MASA DEPAN ADA DI MASA LALU

MASA DEPAN ADA DI MASA LALU

Saya pernah membaca kalimat motivasi: “Your past doesn’t equal your future” atau “Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda”. Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu kita tidak menentukan masa depan kita.
Benarkah demikian?
dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain saya hakulyakin bahwa penyataan ini benar-benar benar. Namun, sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.
Nah, bingung, kan?
Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memikirkan secara mendalam berbagai kasus yang pernah saya tangani dan juga pengalaman hidup serta perubahan yang terjadi pada begitu banyak alumnus pelatihan Supercamp Becoming a Money Magnet dan The Secret of Mindset yang saya selenggarakan.
Ceritanya begini. Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka? Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan massive action melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap sulit berhasil?
Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan hanya dengan upaya yang sedikit, eh… mudah sekali mencapai sukses yang mereka inginkan.
Dari hasil perenungan saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa masa lalu seseorang sama dengan masa depan mereka. Jika tetap berpegang teguh pada pernyataan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan maka kalimat ini perlu sedikit dimodifikasi.
Saya akhirnya menambahkannya menjadi, “Masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian.”
Lha, kamsud… eh.. maksudnya apa lagi nih?


Maksudnya begini. Dari berbagai kasus yang saya telaah, saya menemukan bahwa hampir semua tindakan kita, saat ini, dipengaruhi oleh kesimpulan akibat pembelajaran berdasar pengalaman hidup kita di masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun pengalaman negatif. Dengan kata lain, selama kita tidak mengembangkan kesadaran diri untuk bisa berpikir dengan prinsip kekinian maka kita akan selalu beroperasi dengan “automatic pilot”. Sebenarnya di dalam pikiran kita tidak mengenal masa lalu maupun masa depan. Yang ada hanyalah masa sekarang.
Saya akan berikan contoh agar bisa lebih jelas.
Baru-baru ini saya menangani mahasiswa dari Yogyakarta yang putus kuliah. Ia bercerita bahwa ia tidak bisa berbicara di depan umum. Jika diminta bicara di depan orang banyak maka ia selalu merasa takut, tidak berdaya, jantung berdebar, muka pucat, keringat dingin, dan tidak tahu apa yang harus diucapkan.
Dari mana ia belajar respon seperti ini? Sudah tentu dari masa lalunya. Di masa lalu, saat ia masih SD ternyata ia pernah dipermalukan di depan kelas saat diminta membaca puisi. Pengalaman traumatik ini yang akhirnya membuat ia seperti sekarang ini.
Seorang wanita cantik, menarik, pintar, berusia sekitar 30-an, memegang posisi kunci di perusahaan tempat ia bekerja, ternyata masih jomblo alias belum punya pasangan. Kok bisa, ya?
Banyak pria mapan yang menyenanginya. Dan, ia juga suka pada mereka. Bahkan, ia telah menjalin kasih secara serius dengan beberapa pria itu. Namun, selalu putus di tengah jalan. Nggak pernah sampai ke pernikahan.
Selidik punya selidik ternyata wanita ini berasal dari keluarga broken home. Orangtuanya berpisah saat ia masih berusia lima tahun. Ternyata, perpisahan ini meninggalkan luka yang membekas cukup dalam di hatinya. Saat itu ia menyimpulkan bahwa kehidupan rumah tangga adalah sesuatu yang menyakitkan.
Namun, ada juga orang yang telah beberapa kali mengalami kegagalan tapi ia tetap bisa bangkit dari kegagalan itu dan akhirnya berhasil mencapai impiannya. Saat ditanya mengapa ia bisa begitu gigih dan yakin dalam memperjuangkan impiannya ia menjawab, “Saya berasal dari keluarga miskin. Ayah saya selalu berpesan bahwa tidak ada orang yang gagal asalkan ia mau terus berusaha, belajar dari kegagalannya, dan terus berjuang. Prinsip ini yang saya pegang teguh.”
