakan bahwa "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Dalam konteks masa kini kayaknya ungkapan yang paling relevan adalah: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menjunjung tinggi kebenaran". Kebesaran suatu bangsa bukanlah terletak pada seberapa maju teknologinya atau seberapa besar armadanya tetapi kebesaran suatu bangsa terletak pada bagaimana bangsa itu mulai dari pemimpin sampai rakyatnya menegakkan dan menjunjung kebenaran. Mungkin terlalu idealis tetapi hikmat Salomo menyatakan dengan jelas bahwa kebenaranlah yang meninggikan derajat bangsa, bukan yang lain! Terjemahan lain memakai istilah keadilan dan kebaikan. Kalau kebenaran, keadilan dan kebaikan sungguh-sungguh diupayakan maka noda atau aib itu tidak akan membesar dan menjalar. Tapi kalau dibiarkan maka noda itu akan semakin mencoreng dan membuat carut marut  wajah bangsa, mau dibawa ke mana muka bangsa seperti ini? Ke laut aja kali sambil nyanyi, nenek moyangku orang pelaut, ha ha
     Dalam tulisannya, Amsal suka membandingkan antara orang yang bijaksana dengan orang yang bodoh atau bebal. Orang bodoh dalam Amsal bukanlah bodoh secara knowledge, mereka justru pintar dan punya pengetahuan tetapi hati mereka bebal. Bebal berarti mereka sudah tumpul terhadap kebenaran. Mereka jelas tahu tapi hati mereka sudah tidak peka dan mereka meremehkan kebenaran. Ini kata Amsal merupakan aib atau noda bangsa. Berawal dari kebebalan maka hal ini akan merusak dan menodai kehidupan bangsa. Kebebalan membuat orang akan memutarbalikkan kebenaran dan keadilan bahkan menjungkirkannya. Awas...
      Sebagai bangsa yang besar secara geografis dan dari jumlah penduduk maka amatlah ironis kalau saat ini kita mengalami degradasi kebenaran yang terlihat dari penyelesaian kasus-kasus kelas kakap dan masih terus berlarut.  Ketidakpuasan terhadap penegakan hukum dan keadilan mulai didigemakan secara vokal. Masalah di negara kita memang sangat kompleks dan sulit diurai dari dulu ampe sekarang. Krisis integritas, hilangnya kepercayaan dan terlebih lagi kebenaran di tingkat elit. Kebenarannya, mana? mana? Hikmat Salomo menegaskan bahwa hanya kebenaranlah yang meninggikan derajat bangsa. Derajat bangsa kita saat ini mengalami degradasi dan semakin tercoreng karena ulah dari orang-orang yang merekayasa fakta dan memutarbalikkan kebenaran. Esensi dari semua kompleksitas masalah di negara kita adalah berakar dari pudarnya kebenaran digantikan oleh berbagai tipu daya dan sandiwara.
     Kebenaran menjadi  barang langka saat ini, dikalahkan oleh berbagai rupa-rupa rekayasa dan pemutarbalikan keadilan dan hukum. Hukum dan keadilan saat ini menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, bisa ditawar-tawar dan dinegosiasikan. Moto atau semboyan,"Mengembalikan derajat bangsa" tampaknya hanya menjadi slogan tanpa makna atau retorika politik saja kalau tidak disertai kesungguh-sungguhan untuk melaksanakannya secara konsisten. 

      Saya cuma mikir, bangsa kita saat ini sebenarnya membutuhkan pahlawan-pahlawan di tingkat atas yang berjuang membela kebenaran dan lebih tajam lagi yaitu figur pemimpin yang berani membela kebenaran.  Pahlawan kebenaran yang berada di bawahnya harus berjuang dengan susah payah dan karena itu membutuhkan dukunghan dari atas. Pemimpin yang dirindukan adalah pemimpin yang mampu meretas benang kusut rekayasa dan berbagai mafia yang terus bergentanyangan karena tak pernah terungkap.  Bangsa kita saat ini membutuhkan pahlawan-pahlawan model seperti ini. Jelas figur ini harus berasal dari atas (maksudnya dari pimpinan di negara ini) sehingga bisa menjadi teladan dan mampu melindungi pejuang-pejuang kebenaran yang kecil. Masalahnya kalau pejuang-pejuang kebenaran seperti cicak tidak dinaungi lalu mereka akan dinaungi siapa?

