Mendefinisikan Realitas

Mendefinisikan Realitas
Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas. Yang terakhir adalah mengucapkan terima kasih. Dan di antara kedua hal itu, pemimpin adalah seorang pelayan (a servant) dan seorang yang berhutang (a debtor).
–– Max De Pree



Tidak mudah mendefinisikan zaman ini. Pada satu sisi, banyak orang bicara atau menulis soal “kematian” di mana-mana. Lihat saja judul-judul buku terlaris seperti: the death of economics, school is dead, the death of competition, the end of management, the end of education, the end of nation state, the end of history, dan sebagainya. Pada sisi lain, orang bicara dan menulis tentang segala sesuatu yang “serba baru”, seperti judul buku-buku berikut: the rise of nation state, new economy, digital economy, knowledge economy, attention economy, knowledge management, knowledge society, learning organization, network organization, adaptive organization, crazy organization, relational organization, democratic organization, virtual organization, quantum learning, dan sebagainya. Di sudut yang satu orang berteriak “globalisasi”, sementara pada saat yang bersamaan berkumandang teriakan tandingan “otonomi daerah”. Orang juga bicara soal pentingnya “focus” dan “loyalty”, tetapi yang serba multi juga marak seperti: multi purpose van, multi job, multi income, multi career, multi level marketing, sampai multiculturalism. The age of paradox, terra incognita, post-modernisme?
Menyebut zaman ini sebagai era informasi atau era pengetahuan pun tidak membuat kita mudah memahami maknanya. Sebab pada satu sisi kita dibanjiri oleh begitu banyak informasi dan pengetahuan yang begitu mudah diakses dari sumber-sumber pertama yang berada di sudut-sudut global village meski secara geografis letaknya dipisahkan oleh samudra luas antar benua. Pengetahuan dunia ada di ujung jari para pengguna internet yang jumlahnya terus berkembang secara eksponensial. Namun, pada sisi lain banjir data, informasi, dan pengetahuan itu justru membuat kita bingung untuk dapat memilih mana yang sebenarnya berguna dan mana yang tidak berguna sama sekali. Kita justru semakin kurang pengetahuan, pada saat pengetahuan itu justru berlebih-lebihan. Begitulah, kalau dulu kita mengejar data, informasi, dan pengetahuan sampai ke Amerika dan Eropa, maka sekarang informasi, data, dan pengetahuan “mengejar” kita sampai ke wilayah-wilayah yang bersifat pribadi di sudut-sudut rumah kita (ingat, e-mail dan SMS dapat menjangkau banyak orang, bahkan ketika mereka sedang berada di WC rumahnya).
Dulu sebagian dari kita mungkin pernah berpikir bahwa seandainya kita memiliki cukup pengetahuan, maka relatif mudah untuk memprediksi masa depan? Tapi apa yang terjadi dengan orang-orang yang dianggap paling berpengetahuan, pakar-pakar dengan atribut akademis lengkap sampai tingkat doktoral? Tidakkah kita menemukan bahwa ternyata mereka juga tidak bisa mendeskripsikan masa depan kita semua? Catat saja berbagai prediksi yang kemudian terbukti keliru tentang perkembangan ekonomi dan politik negeri ini. Siapa yang pernah membayangkan peristiwa 14-15 Mei 1998 akan terjadi dan mengakibatkan Soeharto “turun tahta” minggu berikutnya? Dan ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, siapa pernah menduga bahwa masa pemerintahannya akan begitu pendek? Siapa yang pernah meramalkan bahwa wanita bernama Megawati Soekarnoputeri akan jadi Presiden Indonesia dengan dukungan kelompok yang pernah menolaknya mati-matian, bahkan dengan menggunakan ayat-ayat suci agama tertentu? Ingat juga bagaimana tragedi runtuhnya Menara Kembar WTC di New York, 11 September 2001, yang melampaui imajinasi penulis skenario film-film Hollywood, yang paling liar sekalipun. Siapa menduga bahwa “popularitas” Putri Diana akan tersaingi oleh Osama Bin Laden, bukan oleh Julia Robert, Jennifer Lopez, atau Britney Spears?