Ia tidak membiarkan apa yang dialaminya sekarang menghentikan langkahnya. Yang menjadi pendorong semangatnya adalah pesan ayahnya, yang ia dapatkan sewaktu ia masih kecil dulu.
Nah, Anda jelas sekarang?
Tadi saya mengatakan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak dengan prinsip kekinian. Untuk bisa membuat masa depan tidak sama dengan masa lalu maka kita perlu mengembangkan kesadaran diri. Kesadaran ini yang membuat kita bertindak tidak lagi berdasar “data base” atau “program” pikiran akibat pengalaman masa lalu namun berdasar kondisi kita saat ini. Inilah yang saya maksudkan dengan prinsip kekinian.
Prinsip kekinian menyatakan bahwa saat ini (kini) adalah titik awal dari langkah kehidupan yang akan kita tempuh. Kita beroperasi dengan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, prinsip hidup, dan kebijaksanaan yang berhasil kita kembangkan hingga saat ini. Kita tidak membiarkan masa lalu mendikte hidup kita. Kita mengenang masa lalu hanya sebagai sejarah hidup kita. Kita belajar dari masa lalu dan menjadi lebih bijaksana.
Nah, saat merenung mengenai kesadaran, kebijaksanaan, dan masa depan… eh.. tiba-tiba saya mendapat email dari kawan saya, Eric Gotana, melalui milis Money Magnet. Apa yang Eric tulis sejalan dengan yang sedang saya pikirkan. Dan, atas seizin Eric saya mengutip dan sedikit memodifikasi tulisannya.
Masa depan sama dengan masa lalu karena kita "tidak bebas" menjalani kehidupan di dunia sebagai akibat dari ketidaksadaran kita.
"Tidak bebas" menjalani hidup maksudnya tidak bebas menjadi diri kita sendiri karena rasa takut seperti takut dosa, takut karma buruk, takut salah, takut berakibat buruk dan takut-takut lainnya yang dibenarkan oleh pikiran kita.
Pada contoh di atas, mahasiswa yang takut bicara di depan umum dan wanita yang susah dapat jodoh (baca: takut menikah) menjalani hidup dengan “tidak bebas” akibat penjara mental yang dibangun oleh pikiran mereka, untuk melindungi mereka dari hal-hal “negatif”, menurut pikiran itu sendiri.
Ketidaksadaran ini disebabkan oleh karena pikiran kita merekayasa (baca: menafsirkan secara subjektif) kebenarannya sendiri dan secara terus menerus berputar-putar di dalam lingkaran sebab-akibat yang diciptakannya sendiri.
Ketidaksadaran membuat kita tidak sadar akan adanya:
- kebenaran, karena kita terkekang oleh "kebenaran" dan "ketidakbenaran" menurut penafsiran pikiran kita.
- keadilan, karena kita terkekang oleh "keadilan" dan "ketidakadilan" menurut penafsiran pikiran kita.
- surga, karena kita terkekang oleh "surga" dan "neraka" menurut penafsiran pikiran kita.
- karma baik, karena kita terkekang oleh "karma baik" dan "karma buruk" menurut penafsiran pikiran kita.
-keberlimpahan, karena kita terkekang oleh "kekayaan" dan "kemelaratan" menurut penafsiran pikiran kita.
- kebahagiaan, karena kita terkekang oleh "kebahagiaan" dan "ketidakbahagiaan" menurut penafsiran pikiran kita.
Hanya melalui kebijaksanaan kita mampu bebas dari jerat "benar" dan "tidak benar" menurut pikiran sehingga mampu melihat apa yang ada secara jernih. Kebijaksanaan hanya muncul ketika kita memutuskan untuk menjadi sadar.
Pada saat kita telah benar-benar sadar maka masa lalu tidak sama dengan masa depan, masa depan tidak ada di masa lalu, masa depan adalah hasil pencapaian yang diraih melalui perencanaan yang matang berdasar peta kehidupan yang kita rancang sendiri, secara hati-hati dan saksama, berdasar kesadaran kita pada saat itu.[awg]

sumber : www.adiwgunawan.com.

Dad!, Wake up and Pray!

Dad!, Wake up and Pray!