The Masker : Pahlawan Bertopeng

The Masker : Pahlawan Bertopeng

Pahlawan bertopeng, adalah sosok pahlawan yang pake topeng dalam menjalankan aksinya (ya iyalah). Mereka adalah penolong sesama dan pembela kebenaran. Lalu kenapa pake topeng? Biasanya untuk menutupi dirinya agar terkesan misterius dan membuat penasaran. Ada lagi yang pake topeng untuk membuat penampilan semakin keren dan cool. Tetapi sejatinya pahlawan bertopeng adalah pahlawan yang sengaja menyembunyikan identitas dirinya atau menutupi dirinya karena dia tidak ingin menonjolkan dirinya sendiri. Dia tidak mau pamer atau menunjukkan sosok sesungguhnya.
     Kecenderungan orang pada masa kini dalam melakukan aksinya ingin dilihat dan diketahui orang banyak. Bahkan dalam kegiatan sosial dibuat sedemikian rupa agar sosok pahlawan itu benar-benar menjadi sorotan. Lalu apa yang dicari pahlawan seperti ini? Publisitas media dan popularitaslah yang menjadi tujuan. Aksi kemanusiaan itu hanya sarana agar mendapat nama dan pujian serta simpati publik. Inilah yang namanya pahlawan kesiangan. Mereka mungkin punya media sendiri, punya web sendiri, punya juro kamera dan wartawan sendiri yang mengekor ke mana sang pahlawan itu beraksi. Hal seperti ini marak terjadi pada waktu pemilihan caleg dan kampanyenya juga amat menyolok. Tetapi setelah terpilih dan nggak terpilih, ke mana gerangan para pahlawan ini?
     Pahlawan bertopeng tidaklah demikian. Sosoknya seringkali tidak terdeteksi. Dia menghindari publisitas murahan. Dia berusaha menolong dan membantu dengan tulus hati tanpa ada embel-embel tertentu dan keinginan untuk mendongkrak popularitas. Nama dan ketenaran tidak dicarinya. Yang dicarinya adalah orang-orang yang membutuhkan pertolongan, bukan berita utama, wartawan elektronik dan video klip yang menonjolkan dirinya. Pahlawan bertopeng itu tidak mau pamer dirinya, kekayaannya atau popularitasnya. Dia tidak mau pamer cincinnya, kedudukannya, gelarnya atau pangkatnya.
     Pahlawan bertopeng ini sangatlah langka karena mereka menolak kalau diekspos di media. Makanya jumlah mereka sangat sedikit. Mereka memberi secara diam-diam dan seringkali mereka dislahpahami. Kelihatan mereka tidak mau menonjolkan dirinya makanya dianggap tidak mau menolong dan membantu. tapi mereka punya agenda dan aksi yang jelas. Mereka punya target dan mereka bukan tipe pahlawan yang banyak bicara. Mereka tidak pamer berapa jumlah sumbangan mereka. Mereka tidak pamer segala aksi dan kegiatan kemanusiaan yang mereka sudah lakukan. Mereka menutup diri terhadap publikasi atas segala kegiatannya tetapi mereka sangat tyerbuka kalau dimintai tolong. Mereka selalu sedia dan mengulurkan tangan tanpa prosedur yang berbelit-belit. Tak pandang bulu, tempat dan golongan, dan tanpa sorotan kamerapun mereka ttepa menjalankan aksinya.
     Pahlawan ini antara ada dan tiada. Seolah hanya fiksi belaka tetapi eksistensi mereka sebenarnya ada. Hanya mereka lagi-lagi tidak mau menonjolkan diri. Mereka diam-diam beraksi tapi aksi mereka nyata. Mereka bersembunyi dan menyembunyikan identitas karena yang mereka utamakan adalah orang yang membutuhkan pertolongan. Bagi mereka pelayanan bukanlah entertainment diri mereka dan akhirnya mengeksploitasi aksi itu untuk mendongkrak popularitas. Tujuan mereka hanyalah menolong. Itu saja.