Sungguh tidak mudah mendefinisikan sebuah zaman. Dan pekerjaan yang tidak mudah itu adalah tanggung jawab pertama seorang pemimpin. Ia harus mendefinisikan realitas. Ia harus belajar banyak dari sejarah, tetapi tidak terpasung oleh catatan sejarah. Ia harus mendefinisikan realitas masa kini, memahami makna berbagai peristiwa di berbagai belahan dunia, namun dengan kemampuan membaca realitas masa depan tanpa terjebak pada “hyper-reality” atau pun “virtual reality” yang tidak sungguh-sungguh “real”. Bukan main sulitnya, tetapi “sulit” tidak berarti impossible.
Karena mendefinisikan realitas tidak pernah mudah, maka saya sering bertanya-tanya bagaimana para pemimpin menunaikan tanggung jawab pertamanya ini. Dan sejauh ini, studi saya menunjukkan beberapa hipotesis berikut.
Pertama, untuk dapat mendefinisikan realitas para pemimpin perlu belajar untuk lebih banyak mendengarkan (listening). Ia harus belajar mendengarkan “suara-suara”. Termasuk dalam “suara-suara” itu adalah “suara” dari yang Gaib (Tuhan), suara hati nuraninya (bila masih fungsional), dan suara konstituen potensialnya (entah itu rakyat, umat, pegawai, atau komunitas lainnya). Dalam proses mendengarkan ini ia mungkin juga perlu banyak membaca, tetapi yang lebih penting mungkin adalah merenung-renungkan, berkontemplasi, menelusuri sanctuary-nya, lalu membedakan antara yang esensial dan yang tidak esensial.
Kedua, untuk dapat mendefinisikan realitas para pemimpin belajar untuk berempati, terutama berempati pada konstituen potensialnya. Ia harus mampu merasakan secara emosional berbagai jeritan hati dan penderitaan, sekaligus berbagai macam harapan dan impian konstituennya. Tidak cukup hanya sekadar “tahu”, harus sampai “rasa”.
Ketiga, untuk dapat mendefinisikan realitas para pemimpin selalu mengembangkan kesadaran (awareness) yang lebih besar, terutama mengenai dirinya (self-awareness) itu apa dan siapa. Ia masuk ke dalam kemanusiaannya sendiri, dan dengan cara itu ia makin menegaskan harkat dan martabat dirinya sebagai pertama-tama manusia, sama seperti konstituen yang ingin dilayaninya.
Keempat, untuk dapat mendefinisikan realitas pemimpin mengasah mata batinnya (eye of spirit), menerobos kungkungan masa kini menuju masa depan yang lebih manusiawi. Dengan cara ini ia dimungkinkan untuk merumuskan konsep (conceptualization), yang kemudian disusun menjadi “visi”-nya (vision statement).
Banyak mendengarkan, berempati, awareness, dan melihat dengan mata batin, itulah yang saya kira menolong para pemimpin untuk mampu mendefinisikan realitas, menunaikan tanggung jawabnya yang pertama.
Bila hipotesis di atas dapat diterima, maka kita mungkin dapat kembali menyadari betapa langkanya manusia yang disebut pemimpin itu di negeri kita. Kita memiliki begitu banyak pejabat, yakni pemangku jabatan kepemimpinan, tetapi sulit menemukan orang-orang yang mau sungguh-sungguh mendengarkan. Kalau ada pertemuan yang dihadiri para pejabat, maka mereka biasanya justru diberi banyak kesempatan untuk (dan maunya memang) berbicara, memberikan “pengarahan”, “petunjuk”, dan sebangsanya. Pada hal kebutuhan kita yang utama adalah “didengarkan”, “dimengerti”, dan “dipahami”, bukan “dikuliahi”.
Kita memiliki begitu banyak “atasan” atau “boss”, tetapi begitu sulit mencari mereka yang mampu berempati. Kebanyakan “atasan” dan “boss” kita memang ”tahu” apa yang kita rasakan, tetapi tidak ”merasakan” apa yang kita rasakan. Mereka “tahu” betapa menderitanya pegawai-pegawai kecil, pengajar-pengajar sekolahan, pengusaha skala micro-kecil, bila harga-harga membumbung, tarif listrik-BBM-telepon naik sambung menyambung, tetapi mereka “tidak sampai merasakan” semua itu.
“Atasan” dan “boss” kita juga sering menunjukkan tanda-tanda “lupa diri”. Ketika banyak anggota masyarakat kehilangan penghasilan utama, kaum ”atasan” dan “boss” itu masih saja melancong ke manca negara, pamer kemampuan membeli mobil mewah, dan berbagai perilaku kasat mata yang tidak menunjukkan adanya kesadaran diri bahwa mereka hidup dalam lingkungan masyarakat yang sedang sangat menderita, dan semakin menderita menyaksikan sikap dan perilaku mereka yang tidak menunjukkan entah itu sense of crisis, sense of urgency, atau sense-sense lainnya. Sepertinya mereka justru kehilangan commonsense (akal sehat)-nya.
Ujung-ujungnya, kita kesulitan menemukan “atasan” dan “boss” yang visioner, yang mampu memperlihatkan kepada kita direction yang lebih baik. Kita tidak tahu apa yang mereka “lihat” dengan mata batinnya, sehingga kita ragu apakah mereka memiliki jiwa reformis atau cuma penjaga status quo yang berbulu reformis (musang berbulu domba).
Konsekuensi dari semua itu adalah kita kehilangan kemampuan untuk memahami zaman apa yang sedang kita masuki dewasa ini. Kita telah kehilangan orang-orang yang mampu mendefinisikan realitas, bahkan lebih parah lagi, kita kehilangan orang-orang yang mau menerima tanggung jawab untuk mendefinisikan realitas itu. Yang banyak kita jumpai adalah mereka yang masih “rajin” melempar tanggung jawab, mencari-cari kambing hitam ketika setiap permasalahan muncul ke permukaan.
Mudah-mudahan seluruh hipotesis saya keliru.
* Andrias Harefa adalah seorang pembelajar Sekolah Kehidupan, inisiator website Pembelajar.com, dan telah menghasilkan 25 buku laris. Ia juga dikenal dengan julukan WTS (writer, trainer, speaker). Ia dapat dihubungi di: aharefa@cbn.net.id.