Dua minggu yang lalu tepatnya hari Minggu pagi, saya masih tertidur karena semalam tidurnya agak larut. Tiba-tiba saya terbangun karena anak saya yang bernama Darrel memegang tangan saya, saya membuka mata sejenak tapi langsung tertidur lagi. Tiba-tiba saya merasakan lagi mulut saya dipegang olehnya. Saya langsung membuka mata lebih lebar, dan saya langsung tertegun melihat anak saya. Si Darrel sudah duduk manis dengan kaki terlipat alias sikap berlutut ( dia suka duduk dalam posisi demikian) dan tangannya sudah terlipat dalam posisi berdoa! Saya langsung sadar bahwa ternyata maksud si Darrel membangunkan saya adalah untuk mengajak saya berdoa. Mulai dari dia menarik tangan saya, lalu memegang mulut atau bibir saya maksudnya hendak mengatakan, "Ayo, Bangun Pa, berdoa".
Saya jadi teringat.....dari kecil, semenjak dia masih beberapa bulan kami sudah mengajari dia untuk berdoa. Mulai dari doa makan dan sebelum tidur dia sudah dibiasakan untuk mengambil sikap berdoa, walaupun dengan polosnya dia bisa meniru orang tuanya melipat tangan tapi matanya tetap melek..... Anak kecil, memang, tapi dia sudah punya niat kalau bisa dikatakan demikian, dan ingat untuk berdoa. Jadi tatkala dia hendak makan, entah makan pagi, siang atau malam, dia langsung melipat tangannya.
Beberapa hari lalu saya hendak memberikannya buah jeruk. Darrel doyan jeruk sejak dari kandungan, he..he. Langsung saja dia melipat tangan dan mengambil posisi berdoa sebelum menyantap jeruk kesukaannya. Begitupula kalau dia dibelikan roti tawar langganannya, dari depan rumah saat roti sudah dibeli, tangannya sudah dilipat, dia sudah siap-siap berdoa.
Kalau saya pulang, kadang-kadang saya membawa makanan atau bungkusan. Darrel langsung mengira bahwa itu makanan buat dia. Langsung saja tanganya dilipat seperti biasa untuk berdoa. Pernah saya membeli makanan tetapi tidak cocok untuk dikonsumsi sama dia, langsung dia mengikuti saya dan bersiap-siap berdoa, saya langsung feel gulty, dalam hati saya, Nak, makanan ini tidak cocok buatmu, tunggu aja roti yang lewat ya.
Walaupun masih kecil, Darrel mampu memberikan lesson yang sangat berharga buat Bapaknya. Tanpa dia sadari apa yang dia lakukan memberikan impact yang berarti sekaligus menjadi inspirasi buat Bapak-Nya. God Bless You, Son!

A PROMISE IS A PROMISE

A PROMISE IS A PROMISE


“Promise you won’t leave me, will you, mommy?” Edwarda asked.

“Of course not, I would never leave you, darling, I promise. And a promise is a promise,”

'Mam, janji ya, gak akan tinggalin aku.'

'Iya Sayang. Mama janji. janji adalah janji.'

Itulah kata-kata terakhir yang disampaikan Kaye O'Bara (42 tahun)sebelum anaknya Edwarda O'Bara (16 tahun) koma berkepanjangan pada tanggal 3 Januari 1970. Dan Kaye menepati janjinya. Putrinya Edwarda, penderita diabetes, mengalami flu sebelum Natal 1969. Beberapa hari kemudian kondisinya memburuk dan orangtuanya, Kaye dan suaminya, Joe, membawanya ke rumah sakit.
Semenjak hari itu Edwarda tidak pernah sadarkan diri dari komanya akibat penyakit diabetes yang dideritanya. Sekarang berarti sudah 38 tahun Edwarda tidak sadarkan diri dari komanya, selama itupulalah ibunya terus-terusan berada di sisi Edwarda. Dia duduk di pinggir ranjang Edwarda. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari selama seminggu selama 38 tahun. Kaye selama 38 tahun tidak pernah tidur lebih dari 90 menit. Di usianya yang ke-80 ibu yang penuh kasih ini akhirnya meninggal. Kaye meninggal dalam tidurnya. Dia telah bertahun-tahun menderita penyakit jantung.

“Kami kira dia akan hidup melampaui kami semua. Wanita itu begitu kuat,” kata keponakan Kaye, Pamela Burdgick seperti dilansir harian News.com.au, Sabtu (8/3/2008).