MANUSIA ‘SAMPAH’

MANUSIA ‘SAMPAH’

Tulisan kali ini, ingin saya awali dengan sebuah kisah. Suatu ketika, ada seorang manajer wanita yang tak pernah puas dengan apa pun. Mukanya selalu cemberut. Tatkala orang begitu senangnya, dia selalu datar-datar saja. Ketika orang lain bisa bergembira mampu mencapa prestasi yang begitu hebatnya, dia selalu mengatakan, "Ah, nggak hebat kok!" Dia pun selalu mengeluh, bahkan sinis.
Suatu ketika, tibalah saatnya dia akan pulang kampung. Sudah begitu lama dia idamkan. Dia pun merasa, saatnya untuk menunjukkan prestasinya kepada orangtuanya.
Singkat cerita, setelah sekian lama, dia pun bisa menjumpai orangtuanya lagi. Saat bertemu, dia pun mulai bercerita tentang kesuksesannya mendapatkan posisi manajer. Rupanya, reaksi ibunya hanya datar-datar saja sambil berujar, "Lha, cuma jadi manager aja udah senang. Kalau jadi direktur baru hebat!". Malam itu, si manajer itu menangis sesungukan seperti masa kecilnya lagi.
Nah, sekarang, kita jadi mengerti asal muasal perilaku si manajer yang negatif. Tak heran, jika saya sering berucap, "Kalau pikiran kita isinya adalah sampah. Tak mengherankan kalau yang keluar pasti juga sampah!". Itulah tipe manusia yang akan kita bicarakan pada kesempatan ini.
Kisah manusia sampah
=============
Nah, pernahkah Anda bertemu orang yang akhirnya membuat Anda mengalami 'luka batin' karena tuntutan ataupun kritikan pedas tanpa kenal ampun yang pernah mereka berikan? Yang jelas, manusia ini umumnya memang agak menjengkelkan.
Mereka jarang terpuaskan, tidak pernah menghargai bahkan tak tampak bahagia dengan apa pun yang mereka terima. Mereka pun jarang memperlihatkan apresiasi pada apa yang diperolehnya.
Umumnya, meski orang lain di sekitarnya telah berusaha melakukan yang terbaik baginya, dia hanya akan bersikap 'biasa-biasa' saja bahkan cenderung sinis. Itulah jenis manusia yang secara ekstrem, saya sebut dengan manusia sampah.
Hati-hati! Jangan bersikap negatif dulu, dengan istilah ekstrem 'manusia sampah' yang saya pergunakan di sini. Tentu saja ada alasannya.

Pertama, saya teringat dengan salah satu kiasan yang pernah dipergunakan oleh seorang penceramah rohani terkenal, ketika disebutkan, "Kalau teko isinya air, keluarnya ya air tetapi kalau isinya sampah, maka keluarnya juga sampah".
Kedua, sama seperti kisah di atas, saya menemukan bahwa banyak orang yang sangat negatif hidupnya karena masa lalunya yang tragis, traumatis ataupun banyak berisi 'sampah-sampah' yang sebenarnya tidak dikehendakinya tetapi terus ditabung oleh orang-orang di sekitarnya.
Tak mengherankan, jika akhirnya orang semacam ini akhirnya penuh dengan tabung sampah di pikirannya. Dari sinilah, berawalnya manusia-manusia negatif yang sering kali amat mengganggu dan bisa merampok kebahagiaan ataupun kebanggaan kita.