Katakan, Lakukan, Tunjukan CINTAmu

Katakan, Lakukan, Tunjukan CINTAmu

Banyak pria mengatakan bahwa ia bukan tipe orang yang mengucapkan kata-kata CINTA kepada seorang wanita. Ia lebih suka menunjukkan saja CINTA-nya. Lalu ada wanita yang mengatakan bahwa ia tidak percaya kata-kata CINTA sampai ia melihat seorang pria membuktikannya melalui perbuatannya. Lalu ada wanita lain lagi yang kesal karena kekasihnya tidak pernah mengatakan CINTA kepadanya, walau secara konsisten ia melakukan berbagai hal untuk menunjukkan itu.
Semuanya itu fine saja. Yang perlu diingat, itu adalah MODEL DUNIA orang-orang yang mengatakan hal ini. Itu adalah REPRESENTASI CINTA di PETA PIKIRAN mereka sendiri. Ini bisa saja berlaku dalam PETA orang lain bisa tidak. Setiap orang mempunyai REPRESENTASI sendiri-sendiri dalam pikiran mereka tentang CINTA.
Saya ingat lirik lagu 'Extreme' yang sempat tenar tahun 90-an, dengan 'More Than Words', yang pesannya, tidak cukup fungsi Auditory saja yang di-trigger, tapi juga visual, yakni tunjukkan sesuatu yang perlu saya lihat, atau lakukan sesuatu sehingga saya bisa rasakan. Lalu ada juga lirik lagu 'Wet Wet Wet', dalam lagunya 'Love is All Around' yang mengatakan 'If you really love me, come on and let it SHOWED', lalu di awal lagu ada lirik 'I FEEL it in my finger, I FEEL it in my toes'. Alias tunjukkan cintamu, biarkan saa merasak. Lalu Diana Ross berucap 'When you TELL me that you love me'.