Selama kurun waktu 38 tahun, kisah pengabdian Kaye kepada putrinya, Edwarda menarik simpati banyak orang. Para pengunjung yang jumlahnya tak terhitung lagi mendatangi rumah Kaye. Bahkan ada pula sebagian orang yang datang dari Jepang untuk ikut merayakan ulang tahun Edwarda.

Kisah Kaye telah dituangkan dalam buku laris karya Dr. Wayne Dyer yang berjudul A Promise Is A Promise: An Almost Unbelievable Story of a Mother’s Unconditional Love and What It Can Teach Us.

Kaye dengan teratur membalik tubuh putrinya tiap dua jam supaya tidak mengalami nyeri akibat berbaring terlalu lama. Kaye memberinya makan berupa campuran makanan bayi dan susu bubuk melalui tube, menyuntikkan insulin, memutar alunan musik, membacakan buku untuk Edwarda dan tak lelah berdoa di samping tempat tidur Edwarda supaya suatu hari nanti putrinya itu akan sadar kembali.

Bagi Kaye, mengurus putrinya itu bukanlah beban, melainkan berkat. Kaye sangat yakin, Edwarda akan terbangun. “Bagi saya, dia hampir sadar. Kadang-kadang saya merasa mendengar dia bicara: Ibu, saya baik-baik saja,” kata Kaye kepada media AS, Miami Herald beberapa waktu lalu.

Namun kini Kaye telah pergi untuk selamanya. Dia meninggalkan Edwarda yang masih terbaring koma entah sampai kapan. Adik Edwarda, Colleen O’Bara mengatakan, keluarga akan terus merawat Edwarda di rumah mereka. Sama seperti Kaye, Colleen juga yakin kakaknya itu akan sadar suatu hari nanti.

Suami Kaye, Joe mengalami serangan jantung pada tahun 1972 dan meninggal dunia empat tahun kemudian. Sejak itu, Kaye mengurus Edwarda dengan menggunakan tunjangan sosial dari pemerintah dan dana pensiun suaminya, ditambah lagi dengan sumbangan dari orang-orang.

The Plumber

Ada dua kisah nyata inspiratif yang akan saya adaptasi. Pertama tentang seorang tukang pipa (plumber). Alkisah, bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman sedang pusing karena pipa keran airnya bocor, ia takut anaknya yang masih kecil terjatuh. Setelah bertanya ke sana-kemari, ditemukan seorang tukang terbaik. Melalui pembicaraan telepon, sang tukang menjanjikan dua hari lagi untuk memperbaiki pipa keran sang bos. Esoknya, sang tukang justru menelepon sang bos dan mengucapkan terima kasih. Sang bos sedikit bingung. Sang tukang menjelaskan, ia berterima kasih sebab sang bos telah mau memakai jasanya dan bersedia menunggunya sehari lagi. Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan bereslah tugasnya, lalu menerima upah. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelepon sang bos dan menanyakan apakah keran pipa airnya beres. Namun, ia juga kembali mengucapkan terima kasih atas kesediaan sang bos memakai jasanya. Sebagai catatan, sang tukang tidak tahu bahwa kliennya itu adalah bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman. Cerita belum tamat. Sang bos demikian terkesan dengan sang tukang dan akhirnya merekrutnya. Tukang itu bernama Christopher L Jr dan kini menjabat GM Customer Satisfaction & Public Relation Mercedes Benz. Dalam sebuah wawancara, Christopher menjawab, ia melakukan semua itu bukan sekadar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting, ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Christopher melihat lebih jauh dari tugasnya.

Kisah lain. Ada juga kisah dari teman saya, James Gwee, tentang Mr Lim yang sudah tua dan bekerja ”hanya” sebagai door checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguh- sungguh, tekun, dan sebaik-baiknya. Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan itu, Mr Lim mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu. Dijelaskan, mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Jika ia meninggal, sebagai decision maker, perusahaannya akan menderita. Jika perusahaannya menderita dan misalnya bangkrut, sekian ribu karyawannya akan menderita. Belum lagi keluarganya, termasuk anak istri manajer itu.