Berempati
======
Memang tidak mudah untuk hidup bersama mereka, tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin. Sebab, pada dasarnya, orang yang demikian bukannya harus dibenci, tetapi justru dikasihani. Kenyataannya, mereka memang betul-betul butuh untuk dikasihi.
Itulah yang selama ini mereka tidak peroleh dalam hidupnya, sehingga banyak 'sampah' yang keluar dari kehidupan mereka. Perhatikan beberapa contoh nyata berikut ini.
Saya pernah mempunyai seorang rekan yang suka mencela. Bahkan, kesannya ia suka mencari-cari kesalahan para stafnya ataupun orang-orang di kantor. Sedikit saja tidak beres, maka ia bisa membentak-bentak dan sangat penuntut.
Orang-orang di kantor amat takut kepadanya. Namun yang saya saksikan adalah seorang yang stres berat. Bahkan, pernah mencoba mengakhiri hidupnya beberapa kali.
Di sisi lain, seorang rekan trainer pernah bercerita tentang seorang peserta yang 'tak pernah puas' dengan apa pun yang diterimanya. Tatkala semuanya menganggap sangat bagus, baginya adalah 'biasa-bisa saja' bahkan cenderung buruk.
Ia selalu mencari titik lemah. Ketika, ditilik masa lalunya, ternyata ia adalah bagian dari orang buangan yang tidak terpakai di kantor karena sikapnya yang cenderung negatif. Isi facebooknya pun cenderung kalimat-kalimat yang negatif.
Dari kedua kisah di atas kita bisa melihat bahwa persoalan sebenarnya terletak pada diri mereka. Sayangnya mereka sering kali tidak pernah sadar, ataupun tidak pernah mau mengakuinya. Bahkan, dalam banyak situasi, mereka mengatakan bahwa mereka hanya berusaha untuk bersikap 'kritis'.
Namun, tentu saja, sikap kritis tidaklah sama dengan bersikap negatif terus-menerus. Kalau diperhatikan, yang kita lihat hanyalah sikap 'tak puas' terus-terusan. Komentar mereka pun, jarang sekali merupakan solusi ataupun sesuatu yang konstruktif.


Bersikap positif
=========
Pertama, menyadari bahwa manusia sampah tidak valid pendapatnya, akan sangat membantu kita untuk menyikapi mereka. Baik kata-kata, ucapan maupun perilaku mereka sering kali muncul dari persoalan dan luka-luka yang mereka miliki. Jadi, sebenarnya kesalahan dan kekurangan yang ia lihat hanyalah jadi pemicu bagi sampah-sampahnya untuk 'ditumpahkan' keluar.
Tentu bukanlah sikap yang bijak tatkala kita menjadi kehilangan motivasi, frustrasi ataupun patah arang akibat kata-kata mereka. Menyadari bahwa pendapat mereka bisa sangat bias, akan banyak membantu kita untuk tetap tegar menghadapi celaannya.
Kedua, perasaan kita akan lebih lega, tatkala kita menyadari bahwa sikap mereka yang tidak pernah puas, tidak pernah menghargai, selalu akan kena batunya. Masalahnya, di mana pun mereka, mereka tidak akan pernah merasa bersyukur, puas dan bahagia, sebab mereka akan selalu menuntut di mana pun mereka berada.
Kadang, tuntutan mereka bisa berhasil. Namun dunia ini bukanlah pion-pion catur yang bisa digerakkan seenaknya. Dunia punya logika sendiri yang berjalan menurut hukumnya. Akibatnya, ketika tidak mencapai dan tidak terpenuhi apa yang mereka inginkan, mereka menjadi frustrasi dan marah-marah.
Pada akhirnya, mereka pun akan mencari korban lain yang bisa dijadikan sasaran pelampiasan ketidakpuasannya. Dengan demikian, sungguh kita bisa menyadari, betapa perlu dikasihaninya orang semacam ini.
Terakhir, sebenarnya sampah pun bisa menjadi pupuk, kalau diperlakukan secara benar. Begitu pula orang-orang yang masa lalunya penuh sampah ini. Sebenarnya mereka bisa menjadi sumber daya yang berharga.
Meskipun, kritik-kritik mereka tidak terlalu valid untuk didengarkan, tetapi mereka tetaplah bisa menjadi orang yang selalu membangunkan kita untuk terus memberikan yang terbaik.
Di sisi lain, kita pun dapat menolong manusia sampah semacam ini sehingga bisa membingkai ulang sampah-sampah yang ada di pikirannya menjadi sumber daya yang berharga.
Masalahnya, dibutuhkan orang yang mau memahami serta tulus menerima mereka. Dalam realitanya, itulah yang tersulit karena yang berusaha menolongnya pun, diserang oleh mereka!
Anthony Dio Martin