Apa yang ingin saya katakan dengan ini?


REPRESENTASI CINTA itu bervariasi untuk siapa saja. Ada dua gap dalam mengungkapkan dan menangkap hal ini. Pertama, dalam mengungkapkan, kita kadang hanya menggunakan REPRESENTASI pribadi kita dalam menangkap. Hanya karena kita menganggap kita lebih senang orang lain menunjukkan cintanya dibanding mengucapkan, kita MEMILIH hanya melakukan berbagai hal untuk menunjukkan CINTA kita, misalnya. Kedua, dalam hal menangkap, kita kadang hanya mengharapkan partner kita memahami REPRESENTASI kita tanpa sama sekali mengungkapkannya. 'Ia seharusnya tahu', demikian dialog internal kita. Sayangnya hampir semua kita tidak berpasangan dengan paranormal.
Pikirkan dan lakukan hal yang simple saja. Karena CINTA, sebagaimana berbagai hal lain dalam hidup, memang seharusnya sederhana.
Pertama, kita tentu happy saat partner kita me-REPRESENTASI-kan CINTA-nya sesuai dengan REPRESENTASI kita. Saat kita ingin mereka KATAKAN, mereka KATAKAN. Saat kita ingin mereka LAKUKAN, mereka LAKUKAN. Jadi, bukan hanya tugas mereka semata untuk menyelidiki sampai frustrasi. Kita punya porsi untuk membantu mereka belajar bagaimana memenuhi REPRESENTASI kita. Dan ini, by the way, bukan hanya berarti memberikan sinyal-sinyal tertentu saja, lalu kita yang frustrasi karena mereka tidak 'mudeng' atau tidak kunjung bisa menangkap sinyal kita. Bila perlu, KATAKAN! Dan saat mereka benar-benar REPRESENTASI-kan sesuai keinginan kita, HARGAI dan APRESIASI! Karena ternyata ada yang malah bilang 'tumben', atau 'bener nih?'. Anda entah mau membunuh kemajuan ini atau mendorong lebih mau lagi.
Kedua, karena kita akan sangat menghargai saat REPRESENTASI kita dipergunakan, saat kita sebagai yang hendak me-REPRESENTASI-kan, gunakan REPRENSENTASI mereka! Kalau tidak tahu, tanya! Minta mereka mengajarkan kepada kita! Mencoba menangkap sinyal atau menebak, kadang berhasil, tapi kadang berantakan. Tanya dan pelajari dari mereka!
Cara paling aman dan nyaman? Saat kita hendak me-REPRESENTASI-kan, pergunakan semua sistem REPRESENTASI CINTA yang mungkin. KATAKAN CINTA Anda, TUNJUKAN, LAKUKAN sesuatu yang bisa mereka RASAKAN, gunakan sebuah WANGIAN tertentu yang bisa di-HIRUP, dan sesuatu yang bisa DIKECAPI. Kalau CINTA, ada PILIHAN untuk KATAKAN, LAKUKAN sesuatu untuk buktikan dan membuat pasangan RASAKAN, dan TUNJUKAN!

Resolusi : komitmen sesaat atau ???

Resolusi : komitmen sesaat atau ???