Demikian jauh pandangan Mr Lim, dan ia bukan sekadar door checker. Beberapa pelajaran Christopher L Jr dan Mr Lim relatif manusia sejenis. Keduanya bukan kelas manusia sedang atau biasa (good people). Mereka jenis ”manusia besar atau manusia berlebih” (great people) meski jabatan atau pekerjaan formal di suatu saat demikian ”rendah dan biasa saja”. Sikap mental mereka jauh lebih tinggi dari jabatan dan pekerjaan formalnya.

Dua kisah itu memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan dan kompetensi teknis (hard competence) boleh sama atau biasa saja, tetapi sikap mental atau soft competence yang lebih akan menentukan seseorang menjadi manusia besar atau tidak. Kedua, untuk bisa mempunyai soft competence dimaksud, kita perlu berontak dan bangun dari tidur panjang selama ini, keluar dari zona nyaman good. Sebagai manusia minimalis, pekerja atau pemimpin apa adanya (yang penting job description dijalankan), target kerja atau key performance indicator (KPI) tercapai, beres! Itulah tipikal manusia biasa saja. Upaya ini memerlukan pengorbanan diri sebab hanya dengan menjadi good people seperti selama ini saja, toh tak ada yang mengusik kita, tetap bisa bekerja dengan nyaman, dan seterusnya. Maka, pemberontakan untuk bebas dari kondisi good people itu harus dari diri sendiri dulu. Ingat petuah Jim Collins, good is the enemy of great. Ketiga, langkah lebih konkret selanjutnya adalah sikap mental untuk ”melihat lebih”! Christopher L Jr plumber yang ingin memastikan kliennya nyaman dan selamat. Mr Lim door checker yang ingin menjamin tamu hotelnya terjaga nyawanya dari bahaya kebakaran. Melihat lebih jauh, beyond the job! Keempat, setelah mampu melihat lebih, barulah kita mampu ”memberi lebih” (giving more). Hanya dengan melihat lebih dan memberi lebih, kita mampu menjadi manusia besar yang tidak hanya bekerja sebatas KPI. Kita akan mampu bekerja dengan memberikan key values indicator (KVI), nilai-nilai lebih, mulia, unggul, berguna bagi setiap pengguna atau penikmat hasil kerja kita. Itulah Christopher L Jr dan Mr Lim. Rindu pemimpin besar Betapa bangsa ini rindu seorang pemimpin hasil pemilu yang layak disebut pemimpin besar, great leader. Mereka yang kini sedang giat berkompetisi dan perang iklan dengan saling sorot KPI masing-masing. Perhatikan dengan saksama, maka segenap janji kampanye, termasuk realisasinya, konteksnya masih sebatas pemenuhan KPI. Ini berlaku baik bagi yang masih berkuasa maupun mantan dan juga calon yang baru. Semua bicara tentang KPI kepemimpinan, belum menyentuh KVI kepemimpinan. Para pemimpin dan bahkan kita semua demikian bangga dan terpesona sendiri saat mampu memenuhi ”KPI kehidupan” kita masing-masing, yang biasanya memang bersifat kuantitatif, materiil, dan mudah diukur. Padahal, untuk menjadi great people, great leader, great father, great manager, dan seterusnya, lebih diperlukan kemampuan mempersembahkan ”KVI kehidupan” kita, yang biasanya justru tidak mudah diukur. Bangsa ini sangat memerlukan Christoper L Jr dan Mr Lim sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Sebagai catatan akhir, seorang office boy yang mampu mempersembahkan KVI nilainya tak kalah dengan seorang CEO yang hanya memberikan KPI-nya. Jika kita ”mau” melihat lebih jauh, kita akan ”mampu” melangkah lebih jauh.

by Herry Tjahjono, Kompas 14 Feb 2009

Antara Bakat, Pengetahuan, dan Keterampilan (talents – knowledge – skills)

Antara Bakat, Pengetahuan, dan Keterampilan (talents – knowledge – skills)

” suatu pola yang terus menerus berulang dari pikiran, perasaan atau perilaku seseorang yang dapat diterapkan secara produktif.”


Kita semua suda sering mendengar bahwa semua orang itu mempunyai bakat yang terpendam, tulisan ini mengupas tentang apa beda bakat, pengetahuan dan ketrampilan.
Kekuatan atau kelebihan kita merupakan gabungan dari ketiga hal tersebut, yaitu bakat, pengetahuan, dan keterampilan. Apakah bedanya bakat, pengetahuan, dan keterampilan. Bakat adalah pola pikir, perasaan, atau perilaku alami yang kita miliki. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Keterampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau melakukannya secara terus-menerus.