Redefinisi pahlawan

Redefinisi pahlawan

Apa kriteria pahlawan?  Pemerintah kita sudah menetapkan kriteria untuk menjadi pahlwanan nasional. Ada tujuh kriteria pahlawan nasional:
Pertama, harus warga negara Indonesia, yang sudah memiliki gagasan atau telah berjuang di bidang politik atau bidang lain, yang punya dampak nasional. Kedua, berjuang sepanjang hidupnya. Artinya dari dewasa sampai meninggal harus dalam keadaan berjuang. Ketiga, harus memiliki moral dan ahlak yang tinggi.
Lalu, tidak pernah menyerah kepada musuh di dalam perjuangannya. Selanjutnya, harus konsisten dalam semangat kebangsaan atau nasi onalisme. Terakhir, tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak perjuangannya.

Wkkks, berat. Ada yang memenuhi syarat di pertama dan kedua tapi jatuh di yang ketiga. Kalau seperti itu bagaimana ya? Dan kata seorang pengamat sejarah, belum tentu yang dimakamkan di taman makam pahlawan nasional itu betul-betul memenuhi kriteria seorang pahlawan, mungkin ada juga yang koruptor di masa hidupnya. OK, saya tidak akan membahas kriteria pahlawan nasional apalagi gelarnya diberikan ketika seseorang sudah almarhum/almarhumah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan IX, 1997), kata 'pahlawan' diartikan sebagai 'orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran' atau 'pejuang yang gagah berani'. Ada tiga unsur yang penting di sini yaitu, keberanian, pengorbanan dan membela kebenaran. Dalam konteks dulu, model pahlawan ini adalah khas militer atau peperangan fisik, tetapi kalau diadopsi dalam konteks sekarang tentunya bisa diterapkan di segala profesi dan di segala aspek hidup kita.   Dengan berbekal tiga unsur ini sebenarnya kita bisa menjadi pahlawan.....

Sebenarnya banyak tokoh-tokoh pejuang masa kini yang bisa dikategorikan pahlawan karena jasa-jasa mereka. Mereka bukan hanya berjuang dan mengharumkan negara dalam bidang politik tetapi juga ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya dan sebagainya.  Ada yang tengah berjuang saat ini seperti KPK misalnya...



Memperingati hari pahlawan jelas adalah keharusan, tetapi bukan sekedar bernostalgia dan mengingat para pahlawan masa lalu. Kita perlu melihat para pahlawan masa kini. Sekarang para pahlawan itu sedang berjuang bagi kebenaran, berjuang menghadapi kriminalisasi mungkin, berjuang menghadapi sandiwara dan rekayasa hukum, berjuang menghadapi mafia-mafia yang bak gurita berusaha mencengkeram para pencari keadilan dan kebenaran. Adalah kewajiban pemerintah untuk mendukung para pahlawan yang tengah berjuang dan berkorban bagi bangsa, bagi kebenaran dan keadilan. Mungkinkah?



Kembali ke definisi pahlawan, konteksnya adalah perjuangan dan peperangan.  Betul,  kita juga harus menyadari bahwa hidup ini selain perjuangan, hidup ini juga adalah peperangan. Peperangan melawan godaan, peperangan melawan Setan, melawan hawa nafsu. Tepat sekali ungkapan Amsal 16:32 berkata, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang merebut kota ". Unsur kepahlawanan di sini selain kesabaran juga adalah menguasai diri. Menguasai diri berarti menaklukan pementingan diri, keegoisan, keangkuhan dan keserakahan alias ketamakan. Pementingan diri dan konco-konconya  inilah yang menjadi bibit korupsi, tindakan yang sewenang-wenang, pemutarbalikan,  rekayasa dan kriminalisasi. Menguasai diri, adalah menguasai keinginan daging serta hawa nafsu, kemarahan, kebencian dan sebagainya. Ini adalah tantangan bagi kita semua. Mampukah kita melewati ujian hidup, melewati tantangan dan godaan yang kerap muncul dari diri sendiri? Semoga....
Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design