Resolusi bukanlah komitmen biasa bagi seorang Jonathan Edwards (1669-1758). Dia tidak hanya membuat resolusi singkat untuk jangka pendek di tahun baru. Dia membuat resolusi hidup dan selalu mengevaluasinya setiap minggu! Dia mulai membuat resolusi pada usia 17 tahun sebanyak 21 resolusi. Daftarnya terus bertambah, sampai akhir hidupnya dia telah membuat resolusi sebanyak 70 resolusi. Daftar paling atas berbunyi: "Being sensible that I am unable to do anything without God’s help, I do humbly entreat Him by His grace to enable me to keep these resolutions. Remember to read over these resolutions once a week."

Apa resolusi Anda tahun ini?
Typical New Year’s Resolution No. 1: Actually keep this year’s resolutions.
Edwards: "Resolve to never give over, nor in the least to slacken, my fight with my corruptions, however unsuccessful I may be."
Typical New Year’s Resolution No. 2: Lose Weight.
Edwards: "Resolve to maintain the strictest temperance, in eating and drinking."
Typical New Year’s Resolution No. 3: Spend more quality time with family.
Edwards: "Resolve that I will live so, as I shall wish I had done when I come to die. Never allow the least measure of any fretting uneasiness at my father or mother … so much as in the least alteration of speech or motion of eye."
Typical New Year’s Resolution No. 4: Always tell the truth.
Edwards: "Resolve to never willfully omit anything, except the omission for the glory of God; and frequently to examine my omissions."
Typical New Year’s Resolution No. 5: Spend more time reading God’s Word.
Edwards: "Resolve to study the Scriptures so steadily, constantly and frequently, as that I may find, and plainly perceive, myself to grow in the knowledge of the same."

O ya Jonathan Edwards adalah seorang pengkhotbah terkenal di Amerika pada zamannya.
Pengen sih ya membuat dan menjalani komitmen seperti beliau.
Semoga kita tidak hanya membuat resolusi singkat tapi benar-benar "resolusi hidup" yang nantinya akan membuat perbedaan di tahun ini. Kiranya Tuhan menolong kita semua.

Team Hoyt - the story behind video

Team Hoyt is a father (Dick Hoyt, b. ca. 1940) and son (Rick Hoyt, b. 1962) in Massachusettsmarathons, triathlons, and other athletic endeavors. Rick has cerebral palsy, caused by loss of oxygen to his brain at birth because his umbilical cord was wrapped around his neck. Dick pulls him in a special boat as they swim, carries him in a special seat up front as they bike, and pushes him in a special wheelchair as they run. who compete together in

Doctors told his parents that Rick would live in a vegatative state, but his parents, with the help of Tufts University engineers, recognized that his sense of humor indicated intelligence. At the age of 12, Rick was able to learn how to use a special computer to communicate using movements from his head. The first words he typed were, "Go Bruins!", and the family learned he was a sports fan. They entered their first race in 1977, a 5 mile benefit run for an injured lacrosse player who was a schoolmate of Rick's.

Dick is a retired Lieutenant Colonel in the Air National Guard. Rick earned a college degree from Boston University in special education, and now works at Boston College. They continue to compete in races, and are also motivational speakers.

As of August 31, 2008, Team Hoyt had participated in a total of 984 events, including 229 Triathlons (6 of which were Ironman competitions), 20 Duathlons, and 66 Marathons, including 26 Boston Marathons.[1] They have also biked and run across the USA, in 1992 — a 3,735 mile journey that took them 45 days.

When speaking in Milwaukee at a Best Buddies Wisconsin leadership breakfast, Dick Hoyt said, “He motivates and inspires me. He’s a very tough guy, and he doesn’t let his disability get in the way of things he likes to do”. Some may argue just who is the tough guy and who doesn’t let things get in the way of what he likes to do, but the humble Dick Hoyt looks at it through his son’s eyes. Dick says, “I just feel now that Rick is the athlete and I’m out there just loaning him my arms and my legs so we can compete together” .