Sebagai contoh, seseorang memiliki bakat atau talenta di bidang musik. Jika dia terus belajar (misalnya menulis dan membaca not balok atau belajar cara komposisi misalnya), kemudian juga dia berlatih terus secara konsisten minimal 6 jam sehari selama lebih dari sepuluh tahun, dan senantiasa fokus pada bidang tersebut, dapat dipastikan dia akan menjadi musisi yang terkenal.

Apakah Bakat Itu?
Bakat sering dijelaskan sebagai ” suatu kemampuan atau kebisaan alami”, tetapi para penulis buku Now, Discover Your Strengths mendefinisikan talenta atau bakat sebagai ” suatu pola yang terus menerus berulang dari pikiran, perasaan atau perilaku seseorang yang dapat diterapkan secara produktif.” Jadi jika misalnya anda adalah orang yang selalu ingin bertanya, maka hal tersebut merupakan talenta anda.
Beberapa contoh yang dimaksudkan dengan bakat oleh para penulis buku tersebut antara lain: inquisitive, competitive, persistent, responsible bahkan sifat-sifat negatif seperti obstinate (keras kepala), nervous, bahkan penyakit seperti dyslexia (kesulitan dalam merangkai kata-kata yang sulit) merupakan talenta jika kita justru dapat mendayagunakannya secara produktif dalam membantu kita meningkatkan unjuk kerja kita.

Pengetahuan dan Keterampilan
Jika talenta adalah pemberian alami yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, pengetahuan dan keterampilan adalah aspek dalam kekuatan kita yang dapat kita perbaiki, kita tambah dan kita tingkatkan. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu: factual knowledge dan experiential knowledge (pengetahuan faktual dan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman).


Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mempelajari atau menguasai suatu bidang tertentu. Misalnya Anda belajar bahasa, pengetahuan faktual yang harus dimiliki adalah vocabulary atau arti setiap kata dalam bahasa yang kita pelajari.

Pengetahuan jenis kedua yang harus kita kuasai biasanya tidak diajarkan di sekolah atau tidak ditemukan dalam buku panduan. Pengetahuan ini tumbuh dan berkembang dari pengalaman karena kita melakukan pekerjaan atau mempraktekkan pengetahuan faktual yang kita miliki. Setiap situasi atau kondisi menawarkan peluang untuk menambah pengetahuan eksperiensial kita, sedangkan setiap proses belajar menambah pengetahuan faktual kita.

Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan kebisaan baru seseorang.
Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths) kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah banyak dari kita tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan kita. Hal inilah yang menjadi tema utama buku Now,

Discover Your Strengths.
Kedua penulis atau organisasi mereka, the Gallup International Research & Education Center , telah menciptakan suatu program revolusioner untuk membantu para pembacanya mengidentifikasi talenta atau bakat mereka, mengembangkannya menjadi daya kekuatan, dan mencapai unjuk kerja yang konsisten dan mendekati sempurna.

Inti dari buku tersebut adalah StrengthsFinder® Profile yang berbasis internet yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi talenta seseorang. Program tersebut memperkenalkan sebanyak 34 tema dominan dengan ribuan kemungkinan kombinasi yang membentuk kekuatan atau kelebihan seseorang.
Dalam mengembangkan program tersebut, Gallup telah melakukan pengamatan dan riset terhadap lebih dari dua juta individual selama lebih dari 30 tahun penelitian. Hasil riset ini akan membantu kita untuk dapat mengenali talenta kita dan fokus sehingga kita dapat mencapai unjuk kerja yang mendekati sempurna secara konsisten (consistent, near-perfect performance) .

Untuk dapat mengidentifikasi talenta kita, maka kita harus terlebih dulu mengetahui nomer identifikasi (ID number) yang ada di balik sampul buku tersebut, yang merupakan kunci akses kepada program StrengthsFinder® Profile yang bisa kita akses melalui internet. Jika kita sudah mengetahui tema kepribadian kita – apakah kita termasuk Achiever, Activator, Futuristic, Strategic, atau Maximizer – kita akan dapat mempelajari bagaimana mendayagunakan talenta tersebut untuk mengembangkan dan membangun kekuatan yang menjadikan kita berhasil dalam setiap bidang apapun yang sesuai dengan kekuatan kita tersebut.

Demikan pula kita seringkali tidak menyadari potensi terbaik atau talenta yang diberikan Tuhan kepada kita. Jika kita dapat mengenali dan menemukan talenta tersebut, yang perlu kita lakukan adalah senantiasa terus menerus mengembangkan talenta tersebut melalui proses pembelajaran terus menerus (continuous learning) dan berlatih dengan keras sampai kita mencapai consistent, near-perfect performance.

TEMUKAN KEKUATAN ANDA

TEMUKAN KEKUATAN ANDA

DALAM buku yang berjudul Now, Discover Your Strengths yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset Gallup terhadap lebih dari 2 juta orang Amerika, Marcus Buckingham dan Donal O. Clifton, Ph.D menunjukkan, kunci utama untuk prestasi yang tinggi, kesuksesan dan kebahagiaan adalah melalui upaya untuk mendayagunakan kekuatan kita, bukan dengan mengoreksi atau mengatasi kekurangan dan kelemahan kita.

Tahap pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan dan mengenali kekuatan kita.

Sayangnya, sebagian besar kita tidak pernah menyadari bakat atau talenta dan kekuatan kita, apalagi kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan sebaliknya, karena pengaruh orangtua kita, guru-guru kita, atasan kita, dan bahkan oleh para pakar psikologi, kita justru sangat ahli dalam mengetahui kelemahan kita dan menghabiskan hidup kita hanya untuk memperbaiki atau mengatasi kekurangan atau kelemahan kita tersebut. Kekuatan kita justru kita biarkan dan kita abaikan begitu saja.

Kita hidup dengan keyakinan bahwa baik adalah lawan dari buruk sehingga manusia selama berabad-abad berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan kelemahan atau kekurangannya. Para dokter belajar tentang penyakit untuk mengetahui tentang kesehatan, para psikolog belajar tentang kesedihan atau gangguan kejiwaan untuk mengetahui tentang kebahagiaan atau kesehatan jiwa.

Di mana pun kita, di sekolah, di tempat bekerja, kita diajarkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi kelemahan atau kekurangan kita agar kita menjadi kuat. Banyak pendidikan dan pelatihan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi atau mengurangi kelemahan seseorang.Hal ini bukannya salah, melainkan kurang dapat mengeluarkan potensi atau kekuatan terbaik yang dimiliki seseorang. Karena daya kekuatan seseorang memiliki pola yang berbeda dengan kelemahan yang dimilikinya.

Untuk sukses di bidang yang kita pilih serta menemukan kepuasan sejati dalam bidang tersebut, kita harus dapat memahami terlebih dahulu apa saja kekuatan kita. Kita harus dapat menemukenali, menerapkan, serta mendayagunakan kekuatan kita sehingga dapat sepenuhnya mendukung upaya kita dalam mencapai sasaran atau impian-impian kita. Janganlah fokus pada kelemahan atau kekurangan kita, tetapi justru kekuatan kitalah yang harus kita daya gunakan dan kita kembangkan.


Fokus pada Kekuatan Kita
Dalam bukunya The Power of Focus, Jack Canfield, dkk menyatakan bahwa salah satu strategi untuk senantiasa mencapai prestasi puncak dan meraih sasaran-sasaran dalam hidup dengan lebih pasti adalah dengan selalu fokus pada upaya mengembangkan kekuatan kita, bukannya kelemahan kita (build on your strengths, not your weaknesses). Lebih jauh dikatakan dalam buku tersebut: You must invest most of your time every week doing what you do best, and let others do what they do best.

Kita harus lebih banyak meluangkan waktu kita untuk melakukan hal-hal yang kita kuasai, dan membiarkan orang lain melakukan hal-hal yang mereka kuasai. Dengan kata lain, kita fokus pada kekuatan atau kelebihan kita. Konsultan bisnis terkenal Dan Sullivan bahkan mengatakan, ” If you spend too much time working on your weaknesses, all you end up with is a lot of strong weaknesses.” Artinya jika kita lebih banyak berupaya untuk mengatasi kelemahan kita, akhirnya kita akan memiliki banyak kelemahan yang semakin menonjol.