(from wikipedia)



download di bawah ini
http://www.mediafire.com/?nj2wmjnzzhl

Blind 5 years Old Korean Pianist

download di bawah ini

Kemana Kesadaran diri Kita

Kemana Kesadaran diri Kita


Dalam kehidupan ini banyak sekali orang yang berupaya mencari kesadaran diri atau lebih kerennya adalah mencari diri kita sejati. Mengetahui diri kita sejati adalah sebuah upaya yang bisa menjadikan hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat pada orang lain. Puncak dari kesadaran diri kita akan membawa kita dalam kehidupan yang lebih damai.
Kesadaran diri adalah keadaan dimana Anda bisa memahami diri Anda sendiri dengan setepat-tepatnya. Anda disebut memiliki kesadaran diri jika Anda memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri Anda sendiri, dan sadar tentang diri Anda yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri adalah jika Anda sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam diri Anda.
Orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Kalau orang lain mengharapkan Anda bicara, maka Anda bicara. Kalau orang lain mengharapkan Anda diam, maka Anda diam. Kalau orang lain mengharapkan Anda yang maju duluan, Anda maju duluan.


Orang yang bisa memonitor diri pasti disukai orang lain. Namun jika kemampuan monitor dirinya sangat tinggi malah bisa menjadi bunglon, alias tidak memiliki identitas karena dimana-mana selalu berusaha menyesuaikan diri. Sebaliknya, orang yang rendah monitor dirinya selalu berperilaku konsisten karena tidak ada usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi. Entah di pesta, di rapat, di acara apapun dan bertemu siapapun perilakunya tetap saja sama.
Secara ekstrem, kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni kesadaran diri publik dan kesadaran diri pribadi. Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya. Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain. Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain.
Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.

My Gallery

FAQ

Q : Apakah artikel dalam blog ini bisa dicopy?

A : Ya, iyalah asal tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan tidak
dikomersilkan.


Q : Apakah blog ini bisa ditampilkan linknya di blog atau website saya?

A : O, boleh, dengan senang hati.


Q : Bagaimana menghubungi admin Indoslide atau deroc?

A : Klik aja "Contact Me" atau Email Me" di sidebar menu sebelah kiri. Dijamin pasti
nyampe. :)

Morning Inspiration



Morning Inspiration


From: deroc2008,

1 minute ago



Morning Inspiration
View SlideShare presentation or Upload your own. (tags: inspirational)








SlideShare Link

Inspiring Words

Inspiring Words


Inspiring Wisdom


From: deroc2008,

2 minutes ago



Inspiring Wisdom
View SlideShare presentation or Upload your own. (tags: inspirational motivational)


May You Be Blessed


SlideShare Link







Trik Agar Kita tidak di Manipulasi orang lain

Trik Agar Kita tidak di Manipulasi orang lain

Suatu hal yang tidak mengenakkan dalam kehidupan kita adalah pada saat kita tahu bahwa ternyata orang-orang dekat kita telah melakukan manupulasi pada kita. Biasanya kita tahu di manupulasi setelah kejadian itu selesai atau setelah kita sadar bahwa kita di manupulasi. Teman-teman blogger tentunya pernah dong merasakan dimanipulasi hee hee, dak enak banget gitu lho….
Tulisan ini semoga sedikit banyak akan membantu kita untuk mewaspadai agar kita tidak menjadi mainan manipulator lagi. Dari beberapa buku dan bacaan ternyata kita bisa tahu trik-trik apa yang biasa digunakan oleh manipulator itu. trik-trik para manipulator ini mengandung tujuh taktik mematikan yang bisa menyeret kita masuk ke dalam perangkap. berita bagusnya, dengan mengetahui ketujuh taktik itu, kita bisa mewaspadainya dan…. tidak pernah lagi diperalat!
Tujuh faktor ampuh yang dimanfaatkan oleh para manipulator adalah rasa bersalah, intimidasi, pemancingan ego, rasa takut, rasa ingin tahu, hasrat kita untuk disukai dan cinta (David J. Lieberman, PH.D). Mereka yang memanfaatkan factor-faktor ini akan berusaha mengalihkan kita dari logika ke emosi. karena mereka mengetahui bahwa mereka tidak bisa mengalahkan fakta, maka mereka berusaha mempermainkan emosi kita dengan menggunakan salah satu atau mengombinasikan taktik di atas. agar lebih jelas ini ada beberapa contoh pertanyaan terkait bagaimana mereka memanipulasi kita dengan emosi.
 Rasa Bersalah ; Pertanyaaan yang sering muncul adalah : “ Tega nian kamu mengatakan hal itu ? Aku Sungguh kecewa karena kamu tidak mempercayaiku. Aku tidak tahu lagi siapa kamu ini sebenarnya.”