Semakin kita berlatih atau berusaha mengatasi kelemahan kita, semakin kita akan menjadi orang rata-rata, tetapi jika kita tekun berlatih untuk memaksimalkan kekuatan kita atau bakat kita, peluangnya jauh lebih besar kita akan sukses di bidang yang kita kuasai tersebut.

Contoh sederhana adalah misalnya seorang anak memiliki talenta di bidang musik, tetapi dia lemah dalam bidang eksakta. Namun karena ambisi orangtuanya, dia dipaksa untuk mengambil les di bidang matematika. Meskipun akhirnya dia lulus sebagai sarjana bidang akuntansi keuangan misalnya, tetapi dia tidak akan pernah menjadi yang terbaik di bidang tersebut. Dia hanya akan menjadi orang rata-rata.


Kita semua diberkati Tuhan dengan talenta atau bakat yang berbeda-beda dan unik. Setiap kita memiliki kelebihan dan kekuatan yang jika dapat kita latih dan kita kembangkan untuk semakin didayagunakan sehingga akhirnya kita dapat menjadi terbaik dengan talenta yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Hal terpenting dalam seluruh kehidupan kita adalah menemukenali kekuatan atau talenta yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Pencarian atau penemuan talenta seseorang mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan kadang-kadang banyak dari kita tidak pernah menyadari apa sesungguhnya talenta kita. Bahkan kita sering membandingkan kelemahan atau kekurangan kita dengan kelebihan atau kekuatan orang lain. Tentu saja hal ini tidak adil sama sekali kepada diri kita sendiri.

Jim Carey, seorang komedian dan bintang film terkenal yang dibayar tidak kurang dari US$ 20 juta setiap filmnya, memiliki bakat yang sangat unik. Dia dapat memutar dan melipat-lipat tubuh dan wajahnya pada posisi yang sangat tidak biasa. Seringkali dia tampak seperti terbuat dari karet. Ketika remaja, dia menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari melatih dirinya di depan cermin. Dia juga menyadari bahwa dia sangat ahli dalam menirukan gerak dan kebiasaan orang lain (impersonations) , dan hal inilah yang dia latih dan kembangkan terus-menerus jam demi jam, hari demi hari, tahun demi tahun hidupnya.

Tentu saja banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi Jim Carey dalam perjalanannya menuju ke puncak bintang. Banyak sekali momen saat dia ragu dan merasa tidak percaya diri, akankah dia dapat menjadi bintang film yang terkenal suatu hari nanti.

Kemudian dia meningkatkan cara fokusnya dengan menggunakan teknik visualisasi. Dia menulis cek sebesar 10 juta dolar dan memberi tanggal tertentu di masa depan, dan menyimpan cek itu di saku bajunya. Ketika dia merasa ragu dan jatuh, ketika dia mengalami saat-saat yang berat, dia akan pergi ke tempat yang sunyi di atas bukit dan memandang kota Los Angeles dan membayangkan dirinya adalah seorang bintang besar di Hollywood. Kemudian dia membaca kembali cek yang ditulisnya sebagai pengingat akan takdirnya sebagai bintang besar suatu hari nanti.

Hal menarik dari kisah hidup Jim Carey adalah beberapa tahun setelah dia menulis cek tersebut, dia menandatangani kontrak perjanjian senilai lebih dari sepuluh juta dolar untuk membintangi film The Mask. Tanggalnya? hampir sama dengan tanggal yang ditulisnya dalam cek yang dia simpan terus selama ini.

Apa yang bisa kita petik dari kisah Jim Carey adalah pertama kita harus fokus pada kekuatan atau kelebihan kita. Kedua nyatakan keinginan atau impian kita dalam bentuk visualisasi (tulisan, gambar, dll) dengan target atau sasaran dan jangka waktu yang jelas. Ketiga adalah latihan atau kerja keras untuk meningkatkan atau mengembangkan kekuatan dan kelebihan kita sehingga melebihi siapapun dalam talenta atau bakat tersebut. Tidak ada keunggulan tanpa latihan atau kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus selama bertahun-tahun.

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design