Intimidasi : “ Apa masalahnya, tidak bisakah kamu membuat keputusan? Apa kamu tidak memiliki cukup kepercayaan diri untuk melakukan hal ini?”
Pemancingan ego:”Kulihat kamu orang cerdas. Aku hanya tidak ingin membiarkan peluang emas berlalu darimu. Bagaimana mungkin? Bagiku, kamu sudah seperti diriku sendiri.”
Rasa takut: “Kamu tahu, kamu bisa kehilangan kesempatan emas ini. Aku sangat yakin bahwa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan. Aku sedang mengatakan padamu bahwa kamu tidak akan mendapatkan kesempatan emas ini lagi. Ini adalah kesempatan terakhir untuk menjadikannya kenyataan; mengapa kamu ingin melewatkan kesempatan emas ini ?”.
Rasa Ingin Tahu : “Inggat, kamu hanya hidup sekali. Coba sajalah. Kamu toh selalu bisa kembali pada keadaan semula. Hal itu mungkin menyenangkan, mengasyikkan: petualangan sejati! Kamu tidak akan pernah tahu kecuali kamu mencobanya, dan kamu bisa menyesal nantinya.
Hasrat kita untuk disukai : “ Menurutku, kamu suka tantangan. Orang lain pun berpikir demikian. Sungguh sangat mengecewakan jika kamu tidak ikut bersama kita. Ayolah, tak seorang pun suka bila ada seseorang yang mundur…. ini kesempatan kamu untuk membuktikan seperti apa kamu.”
Cinta : “Jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan menanyakan hal itu padaku. Tentu, aku benar-benar tulus mencintaimu. Aku tidak mungkin berbohong padamu. Kamu tahu apa yang ada dalam lubuk hatiku, bukan? Kita akan menjalani hubungan menakjubkan jika kami biarkan dirimu larut dan menjalani hal-hal manis yang menanti kita di masa depan.
Contoh-contoh di atas merupakan sebagaian kecil dari apa yang dilakukan oleh manipulator dalam upaya memanipulasi kita agar mengikuti apa yang mereka mau.
trik-triknya :
Perhatikan dan simaklah dengan objektif, bukan hanya kata-kata tetapi juga pesan yang disampaikan. maneuver-menuver kotor ini bisa mengacaukan kemampuan anda dalam menyelami fakta. ketika emosi merasuk dalam pikiran anda, tahan sejenak perasaan anda dan perhatikan si pemberi pesan maupun pesan itu sendiri. Jika anda mendengar pesang-pesang yang mirip dengan pesa para manipulator di atas, diamlah dan evaluasi kembali situasi yang ada. Jangan bertindak gegabah dan emosional. Tunggu dan himpun fakta-fakta secara objektif sehingga kita tidak menjadi wayang si tangan Jahil.
Bagaimana setelah baca artikel ini, ya tentunya kita harus banyak-banyak refleksi ini. karena setelah coba aku jelajahi dunia maya, ternyata banyak sekali para penjual jasa informasi yang ada di internet yang menggunakan trik-trik ini, untuk memanipulasi para pendatang baru internet, agar mau membeli produk mereka he he he……
oke sudah dulu triknya nanti kita sambung dengan tema yang lebih hot…..

Copyright © Spesial Unik. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design